06 : Dua pilihan

37 7 0
                                    

ㅤㅤㅤㅤㅤ﹡ㅤㅤ𝐂𝐀𝐊𝐑𝐀𝐖𝐀𝐋𝐀

“Kita sekarang tinggal di rumah peninggalan nenek aja 'ya sayang. Gak papa 'kan?” tanya bunda sambil melihat sekeliling rumah yang sedikit berdebu itu.

Rumah itu memang sudah lama kosong. Tidak begitu besar, tapi cukup untuk dua orang yang tinggal di rumah tersebut. Hanya ada dua kamar, satu kamar mandi, dapur dan juga ruang tamu yang bisa dibilang tidak terlalu luas.

“Gak papa bun. Tapi Biru kepikiran sama kak Dani, gimana ya kalau kakak pas pulang kita udah ga ada di rumah?” tanya gadis polos itu sambil menatap mata Arin.

“Bunda juga gak tau, nak. Jujur bunda khawatir sama kakakmu, tapi mau gimana lagi?”

Sama-sama memikirkan kondisi Dani. Dia adalah orang yang sulit menerima keadaan. Hanya sedikit takut, jika Dani melakukan hal-hal yang berbau negatif untuk menyalurkan rasa sakitnya. Apalagi berhubungan dengan orang tua yang sangat ia sayangi.

”Kak Dani masih kuliah. Apa nanti Biru telfon kakak aja 'ya Bun? Abis itu kita hidup bertiga tanpa ayah. Lagipula ayah gak peduli sama kita.”

“Udah, mending sekarang kamu mandi abis itu istirahat. Bunda mau beres-beres sebentar.”

Itu hanya elakan dari bunda nya, agak putri kecilnya itu tidak memikirkan permasalahan rumah tangganya. Dia terlalu polos untuk diajak berbicara hal-hal seperti itu. Mungkin nanti Arin akan menceritakan semuanya ke anak pertamanya, Ardani Elkarana.

ㅤㅤㅤㅤㅤ﹡ㅤㅤflashback off

“Lo gak papa, 'kan bi?” tanya Cakra dengan tatapan iba.

“Bohong kalau aku bilang ‘gak papa’ kak. Aku selalu takut perihal kehilangan, karna aku gak punya banyak orang di hidupku.”

Kini Cakra semakin takut untuk mengambil langkah seterusnya. Bahkan yang tadinya ia berpikir untuk mengakhiri hubungannya dengan Sabiru, kini hanya tinggal rencana.

Cakra harus benar-benar berpikir dua kali jika ingin menyakiti perasaan gadis malang itu.

“Cukup 'ya? Lo terlalu takut sama hal yang belum tentu terjadi.” ucap Cakra sambil mengacak surai panjang Sabiru hingga kedua mata itu saling menatap.

“Gue yakin, demi lo sama bang Dani, mereka gak bakalan kurang buat ngasi kasih sayang ke kalian.”

Jujur, Sabiru tersentuh dengan ucapan Cakrawala. Lelaki itu terlihat sangat tegas dan selalu berani. Tapi disisi lain dia mempunyai sifat yang lembut da penyayang.

Bukankah Sabiru sangat beruntung memiliki kekasih sepertinya? Mungkin tidak jika Biru mengetahui yang sebenarnya terjadi.

Jika dipikir-pikir lagi ucapan Cakra sangat benar adanya. Ia masih mempunyai bunda Arin dan Dani yang menyayanginya. Ayahnya juga pasti sama, hanya saja harus berpisah untuk saat ini.

Berbeda dengan Cakra, dia saja bisa menjalani semuanya tanpa sosok sang ayah sejak ia masuk smp. Bunda nya sangat berubah saat kejadian itu. Sifatnya yang lembut tiba-tiba hilang. Ia menuntut Cakra untuk menjadi laki-laki sempurna. Pintar dan berprestasi.

Dia, hanya laki-laki biasa yang mempunyai kekurangan. Dia juga bisa lelah dan bosan dengan kegiatan belajar dengan tuntutan. Dia bisa melakukannya setulus hati, namun tidak dengan di kekang.

“Kak Cakra, makasih 'ya?”

Cakra hanya diam dan mengangguk tanpa membalas ucapan dari Sabiru.

ㅤㅤㅤㅤㅤ﹡ㅤㅤ𝐂𝐀𝐊𝐑𝐀𝐖𝐀𝐋𝐀

“Rel, gue mau ngomong sama lo!”

Bian tiba-tiba menarik tangan Laurelisha yang baru saja menaruh tasnya di atas meja. Namun, Jayden sontak memisahkan keduanya seolah ia tau apa yang ingin di lakukan Abian.

CAKRAWALA (Revisi Soon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang