PART 9

2K 351 39
                                    

~~~***~~~

Oniel memarkirkan mobil nya di parkiran yang tersedia di rumah sakit, yang merawat anak sulungnya. Ia baru saja sampai, setelah menjemput ibu dan adik perempuannya dari kampung. Iya, setelah menceritakan apa yang terjadi dengan Muthe, ibu dan adik nya itu memutuskan untuk segera berangkat, untuk menjenguk anak sulungnya itu.

"Ibu sama Chika masuk dulu aja ya, ada Shani di dalam, aku mau ke supermarket bentar, beli'in Christy cemilan" ucap Oniel, lalu berjalan meninggalkan Siska dan Chika di depan pintu ruang rawat Muthe.

Chika membuka pintu ruangan itu, dan melihat ada Shani yang sedang duduk di sofa sambil menggendong Muthe yang sudah tertidur di pelukannya.

"Nenek, tante" si bungsu yang duduk di sebelah Shani, menyapa dua orang yang kini sedang berjalan mendekati nya.

Shani sedikit terkejut dengan keberadaan keduanya, dengan berhati-hati Shani mencoba untuk berdiri untuk memberi salam kepada Siska

"Udah gak papa, kamu duduk aja, Shan" Siska menahan Shani untuk berdiri, ia sedikit menunduk untuk melihat kondisi cucu pertamanya.

Jelas terlihat perban kecil yang menutupi dahi kiri cucunya, di bagian ujung mata kiri serta mulut juga terdapat luka lebam berwarna biru keunguan yang cukup besar.

"Ya ampun, cucu nenek" ucap Siska, air matanya hampir menetes melihat kondisi Muthe yang cukup parah, ia hanya tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sakit yang harus dirasakan gadis kecil itu di usianya yang masih sangat belia.

Chika duduk di sebelah Christy, ia juga bisa melihat dengan jelas, bagaimana wajah keponakannya itu, padahal baru minggu lalu, wajah itu mulus tak ada luka sedikitpun.

Christy memegang tangan Chika, "Mumu cakit, tante, kacian, mumu sewring nangis" ucap nya, Chika bisa melihat ada kesedihan di mata gadis kecil itu.

"Bu, maafin Shani, ya" ucap Shani, ia menatap ibu mertuanya itu, air matanya entah kapan sudah mengalir membasahi pipinya.

Siska menghela nafas nya pelan, ia mengusap pelan pundak menantunya itu, "Gak perlu minta maaf, ini juga bukan kesalahan kamu ataupun Oniel. Ini memang udah ditakdirkan untuk rumah tangga kalian, yang sabar ya, ibu yakin setelah hujan pasti ada pelangi, dan setiap masalah pasti ada solusinya" ucap nya, tangannya mengusap pipi menantunya, menghapus air mata yang mengalir.

Pintu terbuka, menampilkan Oniel yang sudah kembali dengan tas belanja yang penuh dengan snack untuk kedua gadis kecilnya. Tanpa mengucapkan apapun, Oniel menyusun segala snack dan minuman yang tadi ia beli ke meja yang disediakan khusus untuk makanan.

"Shan, itu aku beli makanan, kamu makan aja dulu, biar Muthe sama aku" ucap Oniel, ia kini sudah berada di samping istrinya

"Tapi aku gak laper, Niel"

"Kamu belum makan dari pagi, Shan. Makan dikit aja"

Shani menghela nafasnya, dengan perlahan ia memindahkan Muthe ke dalam pelukan Oniel. Merasa pelukan ibunya hilang, Muthe tiba-tiba terbangun, lalu menangis membuat semua yang ada di dekatnya terkejut

"Huaaa, mama, cakit, Mumu cakit" di sela-sela tangisnya, Muthe berteriak kesakitan. Oniel memeluk anak sulungnya itu, mencoba untuk menenangkannya, tapi tangis nya tak kunjung henti, justru semakin kencang belum lagi tangan Muthe yang mencoba untuk membuka perban yang menempel di dahinya.

Shani yang berada di samping Oniel, ikut mengusap punggung Muthe. Memang sejak dirawat di rumah sakit, anak sulungnya itu pasti akan menangis kesakitan jika terbangun. Jaehan menjelaskan bahwa itu termasuk dari bentuk trauma yang dialami oleh Muthe yang terkejut dengan rasa sakit yang dia alami.

LitheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang