ㅤㅤㅤㅤㅤ﹡ㅤㅤ𝐂𝐀𝐊𝐑𝐀𝐖𝐀𝐋𝐀
Cakra datang menghampiri Sabiru yang tengah membaca sebuah buku novel di perpustakaan. Jujur, ia sangat enggan untuk dekat dengan gadis itu. Tapi apa boleh buat, ini demi jam tangan dari David.
Melihat kedatangan Cakra, Sabiru langsung menoleh dan menghentikan sejenak aktifitasnya. Bahkan wanita itu sempat tersenyum kepada Cakra.
"Kak Cakra... Ada perlu apa di sini?"
Wajah Cakra datar. Ia mengambil nafas dalam, lalu menghembuskan ya perlahan. "Lo masih suka sama gua?"
Pertanyaan dari Cakra membuat Sabiru bingung. Tapi ia lebih memilih untuk jujur dengan mengangguk.
"Iya. Akan selalu kayak gitu."
"Oke. Lo mau pacaran sama gua?"
Sabiru melongo tak percaya dengan perkataan Cakra barusan. Apa ini hanya sebuah mimpi yang menjadi kenyataan? Atau hanya khayalan yang sedang di buat-buat?
"Lo mau apa enggak?!" karena Sabiru daritadi hanya terdiam, Cakra lalu mengeraskan suaranya.
"Iya! Aku mau kak!" balasnya dengan lantang, lalu tersenyum pada Cakra.
"Oke bagus kalo Lo mau."
"Berarti sekarang kita pacaran?"
"Enggak. Kita tauran."
Ucapan Cakra membuat Sabiru terkekeh. Ia pikir lelaki itu sangat lucu ketika sedang kesal.
ㅤㅤㅤㅤㅤ﹡ㅤㅤ𝐂𝐀𝐊𝐑𝐀𝐖𝐀𝐋𝐀
Setelah bertemu dengan Sabiru di perpustakaan, Cakra langsung kembali menemui David untuk menagih bayarannya.
"Vid... Mana imbalan gua? Biru udah jadi pacar gua sekarang."
David tertawa kecil ketika mendengar ucapan Cakra. Secepat itukah? Wah... Jurusnya Cakra ampuh juga.
"Jadi sekarang Lo udah jadi pacarnya Sabiru?" tanya Jayden sambil tertawa geli.
"Jujur gua ilfeel sih sama tu cewe wkwk." tambah Jendra.
David segera mengeluarkan kotak jam tangan dari saku celananya. Lalu ia memberikannya kepada Cakra.
"Thank's." ucap Cakra sambil menerima kotak jam tangan itu.
"Jadiin maninan lo aja tu cewe. 'kan lumayan juga. Dia sekarang juga udah mulai mau berubah." tambah Jayden.
Ya. Itu juga yang sedang di pikirkan oleh Cakra. Ia tidak membutuhkan gadis itu. Yang ia butuhkan hanyalah jam tangan dari David.
"Malam ini jadi balapan 'kan? Udah lama banget loh. Di tantangan juga tuh sama anak-anak Agasa."
Cakra mengangguk. Sepertinya ia akan ikut dalam balapan yang akan diadakan nanti malam. Lagipula, bunda nya sedang tidak ada di rumah malam ini. Bukankah ini sebuah kesempatan yang bagus dan langka?
Setelah sekolah selesai pada pukul 16:00 sore, Cakra langsung menemui Sabiru untuk memastikan gadis itu pulang ke rumahnya.
Perhatian? Tentu tidak. Itu dikarenakan ibu dari Sabiru yang menyuruh Cakra untuk mengantar anak gadisnya untuk pulang ke rumah.
"Kamu nanti malam ada acara? Dinner bareng aku yuk. Inikan hari pertama jadian kita."
"Gak. Gua harus balapan sama anak-anak Aegrios." tolak Cakra dengan raut wajah yang santai sambil menggunakan helm full face nya.
Sabiru terdiam sejenak.
"Boleh gak, kalo aku larang kamu ikut-ikutan balapan gitu? Aku takut kamu kenapa-napa, cak."
"Siapa lo ngatur-ngatur gua? Lo baru jadi pacar gua sehari aja udah bikin gua ga nyaman." ujar Cakra sambil menaiki motornya, sedangkan Sabiru masih berdiri.
"Tapi aku ikut, boleh? Tante Tania pasti khawatir sama keadaan kamu."
"Gak usah bawa-bawa nyokap gua. Gua mati aja nyokap gak peduli."
Tak ingin menjawab lagi, Sabiru lalu naik ke atas motor dengan bantuan bahu Cakra.
Cakra mungkin tidak ingin membuat bundanya khawatir, maka dari itu ia memutuskan untuk membawa Sabiru bersamanya.
Terkadang Cakra sangat membenci bundanya karena selalu melarang hal-hal yang ia sukai, dan memaksa untuk melakukan hal yang tidak ia sukai. Tapi biar bagaimana, dia adalah orang yang melahirkan Cakra. Ia masih berusaha untuk menghargai bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRAWALA (Revisi Soon)
FanfictionJika matahari bersama bulannya Pelangi bersama hujannya Siang bersama malamnya Lalu, bagaimana langit Cakrawala tanpa birunya?