Hari minggu, tapi Ayah tetap berangkat bekerja, Ibu juga pergi pagi-pagi sekali untuk belanja bulanan ke pasar. Itu khusus sih untuk membeli sayuran dan kebutuhan protein, untuk sisanya Ibu menyuruh Galan berbelanja bulanan di supermarket yang tidak jauh dari rumah.Ngomong-ngomong kondisi Galan juga sudah lebih baik, itu terbukti dari kemarin ia sudah gencar mengganggu Theo. Mengikuti ke mana pun cowok itu pergi. Entah bermain gitar di halaman belakang atau hanya melihat dari jauh saat cowok itu bermain basket di lapangan samping rumah.
Galan jadi ingin bermain basket bareng Theo nanti sore. Sekarang ide gila lain muncul dari balik kepalanya yang ternyata otaknya kecil banget.
Ia akan meminta Theo mengantarnya menggunakan mobil pribadi laki-laki itu untuk berbelanja.
Jadilah kakinya sekarang berakhir di depan pintu kamar cowok itu, mengetuk pintu layaknya seorang Anna mengetuk pintu kamar kakak perempuannya.
"Bang, Theo." Itu suaranya Galan mirip Anna ketika memanggil Elsa.
"Do you wanna build a snowman?" ujarnya, menyanyikan salah satu lagu kartun yang paling banyak disukai anak perempuan tersebut.
Untung saja Theo tidak menjawab dari dalam, go away Galan. Kalau iya sih, Galan bakalan ngakak tujuh hari tujuh malam. Nggak deng, kelamaan.
Tapi, pintu masih tertutup rapat. Ya bukan Theo sih kalau langsung dibukain. Galan coba memutar knop pintu, kali ini dikunci, mungkin Theo trauma karena tempo hari ada anak beruang tiba-tiba masuk ke kamarnya.
Ah, kejadian itu ya. Kalau diingat-ingat Galan jadi meringis sendiri dengan suara bentakan Theo.
Suara Theo itu lumayan berat mukanya juga sangar, apalagi waktu itu Galan masih jadi anak baru di sini, jadi takutlah.
Kini memikirkan cara lain lagi agar Theo mau membukakan pintu, sampai satu ide paling gila yang lain datang membuatnya tersenyum layaknya seorang psikopat.
"BANGGGG!!! POT YANG DI HALAMAN BELAKANG NGGAK SENGAJA GUE PECAHINNNN!!!" teriaknya kemudian. Kali ini Galan yakin bakalan berhasil, soalnya tempo hari Theo sudah mewanti-wantinya agar tidak dekat-dekat dengan pot bunga yang disusun oleh Bundanya.
Benar saja, pintu di depannya langsung dibuka dengan kasar. Lalu muka bantal yang sekaligus mirip macan bentol-bentol milik Theo muncul dari sana.
"KENAPA BISA PECAH?!!"
"Nggak pecah sih, alasan doang biar lo bukain pintu." Jawab Galan enteng, nggak peduli dia mukanya Theo udah kayak apa.
"Brengsek!" umpat Theo, kemudian hendak menutup pintu sebelum kaki Galan menahannya di bawah.
"Tunggu! Jangan ditutup dulu."
"Apa lagi?!"
"Anterin sekalian temenin gue belanja bulanan di supermarket depan, disuruh Ibu tadi." Galan pun menyampaikan maksud kedatangannya pagi-pagi di depan kamar Theo.
Sedangkan Theo, apakah ia peduli? Tentu saja NO.
"Suruh supir."
"Mang Ujang udah anterin Ibu belanja bulanan ke pasar, lo kan tau supir di rumah ini cuman satu. Karena nggak ada yang betah sama lo." Galan goblok, gimana nggak makin emosi tuh si Theo dibilangin kayak gitu.
"Naik motor kan bisa!"
Ini Theo nggak capek apa ngomong pake ngegas mulu.
"Dilarang Ibu, kan nanti belanjanya banyak, gue juga baru sembuh." Jawab Galan.
Namun, tampaknya Theo benar-benar tidak peduli. Ia malah mengeluarkan kaki Galan yang mengganjali pintu lalu menutup pintu sampai terdengar bunyi gedubrak. Galan jadi merenggut, apa orang yang ada di dalam kamar ini tidak punya hati nurani sama sekali?
KAMU SEDANG MEMBACA
PESAWAT KERTAS
Fanfiction"Gue cuman pengen lo bahagia." "Pergi." "..." "Dengan cara itu gue bisa bahagia." /// "Gue... minta maaf, Gal." -SUDAH SELESAI- ~Mulai, 28/10/23 ~Akhir, 02/11/23 ©PESAWAT KERTAS | 2023