“Kenapa nilai kamu jadi jelek banget sih, Cakra?! Kamu mikir apa?! Cewek?” bentak sang bunda dengan memegang arsip nilai ulangan Cakrawala selama satu bulan. Bunda tidak takut untuk berteriak dihadapan umum, harga diri seorang Cakrawala kini dipertaruhkan.
“Maaf bunda...”
Semua orang menontoni kejadian itu layaknya sinetron yang tayang di televisi hanya saja ini lebih seru. Sabiru ikut melihat kejadian itu dan merasa sedikit iba pada Cakrawala meski lelaki itu telah parah melukai hatinya.
“Liat orang-orang sekarang ngelihat kamu dipermalukan kayak gini, ULAH SIAPA CAKRA?! BUNDA MASUKIN KAMU SEKOLAH INI BIAR BISA DAPAT NILAI YANG SEMPURNA DIBANDING TEMAN-TEMANMU YANG LAIN!”
“Gak semua harus sempurna, bunda!” Cakra ikut berteriak karena sudah kehilangan kesabaran.
“Kamu salah, semuanya harus sempurna!”
Sabiru kini merasa iba. Ia lalu mendekati ibu dan anak itu.
“Maaf bunda, tapi Cakra akhir-akhir ini memang aktif di organisasi jadi kurang memperhatikan nilainya.”
“Siapa kamu?!”
“Sabiru Eleorana. Pacarnya Cakra...” ucapan dari Sabiru membuat banyak pasang mata terkejut bukan main.
“Kamu? Pacarnya Cakra?”
“Iya. Saya yang punya nilai terbaik dan bertahan diperingkat satu selama lima semester.”
“I know. Kamu cewek culun yang ngejar-ngejar anak saja. Ya cuma... Emang dia beneran mau sama cewek kelas menengah kayak kamu?” ucap sang bunda merendahkan.
“Kenapa engga? Kita saling cinta kok, iyakan Cakra?" Kini Sabiru menatap Cakrawala yang nampak bingung.
“E──iyaa”
“Buktiin kalau Cakrawala emang lagi lengah! Untuk semester akhir, saya ga mau liat nilainya Cakra anjlok lagi!” bunda lalu pergi dari sana. Semua orang yang tadi menontoni pun ikut bubar.
“Kenapa, bi?”
“Gue cuma kasian sama lo.”
“Bukan berarti lo ga mau terima gue lagi kan? Gue bakal berusaha lagi buat dapetin hati lo. Gantian.”
“Kita cuma pura-pura. Gue udah punya Abian.”
“Abian punya lo, tapi lo punya gue Bi. Ga akan gue lepasin dengan mudah.”
“Terus Laurelisha mau lo taro dimana? Dia yang pertama gue yang kedua gitu? Egois lo.”
“Gue putus sama dia──”
Sudah beberapa bulan berlalu sejak kejadian hari itu. Laurelisha lebih memilih ikut orang tuanya untuk tinggal di Brazil dan tidak kembali. Tidak akan ada kesempatan untuk saling bersama. Disitulah keduanya memutuskan untuk mengakhiri hubungan.“Itu urusan lo sih. Gue juga ga mikirin itu lagi.” Sabiru beranjak meninggalkan Cakra yang masih ditempatnya.
* Cakrawala
“Gue beneran bingung gimana caranya buat dapetin Sabiru lagi. Gue nyesel, Ji.” ucap Cakrawala pada Jinan yang kini sedang menyantap makanannya.
“Ya gimana ya, cak. Cara lo juga salah sih buat nyakitin dia.” ucap Jinan terus terang.
“Dapetin aja dia lagi, tunjukin kalo LO tulus mau berubah buat dia.” timpal Vincent.
“Lo kira gampang buat naklukin Biru , cant?!” kesal Cakrawala yang tak kunjung mendapat titik terang.
“Gampang lah kalau lo serius mau berusaha. Cewe tu yang diliat effortnya.” tambah Vincent.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRAWALA (Revisi Soon)
FanfictionJika matahari bersama bulannya Pelangi bersama hujannya Siang bersama malamnya Lalu, bagaimana langit Cakrawala tanpa birunya?