PART 28

2K 314 41
                                    

*** ***

Suara rintik hujan yang sempat mereda, kembali terdengar deras malam ini. Suhu yang biasa nya juga terasa hangat, kali ini terasa sangat dingin.

Bagi beberapa orang, malam ini mungkin tampak biasa saja, yang berbeda hanyalah langit yang lebih gelap dari biasanya.

Namun, untuk beberapa orang lainnya, malam ini menjadi malam yang sangat panjang bagi mereka, menjadi malam yang mungkin tidak akan bisa mereka lupakan.

Ada yang diliputi dengan kebahagiaan, namun ada juga yang dipenuhi dengan kesedihan.

Seperti, seorang pria yang kini sedang duduk di sebuah kursi panjang yang terletak di depan ruang bertuliskan 'Ruang Operasi'.

Tangan nya terus saja bergetar semenjak ia mendapati kabar mengenai apa yang terjadi. Tatapannya tak pernah lepas dari pintu ruang itu, menunggu jawaban tentang pertanyaan yang sedang bermunculan di kepalanya.

"Mas Oniel"

Iya, pria itu adalah Lioniel Ganendra Bratajaya.

Oniel menoleh, mendapati adik perempuan satu-satu nya, sedang menatapnya dengan mata yang sembab, tangis bahkan masih mengalir membasahi pipi adik nya itu.

Tanpa berlama, Oniel bangkit dari duduknya, memeluk tubuh Chika, mengusap lembut rambut adiknya itu dengan tangan nya yang masih gemetar, berharap setidaknya ia bisa memberikan sedikit ketenangan.

"Mas, aku takut..."

"Iya, mas tau, tapi ayo kita coba belajar percaya kalau ibu pasti baik-baik aja" ucap Oniel, tangan nya terus mengusap lembut rambut Chika.

Sembari memeluk, mata nya kembali menatap ruang, tempat ibu nya kini sedang terbaring, berjuang untuk terus hidup.

"Papa"

Chika melepas pelukan dari kakak nya, menoleh ke arah sumber suara, dan mendapat kedua keponakan lucu nya sedang berjalan bergandengan tangan menuju ke arah mereka.

"Hawoo, tante Chiwka" ucap Muthe si sulung, sembari melambaikan tangan kanan nya, sedangkan tangan kiri nya masih terus menggandeng erat tangan adik kembarnya.

"Halo sayang-sayang nya tante" balas Chika, sembari menekuk lutut nya, menyamakan tinggi nya dengan kedua keponakan nya itu.

Oniel sedikit terkejut sekaligus bingung dengan keberadaan kedua putrinya, tapi rasa itu memudar ketika mendapati Shani, istrinya sedang berjalan ke arah nya.

Entah kenapa, melihat istri nya, tembok yang sudah Oniel bangun sedari tadi, untuk tidak menangis, perlahan terkikis. Matanya mulai panas, ujung matanya mulai mengumpulkan air mata.

Kakinya juga secara tidak sadar bergerak membawa tubuh nya berjalan menghampiri Shani, seperti seorang anak kecil yang siap merengek ke ibu nya.

Melihat apa yang terjadi, Shani juga ikut mempercepat langkah nya, setengah berlari dengan kedua tangan yang terbuka, siap menerima pelukan dari suaminya.

Dan tentu saja tak butuh waktu yang lama, akhirnya pasangan itu berhasil memeluk tubuh satu sama lain.

"Shan..."

Shani berusaha sekuat tenaga menahan tangisnya. Hatinya ikut merasa sesak, mendengar ada ketakutan yang tersirat dari suara lemah suaminya itu.

Tangan Shani perlahan melepas pelukan mereka, mengusap pelan pipi yang basah karena air mata, menangkup wajah tegas suaminya itu dengan kedua tangan nya.

"It's okay....aku disini"

.

.

.

LitheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang