PART 24

1.7K 290 29
                                    

*** ***

Mungkin bagi beberapa orang, hari-hari yang terlewati dengan keluarga dan orang terkasih adalah sesuatu yang membahagiakan, namun berbeda dengan keluarga kecil Oniel yang belakangan ini harus melewati badai demi badai, yang berujung pada kehilangan salah satu calon anggota keluarga kecil mereka.

Tiga hari sudah dilewati, tapi tetap saja rasa kehilangan dan sakit yang dirasakan Oniel sama sekali belum reda. Tangisan nya sudah berhenti, bahkan air mata nya kering tak bisa mengeluarkan setetes pun, namun hati nya masih rapuh.

Kali ini, Oniel duduk di kursi yang disediakan di depan ruangan istri nya berada. Dari awal Shani pindah ke ruangan yang sekarang, Oniel sendiri belum berani masuk, lebih tepatnya tak diizinkan masuk oleh ayah mertuanya.

"Niel" satu tepukan di pundak kiri nya, membuat Oniel menoleh, mendapati Gracio dan Jaehan, dua sosok yang selalu menemani nya di masa-masa terpuruknya.

Oniel menampilkan senyum kecilnya, seolah menjelaskan bahwa dia baik-baik saja.

"Gimana kata dokter? Shani udah boleh balik?" tanya Jaehan, yang dijawab gelengan oleh Oniel

"Gue gak tau, Han. Lu tau sendiri, sejak awal gue gak boleh masuk dan gak boleh tau tentang kondisi istri gue"

Jaehan dan Gracio menghela nafas mereka secara bersamaan, "By the way, kita berdua harus balik duluan, Niel. Jaehan ada tugas jaga, dan gue, ya harus balik ke perusahaan, sesuai dengan yang lu omongin ke gue" ucap Gracio, membuat Oniel mengangguk paham.

"Iya, thanks ya. Lagian juga ngapain sih kalian ke sini, kan gue udah bilang, kalian gak perlu repot-repot kesini, tiap hari lagi"

Gracio merangkul pundak Oniel, menepuk pelan pundak itu, "Ya sapa tau kan lu kesepian, jadi kita temenin deh" Jaehan mengangguk setuju dengan ucapan Gracio, perlahan tangan laki-laki itu mendorong pelan dada Oniel

"Gue tau lu kuat, Niel. Lu gak sendiri, ada gue sama Cio" ucapan Jaehan berhasil membuat hati Oniel melengos, membuat ia harus tersenyum getir.

"Thanks"

"O-okey, udah ah, apa'an banget sih kita kek gini, sok-sok'an sweet gak jelas gini. Udah ah, ya udah ya, Niel, gue sama Jaehan balik dulu, nanti telpon aja kalau ada yang urgent"

Jaehan tertawa kecil mendengar ucapan Gracio, "Ya udah, gue balik ya, Niel" ucap nya, lalu berjalan menyusul Gracio yang sudah terlebih dahulu berjalan.

Oniel menatap punggung kedua sahabatnya yang kini sudah mulai samar dan menghilang dari penglihatan nya, senyum yang terpasang pun ikut mulai menghilang.

"Bahkan gue udah lupa cara untuk kuat, Han" perlahan, dengan suara pelan Oniel mengucapkan itu, kalimat yang akhirnya perlahan muncul eksistensinya.

.

.

.

"Okey, setelah saya periksa, saya rasa hari ini pasien sudah boleh kembali ke rumah. Kondisi pasien sudah cukup stabil, nanti juga akan saya resepkan beberapa obat, yang bisa membuat kondisi pasien lebih optimal lagi."

Semua anggota keluarga Shani, menghela nafasnya lega, setelah mendengar penjelasan yang keluar dari mulut dokter yang merawat Shani selama tiga hari ini.

"Baik dok, saya ucapkan terimakasih banyak, karena telah merawat putri bungsu saya"

"Sama-sama, pak. Kalau begitu saya permisi dulu"

Shania menyenggol sikut Bobby, suaminya, dan memberikan kode untuk meninggalkan ruangan, dan kode itu untungnya berhasil ditangkap oleh pria itu.

"Ehm, pa, aku sama kak Keynal keluar bentar ya, untuk ngurusin proses keluar nya Shani dari rumah sakit" ucap Bobby, membuat Keynal hampir saja tersedak air minum nya sendiri.

LitheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang