THIRTEEN

1.6K 176 31
                                    


THIRTEEN

***

[Fabi POV]

Aku mengendusi leher Bulan semakin dalam, aku tau dia akan meledak jika aku bercerita mengenai mantan calon tunanganku, Alifa Faendra. Dia memiliki saudara yang semuanya dijodohkan denganku.

Pertama kakaknya Alifa, Tjandra Firera. Wanita yang anggun dan bekerja sebagai seketaris diperusahaan Pahlevi membuat Papa ingin menjadikannya menantu. Tapi aku sama sekali tidak tertarik karna waktu itu aku menyukai Bonbon. Terlebih lagi orangtua Firera ternyata Om Hanif, sahabat Papa dari kuliah.

Aku sedikit ragu untuk menceritakan ini ke Bulan. Dia tampak tak bergeming. Aku mendorong pinggangnya ke tubuhku, tak ada respon, aku tidak tau dia marah atau terkejut, atau bahkan keduanya.

Dan Alifa, dia putri kedua Om Hanif. Setelah aku lulus SMA, papa kembali menjodohkanku dengan Alifa, aku lumayan dekat dengan Alifa waktu kecil, dia suka makan pisang, dulu sebelum Papa pindah ke Jakarta, kami bertetangga dekat di Bandung. Namun setelah aku sekolah ke Jakarta, aku tidak tau kabar Alifa sedikit pun, sampai sebelum aku terbang ke Queesland, aku dijodohkan dengan Alifa yang saat itu masih kuliah jurusan kedokteran.

Tak ada yang menggantikan Bonbon saat aku ingin dijodohkan itu, sehingga aku tak menerimanya. Lagi. Papa sempat memarahi ku karna menolak dua anak Om Hanif. Tapi aku tetap pada pendirianku, mencintai Bonbon. Sampai semester akhir, aku tidak memikirkan Bonbon lagi, hingga datang undangan pernikahan Bonbon. Aku malah tersenyum, tidak ada kesedihan sama sekali.

Dua bulan setelah aku menjadi sarjana arsitek. Aku kembali dijodohkan dengan Papa dengan anak terakhir Om Hanif, Flacia Karinina. Dia dokter juga, dan aku menolaknya karna sudah meniduri Bulan. Bukan aku yang menolaknya, Papa yang membatalkan dengan alasan aku menolaknya, karna dia mengetahui aku meniduri serang gadis, dan gadis itu Bulan.

Papa dan Om Hanif itu sudah sangat dekat, seperti keluarga, makanya Papa ingin sekali membuat hubungan darah dengan Om Hanif melalui putra tunggalnya, aku. Tapi sepertinya aku tidak berjodoh dengan semua anak Om Hanif.

Dan tadi yang membantuku membersihkan luka dipelipisku itu Karin. Bukan Alifa tapi Flacia Karinina atau Karin, aku sempat mempunyai rasa suka dengan Karin, sikapnya seperti Bonbon, bahkan lebih brutal. Namun nasib berkata lain, aku malah meniduri Bulan.

Karin itu ternyata bukan anak kandung istri sah Om Hanif, Papa sempat tak mau. Namun tidak tau kenapa, dia akhirnya malah pengen menjodohkanku dengan Karin. Karin itu punya kembaran, namanya Flacia Anina. Mereka berdua anak Tante Feli, mereka bisa dibilang anak haram, karna Tante Feli hamil ketika Om Hanif belum menikahinya.

Aku tidak tau perbedaan antara Karin dan Nina. Mereka mirip, tapi aku tau aku mecintai Karin dan bukannya Nina. Tapi itu dulu. Sudah sangat lama sekali, aku mecintainya hanya pada saat pertama kali kami jalan bersama.

Setelahnya? Aku tidak mencintainya lagi. Lalu kenapa Bulan secemburu ini?!

Lalu aku melepaskan pelukanku untuk menatap wanitaku, Bulan menatap kosong apa yang dilihatnya. Aku menangkup dagunya lalu mengarahkan nya ke wajahku. Mata itu menatap mataku, dia seakan bertanya dan mengatakan dia cemburu.

Aku mendekatkan wajahku, berniat ingin menciumnya. Namun tangannya menahan bahuku dan menggeleng segera, dia tidak mau.

"Kamu mau aku cerita?" pancingku untuk bertanya, dia menatapku namun tak menjawab, dia seakan mencari dimana letak kebohonganku.

Lagi-lagi aku tersenyum namun tetap pada posisiku. "Aku enggak bohong, dia mantan calon tunangan aku Bulan.. kami sudah mau tunangan tapi tidak jadi."

[TCS-2] GruchpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang