FOURTEEN

1.7K 162 34
                                    


FOURTEEN

***

[Author POV]

Fabi sedang berhadapan dengan Tuan Pahlevi yang terdiam beberapa menit setelah ia menjelaskan Bulan telah mengandung anaknya. Bulan sudah berada dirumahnya. Bukan apartement. Rumah Tuan Pahlevi, yang memang rumahnya dari dulu, saat ia bersekolah SD, SMP dan SMA di Jakarta.

Tadi Bara mampir ke rumahnya dan memeriksa keadaan calon istrinya. Bara menyuktikkan antibiotik ke tubuh Bulan karna melihat kaki Bulan yang melebam ungu karna jatuh dari tangga. Sepertinya efek antibiotik itu membuat Bulan terlelap dalam tidurnya. Bara menyarankan Bulan tidak berjalan dulu untuk beberapa hari karena urat kakinya yang sedikit lari dari jalur.

Fabi makin bingung, dan ia sempat menanyakan perihal bayi yang ada diperut Bulan. Bara sempat tertawa namun tak urung memeriksa keadaan bayi yang dimaksud Fabi. Bara luar biasa kaget mengetahui calon istri Fabi telah mengandung. Bara mencemeeh dirinya karna belum membuat Bonbon mengandung anaknya.

Lalu Bara menjelaskan bahwa memang ada janin diperut Bulan, tetapi belum terbentuk sempurna. Mungkin umurnya baru seminggu lebih. Dan Bara menyarankan agar bulan depan mereka mengunjungi dokter kandungan. Fabi mengerti. Bara juga menyarankan bahwa Bulan jangan terlampau stres, hal itu dapat menyebabkan keguguran pada kandungannya.

Fabi menghela nafas dan bergerak mencari posisi nyaman dalam duduknya. Mereka berdua berada ditepi kolam renang Rumah Fabi sambil menyeduh teh hangat. Tuan Pahlevi sore ini sedang santai dirumah dan terkejut bukan main melihat calon menantunya yang sedang tertidur dipelukan Fabi namun kakinya diperban.

Fabi khawatir mengenai apa yang ada dipikiran Papa nya sekarang. "Apa solusinya?" tanya Fabi sekali lagi. Mereka daritadi hanya terdiam setelah Fabi menceritakan segalanya ke Papa nya itu.

Tuan Pahlevi mendongak untuk menatap putra tunggalnya itu. Ia menghela nafas. "Aku tidak percaya akan menanyakan ini ke anakku sendiri." ucapnya terlihat tak yakin.

Fabi makin khawatir. Menanyakan perihal apa? Fabi mengangguk saja. "Tanyakan saja. Akan aku jawab dengan jujur."

Tuan Pahlevi mengurut hidungnya. "Kau anggap apa aku ini son?! Kau meniduri wanita dan membuatnya hamil, lalu bercerita dengan Ayah mu sendiri?!" maki Ayah Fabi dengan kesal. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi dan memanjangkan kakinya.

Fabi mengernyit bingung. "Itu pertanyaan Papa?" tanya Fabi tak yakin.

Tuan Pahlevi menggeleng. "Bukan. Tapi jawab dulu pertanyaan yang ini."

"Tentu saja aku menganggap kau Papa ku. Kalo tidak.. mengapa aku menceritakan masalahku denganmu.. terlebih ini masalah ranjang pribadiku.." cicit Fabi diakhir. Wajah datar yang ia biasa pasang tampak tak berguna kali ini.

Tuan Pahlevi menegakkan punggungnya. "Ini pertanyaanku. Tapi apa kau yakin akan menjawabnya?" tanya Tuan Levi dengan tegas, menghiraukan jawaban Fabi tadi.

Fabi sangat-sangat khawatir. Ia berdekham sekali. Lalu ikut menegakkan punggungnya. "Ya akan kucoba."

Tuan Pahlevi menatap Fabi dengan dalam sembari menggeleng. "Tidak. Aku mau kau jawab dengan kejujuran." suruhnya tegas, ia menatap Fabi dengan dalam.

Fabi merutuki keputusannya memberi tahukan perihal kehamilan Bulan pada ayah kandungnya. Ia menelan saliva nya. Ia gugup sekali. Ia bahkan tak menyangka malam itu menyebabkan mahluk kecil tumbuh diperut Bulan.

Fabi lalu menghela nafas dan balas menatap Tuan Pahlevi. "Iya. Akan aku jawab dengan jujur Pa." balasnya datar dengan penuh penekanan.

Tuan Pahlevi tersenyum. "Kau keluar berapa kali didalamnya?"

[TCS-2] GruchpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang