FOUR

5.4K 328 19
                                    

FOUR

***

Opa Bulan sedang membaca sebuah cerita lama yang disukainya. Sedangkan sang cucu datang menggunakan pakaian yang serba santai, ia malah kelihatan seperti anak kuliahan.

"Hai Opaa,"

Opa-nya hanya tersenyum, ia menatap Bulan dibalik kacamatanya itu. "Halo sayang, udah lama kamu nggak main kesini loh.."

"Sibuk Opa, hehe.."

"Nah kamu kesini mau ngapain? Pasti ada perlu nih.."

Bulan berjalan mendekati Omanya sembari tersenyum saja.

"Opa tau aja deh, Bulan ada keperluan kesini,"

"Pasti dong, kamukan ada udang dibalik batu,"

"Kan sekali-kali doang Opa, hehee.."

"Nah jadi ada perlu apa sama Opa?"

Bulan menyengir, "Engg.. gimana yah Opa,"

"Ada apa Bulan? Kenapa kamu malu-malu gini, biasanya kalo kamu udah mulai mencurigakan kayak gini, kamu ada cowok yang disembunyiin yah.."

Bulan menyengir, "Opaa.. Bulan mau dilamar sama Fabi.."

Opanya menautkan alis, "Dilamar? Sama Fabi?"

Bulan menyengir, "Iya Opa,"

"Siapa itu Fabi? Apa om-om tua yang seperti mantan kamu dulu,"

"Bukan kok Opa! Ihh kan Mas Dezka itu baru tigapuluh tahun, bukan om-om Opa!"

Opa-nya tertawa kecil, ia melepaskan kacamatanya segera. "Dan siapa Fabi ini?"

"Em.. dia itu pelanggan Bulan ditoko, udah lama banget, dan akhirnya kita pacaran udah delapan bulan Opa," Bulan meminta maaf dalam hati sebanyak-banyaknya karna ia telah membohongi sang Opa.

"Dan kenapa kalian memutuskan untuk menikah? Menikah itu bukan main-main loh sayang.."

"Ya karna kami mau serius Opa,"

"Yang bener?"

Bulan mengangguk.

"Kalo itu keputusan kamu dan kamu yakin bahwa si Fabi itu jodoh kamu, Opa akan menerima lamaran itu, dan satu lagi Opa hanya mau berpesan, jaga pernikahan kamu apapun yang terjadi dan usahakan meminta maaf duluan jika kamu merasa salah, oke?"

Bulan tersenyum, lalu memeluk sang Opa, ia mengusap air matanya yang sudah mengalir hingga ke dagunya, "Pasti Opa, pasti.."

"Patuhi apa kata suami-mu dan segera berikan Opa cicit yah, Opa kan udah tua,"

Bulan tertawa sumbang, "Masih aja kepengen cicit,"

"Opa anak tunggal, Mama kamu anak tunggal, Papa kamu anak tunggal dan kamu anak tunggal, jangan sampe dong cicit Opa anak tunggal lagi,"

Bulan melepaskan pelukannya, "Kalo dulu keturunan tunggal, Bulan pengen anak Bulan keturunan kembar, hehe.."

"Kalo kembar repot ah,"

"Tapi lucu Opaa!"

"Repot sayang!"

"Lucu Opa, ada dua biji gitu muka nya,"

"Biji-biji emang kamu pikir itu buah jeruk apa,"

Bulan menyengir. Lalu memeluk kakek kandung yang berasal dari Ayahnya.

***

Fabi sedang mengendari mobilnya. Disebelahnya ada Papa Fabi, mereka hanya mengenakan pakaian yang santai, mungkin karena ini hari sabtu jadi mereka bisa datang terlambat ke kantor.

[TCS-2] GruchpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang