PART 25

1.9K 288 35
                                    

*** ***

Oniel membuka pelan pintu kamarnya, disana ia bisa melihat istrinya yang sedang meletakkan kembali baju miliknya, ke lemari baju mereka bersama.

"Shan" panggilnya, namun tetap tak ada jawaban yang keluar sedikit pun dari mulut Shani.

Sejak kembali ke rumah, tadi malam, Shani baru membuka mulutnya beberapa kali. Pertama, ketika bertemu dengan Muthe dan Christy, dan kedua, ketika ia menyapa ibu mertuanya serta adik iparnya. Sisanya, Shani hanya diam, bahkan bersikap acuh pada Oniel.

Jika bertanya tentang perasaan Oniel, tentu saja ia merasa sakit, semuanya terasa berbeda. Tak ada lagi kehangatan yang ia rasakan dari sosok istrinya sekarang. Dingin, meliputi Shani, dan sekaligus hubungan mereka berdua.

Perlahan, Oniel melangkahkan kakinya, mendekati Shani "Ada yang bisa aku bantu?" tanya nya, membuat Shani tiba-tiba menoleh, memandangi nya dengan ekspresi dingin.

Semburat senyum terpasang di wajah Oniel, walau ditatap tanpa ada kehangatan, ia tetap merasa bahagia, karena setidaknya istrinya itu berani untung memandang wajahnya.

"Kamu udah tanda tangan surat perceraian nya?"

Senyum yang baru saja muncul itu, tiba-tiba runtuh, setelah mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulut istrinya.

"A-aku, gak mau dan gak mungkin tanda tanganin surat itu, Shan" jawab Oniel, sedikit gagap

"Kenapa?"

Lagi, hati Oniel meringis mendengar pertanyaan yang baru saja diucapkan istrinya.

Oniel menutup mata nya sesaat, mengambil nafas panjang, "Menurut kamu, apa aku punya alasan untuk setuju dengan perceraian itu?" bukan menjawab, Oniel justru memberi pertanyaan kepada Shani

Kali ini, gantian Shani yang menghela nafasnya, tak sadar kalau ternyata matanya mulai panas, "Ada. Kamu punya banyak alasan, untuk cerai'in aku, Niel"

Oniel diam. Terkejut dengan ucapan Shani, tak menyangka bahwa istrinya itu akan berpikir demikian.

"Kamu bisa cerai'in aku, karena aku gak pernah bisa jadi istri yang baik buat kamu, istri yang gak bisa percaya sama suaminya sendiri, istri yang se-"

Oniel menutup matanya, menghela nafasnya pelan "Shan"

"selalu curiga sama suaminya, yang memilih untuk pergi ke rumah orang tua nya tanpa dengerin penjelasan dari suaminya. Istri yang cuman bisa diam, ketika suaminya dihajar oleh ayahnya sendiri, istri yang-"

"Shan!!" kali ini, Oniel berhasil menghentikan ucapan Shani, dengan nada tinggi yang tak pernah ia keluarkan sebelumnya.

Shani menganggukan kepalanya, ia memang terkejut dengan bentakan Oniel, tapi kembali dia melanjutkan ucapan nya.

"Istri yang udah bunuh anak kandung kamu"

Ada sesuatu yang tiba-tiba kosong di hati Oniel, ada perasaan aneh yang meliputi dirinya, ketika mendengar ucapan Shani. Ia tidak pernah menyangka, bahwa Shani akan membahas permasalahan yang masih sensitif bagi mereka berdua.

Mulutnya tiba-tiba kelu, tubuhnya kaku bercampur dengan gemetar, yang hanya bisa ia lakukan hanyalah menatap istrinya yang kini sudah menangis sejadi-jadinya.

"S-shan" Oniel perlahan membuka mulutnya, sekuat tenaga menahan tangisnya tak tumpah saat itu juga.

"Marah, Niel. Marahin aku! Jangan diem aja. Salahin aku!!" ucap Shani dengan nada tinggi, memberi tau suaminya untuk memarahinya.

Tubuh Oniel semakin bergetar, air matanya tiba-tiba sudah lolos begitu saja. Ia sendiri tak tau, saat ini ia sedang merasakan apa. Kekecewaaan, kesedihan, serta marah bercampur menjadi satu, membuat wajah nya merah dan harus mengepal erat tangan nya sendiri.

LitheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang