FIFTEEN***
[Bulan POV]
Aku memegangi kepalaku yang terasa nyeri. Kepalaku sakit sekali.. apa aku pingsan? Dan mengapa rasanya badanku remuk? Aku membuka mataku sambil menahan beban tubuhku untuk bangkit dari tidur. Rasa ngilu dari kaki ku yang keseleo tadi menjalar keluruh kaki kiriku. Aku mendesah kecewa.
Aku mengangkat kepalaku seketika. Ini dimana? Kamar yang bewarna abu-abu gelap membuatku mengernyit bingung. Dan harum ruangan ini khas seseorang. Aku menoleh kekiri untuk mencari ponselku berada. Namun tampaknya aku tak menemukannya. Apa dimobil Ardan?
Aku menghela nafas. Jadi ini apartement Ardan? Kenapa rasanya rendah sekali? Aku menoleh ke kanan dan mencari bingkai foto atau sesuatu yang membuatku tenang jikalau ini adalah apartemen Ardan.
Aku mendongak mendapati sebuah bingkai foto besar dan seorang wanita yang tampak masih berumur dua puluhan sedang tersenyum bahagia. Siapa? Aku memperhatikan wajah itu dengan seksama. Sekilas mirip Ardan. Apa Mama Ardan ya?
Tapi tidak terlalu mirip Ardan. Alis tebal nan sempurna itu lebih mirip.. Fabi?! Apa Ardan memberitahu aku dimana? Ardan jarang berbohong dengan Fabi.. mungkin dia mengopor diriku ke Fabi? Tega sekali Ardan..
Aku menghela nafas kecewa. Lalu bergerak menuruni ranjang megah ini dengan susah payah. Aku memijakkan kaki kiriku rasanya masih sedikit sakit. Koko tadi benar-benar hebat. Ini tidak terlalu sakit lagi. Dan aku sudah bisa berjalan, walaupun masih tertatih-tatih.
Aku dengan memegang dinding menuju pintu kamar ini. Setelah sampai dipintu, aku memegang ketnop pintu putih ini segera. Aku membukanya dengan perlahan.
"Sebenarnya aku menyukai Bulan.."
Aku terdiam seketika. Ini tidak suara Fabi.. ataupun Ardan! Jadi siapa? Aku pernah mendengarnya. Namun aku lupa dimana. Apa teman Fabi? Mungkin Zeo?
"Itu calon istriku! Jangan merebutnya!"
Aku membeku. Ini jelas suara Fabi. Aku berdiri dan masih memegang gagang pintu ditangkupan tanganku. Tubuhku hanya berdiri dengan satu kaki sambil memegang erat dinding kamar ini.
Suara berat itu tertawa. "Ya maksudku.. sebagai menantu, aku menyukainya."
Menantu? Ah iya.. ini suara Papa Fabi!
"Aku juga menyukainya." dia tertawa seketika. Apa ini benar-benar Fabi yang berbicara?
"Lebih tepatnya sangat.. sangat.. sangat.. sangat.. menyukainya." sambungnya lagi dengam semangat. Suara Fabi terdengar lembut sekali.
Aku terdiam, lalu tiba-tiba tanganku memegang perutku yang tidak terlalu datar, dan tidak terlalu buncit juga. Dan aku sadar akan suatu hal, aku hamil.
"Ya itu bagus.. kau akan jadi ayah yang baik! Jaga cucu ku itu.."
Cucu? Apa mereka.. mengetahui kehamilan ku?
"Tentu saja! Aku ayahnya dan aku yang membuat Bulan hamil! Sudah pasti aku akan menjaga Bulan dan anak kami!"
Aku menutup mulutku tak percaya. Fabi serius dengan perkataannya? Dia mengaku kepada ayah kandungnya? Dia tidur denganku? Dan sekarang aku hamil? Dia mengatakan itu semua? Dengan Om Levi?!
CTAK
Lalu suara kompor dihidupkan terdengar. Apa mereka didapur? Aku melangkah sedikit lagi, membuka pintu dengan lebar. Dan tampaklah sebuah ruang tamu yang luas dihadapanku. Beberapa kaca antik pun memenuhi rumah ini. Aku melirik sekitar sini.. ada banyak bingkai foto.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TCS-2] Gruchple
Teen FictionBekerja sebagai arsitek bukan hal yang mudah bagi Fabi. Ia harus mampu mengatur jadwal karna rancangan yang ia kerjakan harus selesai tepat waktu. Perihal wanita tak pernah ia gubris. Bahkan Tuan Levi saja ragu melihat putra tunggalnya akan memiliki...