07 : Langit Senja

39 7 0
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤ﹡ㅤㅤ𝐂𝐀𝐊𝐑𝐀𝐖𝐀𝐋𝐀

Setelah sampai ke rumah lama neneknya, Dani langsung memeluk bundanya. Seakan ia tahu bahwa wanita yang telah melahirkannya itu tidak baik-baik saja.

Dani bahkan memeluk bunda erat, bahkan sangat erat hingga tidak ingin melepaskannya.

"Bun... Gak papa 'ya? Dani janji bakal selalu ada buat bunda."

Benar kata orang-orang, sekuat apapun laki-laki, ia tidak akan bisa membendung air matanya jika sudah melihat ibunya di sakiti.

"Bunda gak papa, kak. Tau kalau kalian ada di samping bunda pun, bunda udah seneng."

Mereka menrenggangkan pelukan itu. Lalu menghapus sedikit sisa air mata yang ada dipipi.

Dani duduk di sofa, begitupun bundanya. Suasana hening sejenak. Sampai Dani mulai angkat bicara.

"Bun, Dani mau putus kuliah aja."

Ucapan itu tentunya membuat kaget dan bertanya-tanya. Apa seorang Ardani Elkarana mengkhawatirkan kondisi keuangannya?

"Kenapa kak? Kalau soal biaya kamu ga usah khawatir, bunda bisa kerja. Lagipula ini semester akhir, tanggung banget kalau seandainya mau berhenti."

"Engga deh. Kakak takut ngerepotin bunda. Biar nanti kakak cari kerja aja."

Perceraian keduanya membuat semakin sulit kondisi keluarga. Sampai-sampai Dani ingin memutuskan untuk putus kuliah.

"Kalau kamu kuliah sambil kerja aja gak mau? Gak sayang sama tahun-tahun kamu?" usul sang bunda.

Dani berpikir sejenak. Usulan itu boleh juga.

ㅤㅤㅤㅤㅤ﹡ㅤㅤ𝐂𝐀𝐊𝐑𝐀𝐖𝐀𝐋𝐀

Setelah pulang sekolah Cakra memutuskan untuk menjemput Sabiru. Kebetulan tadi Laurelisha ada kerja kelompok dengan temannya.

Ia berpikir untuk menghibur gadis itu. Berharap masalahnya hilang sejenak.

"Bi, jalan-jalan yuk. Ada taman hiburan baru buka."

"H-hah?"

"Lo gak mungkin tuli 'kan?"

Ya Sudahlah, Sabiru selalu saja salah dalam berucap. Tidak ingin panjang lebar, ia langsung naik keatas motor Cakra dengan bantuan baju lelaki itu.

Cakra membawa motornya tidak terlalu cepat, kakinya juga masih sedikit sakit karena jatuh kemarin.

Suasana sore dengan sinar matahari yang tenang serta langit jingga yang indah membuat sejuk mata. Ditambah lagi deburan ombak disekitaran jalan menuju taman hiburan itu sangat tenang.

"Kak, kita ga usah ke taman 'ya? Jalan-jalan di sini aja?"

Cakra langsung memarkirkan motornya di sisi jalan. Kalau dilihat-lihat tempat ini tidak terlalu ramai. Memang ada pedagang rujak dan es tebu, tapi hanya ada 1 atau 2 orang. Kebanyakan orang lebih memilih bermain di pantainya.

"Lo suka liat pemandangan sore?" tanya Cakra sambil menatap Sabiru.

"Suka. Tapi aku lebih suka kakak yang lagi baik sama aku." balasnya sambil tersenyum hangat.

Lelaki seperti Cakra mudah luluh dengan senyum itu. Sudah lama ia tidak melihat senyuman sehangat itu.

"Kak, kakak kalo senyum tambah ganteng. Kenapa ga senyum terus aja?"

"Kalo senyum Mulu ntar kayak orang gila."

"Gak gitu juga. Tapi kalau kakak sama aku, aku bakalan buat kakak senyum gini terus. Percaya deh."

CAKRAWALA (Revisi Soon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang