SEVENTEEN

1.9K 170 42
                                    

SEVENTEEN

***

[Bulan POV]

Aku merenung ditepi balkon rumah megah ini. Fabi mengajakku kesini. Rumah ini atas nama Piskal yang akan disewakan kepada seorang reternir muda kenalan Fabi.

Aku tersenyum kecut. Ini bukan pertama kali aku kesini. Rumah megah ini sudah menjadi milik Diego sejak dia SMA. Aku dan Diego sering main kesini. Jika kalian bertanya apa hanya kami berdua saja dirumah megah ini saat itu? Jawabannya ya.

Aku yang tinggal dengan Opa ku hanya bisa bermain dengan Diego karna dia juga sedang melarikan diri dari keluarganya. Menurutku Diego itu anak broken home yang paling kaya. Ntah kenapa orang tuanya memberikan dia rumah sebesar ini untuk ditempati sendiri, ditambah fasilitas rumah ini yang lengkap, lalu ada beberapa mobil mewah.

Bunda Diego memberikan fasilitas kartu kredit sedangkan Ayahnya selalu memberikan barang-barang mewah. Orangtua nya yang gila kerja dan harta itu lebih memilih berpisah daripada kehilangan kerja mereka masing-masing. Dan disinilah Diego. Tinggal sendiri dengan segala kesepian yang ia pendam.

Diego memiliki saudara tiri sebanyak lima. Dua dari Bunda dan tiga dari Ayah. Mereka berdua menikah saat sudah menjadi janda dan duda. Diego sendiri anak ke enam alias si bungsu. Dan dia sendiri yang mewarisi harta dari kedua belah pihak konsultan bisnis itu.

Aku menghela nafas mengingat beberapa kejadian dirumah ini. Semua berawal dari rumah ini. Rumah ini yang menjadi saksi bisu aku dan Diego hampir melakukan hubungan intim saat malam perpisahan. Aku tersenyum kecut. Padahal jika aku tau, Fiona sudah mengandung Piskal saat itu.

Aku akan bercerita sedikit mengenai hubungan luar batas antara aku dan Diego. Kami ini lebih dari teman biasa. Aku tak pernah menginginkan hubungan ini sama sekali. Tapi ini terjadi begitu saja..

//*Pertama, gudang sekolah

Pulang sekolah aku disuruh Pak Jae untuk mengambil sepatu bot milik penjaga sekolah digudang. Pak Jae membutuhkannya untuk mengambil kunci mobil miliknya yang jatuh dikubangan lumpur.

Dan sekarang aku digudang lagi! Aku menghela nafas lelah. Padahalkan aku sudah menyelesaikan tugasku, tapi karna aku lupa mengunci gudang ini, jadi aku kembali lagi.

Gudang sekolahku bersih, walaupun sedikit remang, tapi gudang ini ditata seperti rak-rak laboratorium yang rapi.

Aku  menaruh tas ku dibawah, kunci gudang sedikit keras jadi harus menggunakan dua tangan. Aku memang sudah biasa pulang sore, karna Opa mengizinkanku menyetir jadi aku tenang untuk pulang malam.

Tapi hari masih sore, matahari saja belum tenggelam, aku lagi-lagi menahan helaan nafas kesal karna pintu gudang ini masih juga belum terkunci.

BRUK

Aku menoleh segera. Pria itu lagi. Aku sudah mengenalnya karna kami satu kelas dan satu Club Sastra Mandarin. Aku malas berdekatan dengannya, tapi karna kondisinya seperti itu, aku jadi ingin membantunya.

Tanpa pikir panjang, aku menghampirinya segera.

"Lo gak papa?"

Wajah itu terangkat kaget. Aku justru lebih kaget. Wajahnya babak belur dan bibirnya berdarah. Aku mengeluarkan sisa tissue dikantungku.

"Lo abis digebukin ya?"

Aku mengusap darah dibibirnya itu. Dia masih terdiam. Aku ditatap menyelidik dengan pria ini. Ini kelima kalinya kami dekat seperti ini. Karna dia selalu terkena masalah dan aku selalu menolongnya.

"Tu anak kemana njing?!"

Badanku sedikit terangkat karna kaget. Serius ini aku kaget. Tampaknya suara bariton yang sedang marah itu terdengar didekat sini.

[TCS-2] GruchpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang