EIGHT

2.3K 223 18
                                    

EIGHT

***

[Author POV]

"Menikahlah dengan aku Bulan.."

"Tapi—"

"Aku mohon Bulan..."

"Diego aku nggak bisa, aku—"

"Aku mohon.."

"Diego.. kita—"

"Aku mohon, sebelum aku—"

"DIEGOOOOO...!!!"

Bulan tersengal-sengal akibat mimpi buruk yang baru menimpanya itu, tiba-tiba teman Fabi yang bernama Ardan datang dengan dipenuhi darah dan berkata Diego ditusuk. Bulan meremas rambutnya dengan panik. Keringat membanjiri dahinya.

Fabi datang dengan cepat setelah teriakan Bulan, Fabi duduk ditepi sofa yang ditiduri Bulan itu sambil menatap Bulan, ia mengelus bahu Bulan dengan perlahan, mencoba menenangkan Bulan yang tampak ketakutan.

"Kamu kenapa? Kamu mimpi yah?" tanya Fabi perlahan, Bulan memegang tangan Fabi, telapak tangan Bulan dipenuhi keringat dingin.

Fabi menghela nafas, lalu segera membawa Bulan kedalam pelukannya, Bulan segera mencengkram kaus milik Fabi, dia takut sekali. Dia menyaksikan Diego berdarah dan mati didepannya. Dia takut sekali. Musuh Diego itu banyak, bukan hanya satu tapi puluhan!

"Fa—Fabi.." panggilnya terbata.

Fabi tersenyum, "Iya Bulan.. aku disini.." ucap Fabi lembut sambil mengelus punggung dan rambut Bulan.

"Aku takut." cicit Bulan sambil memeluk dada bidang Fabi. Fabi makin mengeratkan pelukannya kepada Bulan. Bulan masih gemetaran dan panik didalam dekapan Fabi.

"Sshh... aku disini.." suara Fabi lembut dan menenangkan Bulan yang masih gemetaran. Fabi mengecup puncak kepala Bulan dengan perlahan.

Bulan meneteskan air matanya tanpa diminta. "Dia mati, dia pergi.." ujarnya tersendat-sendat. Fabi terdiam karna ucapan Bulan, pikiran Fabi terngiang kepada Opa Bulan.

"Diego pergi.." cicit Bulan ketakutan, Fabi kembali terhenyak karna ucapan Bulan. Gadis ini memimpikan Diego. Dan Fabi rasa itu bukan sesuatu yang bagus.

Bulan membasahi kaus depan Fabi, ia menangis sambil sesegukan didada Fabi, Fabi mencoba menenangkan Bulan yang sangat amat rapuh seperti ini. Gadis ini terlihat jatuh sejatuhnya dan tak kuasa untuk menahan beban yang terjadi saat ini.

"Itu cuman mimpi Bulan.." balas Fabi perlahan, ia tersenyum sambil menghapus air mata Bulan saat menatap mata gadis itu.

Bulan menatap tepat dibola mata Fabi yang kini menatap bola matanya juga. Fabi tersenyum lembut sekali, membuat hati siapapun yang melihat menjadi tenang. Bulan mengangguk saja untuk menjawab senyuman Fabi karna ia masih panik dan tak nyaman.

Drrt.. Drrt..

"Bentar ya Bulan.. Ardan nelfon.." kata Fabi sambil menunjukkan ponselnya kepada Bulan. Gadis itu segera mengangguk.

"Halo Dan?"

"Ini Zeo Fab, bukan Ardan."

"Kenapa Ze?"

"Lo sama Bulan kan?"

"Iya, kenapa?"

"Gue tau berita ini bakalan buat lo marah, tapi mau gak mau gue harus bilang ini ke elu Fab.."

"Apaan emangnya?"

"Diego pingsan gak tau kenapa, tapi dia sekarang lagi manggil-manggil nama Bulan, Dokter nyaranin yang namanya Bulan itu datang kesini, soalnya Diego masih setengah sadar, dia gak mau dioperasi sebelum Bulan dateng, kalo gak cepet diatasin, Diego bakal lewat Fab.."

[TCS-2] GruchpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang