FOLLOW SEBELUM MEMBACA!
SEQUEL PERJODOHAN MANTAN
BISA DIBACA TERPISAH!
****
Dunia Zionathan adalah Brianna.
Dunia Brianna adalah Zionathan.
Yah, setidaknya itu yang dikatakan orang-orang di sekitar mereka yang selalu merasa bahwa mereka lebih dari...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
Pagi hari ini, Brianna sudah dibuat kesal setengah mati. Ia tidak bisa merapikan rambutnya yang masih berantakan ini. Dia ingin menyisir dan mengikat rambutnya, tapi terlalu sulit dengan keadaan tangannya yang seperti ini.
"Zionathan pasti udah pergi. Gue gak bisa minta tolong," keluhnya.
Brianna menghentakkan kakinya sebal. Ia tidak mau ke kampus terlihat jelek begini. Ia pun keluar dari kamar mandi dengan bibirnya yang cemberut.
"Pagi-Pagi udah cemberut aja tuh bibir."
Tubuhnya terlonjak. Matanya melebar melihat Zionathan duduk di sofa kamarnya. Dia belum pergi? Tumben sekali.
"K-Kok lo di sini? Belum berangkat? Tumben."
"Gue mau bantu lo. Ada dua tangan aja masih manja, ini satunya lagi sakit, pasti lo gak bisa apa-apa."
Zionathan melihat rambut gadis ini yang masih belum tertata rapi. Pasti dia kesulitan. Bisa ia simpulkan rambut ini yang menyebabkan bibirnya maju seperti bebek. Brianna tidak suka rambutnya berantakan seperti ini.
"G-Gak usah. Biarin aja kayak gini." Brianna tergagap. Mendadak ia tidak ingin Zionathan membantunya.
Zionathan menarik tangannya yang bebas dan ia dudukkan di kursi meja riasnya. "Emang mau ke kampus rambutnya berantakan gini? Mau jelek ke kampus?"
"Jadi, menurut lo gue jelek gitu? Nyebelin!"
Zionathan mengambil sisir dan mulai menyisir rambut Brianna dengan lembut. "Gue gak bilang gitu. Kapan juga lo jelek? Tapi, gue tau lo suka ngerasa jelek kalau rambutnya gak rapi gini dan gue gak suka itu. Makanya, sini gue bantu supaya kepribadian narsis lo itu balik lagi."
Sialan.
Brianna ingin kabur saja ke ujung dunia di mana ia tak bisa ditemukan. Laki-Laki ini sejak kapan bisa berkata manis begitu? Jantungnya yang sudah berdebar itu dibuat semakin menggila bersamaan dengan perutnya yang geli setiap kali tangan laki-laki itu menyentuh rambutnya. Dulu Zionathan sering melakukan ini dan rasanya biasa saja, tapi kini terasa berbeda.
"Rambutnya mau diapain? Ikat satu tinggi mau?"
Brianna mengangguk. "Pake scrunchie pink, ya. Outfit gue pink hari ini."
Zionathan pun mulai mengikat rambut Brianna dengan rapi. Brianna sampai terkesima melihatnya. Brianna lupa laki-laki ini memang mahir dalam urusan ini. Wajar, sudah lama Zionathan tidak melakukan ini.
"Gue lupa lo jago soal ginian."
"Bersyukur lo gue belajar soal ginian demi lo. Bisa apa lo tanpa gue?"