Berisi kilas balik dari kisah Atheo Mahatma Prajapati...Saat itu pagi menjelang siang tapi karena sedari tadi subuh hujan, sekarang jadi berkabut di mana-mana. Langit juga mendung, suasana pun jadi kayak malam. Gelap gulita.
Karena hari itu juga hari minggu, hari yang paling anak-anak sekolah sukai begitu pun dengan Theo kecil yang sekarang masih bergelung di balik selimut.
Suasana begini memang lagi enak-enaknya lanjut tidur, tapi nampaknya Bunda tidak berpikiran seperti itu. Menyalakan lagi alarm di atas nakas dekat ranjang tidur Theo, lima menit kemudian alarm itu kembali berbunyi nyaring membuat sang empu sedikit terusik.
Tidak ada niatan untuk bangun tapi tangan mungilnya meraba-raba di atas nakas, mencari letak alarm tersebut. Bunda bukannya mempermudah malah menjauhkan alarm itu dari Theo. Alarm yang terus berbunyi nyaring itu beradu dengan sumpahan Theo.
"Ihhh! Mana sih?!" ujarnya, Bunda tertawa melihat itu. Tingkah anaknya selalu saja menggemaskan, itu yang membuat Bunda berhenti mengurusi butik dan lebih memilih menghabiskan waktunya sebagai ibu rumah tangga serta melihat Theo tumbuh.
Memang itu kan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu?
Theo yang tidak mendapatkan alarm itu pun mulai mendongak hendak mencari alarm yang terus bunyi saat mata bangun tidurnya itu melihat atensi Bunda.
"Bunda!!!" teriaknya kesal yang malah membuat Bunda semakin tertawa gemas.
Bunda akhirnya mematikan jam alarm tersebut lalu meletakkannya lagi di atas nakas, kini duduk di samping Theo yang menarik selimutnya lagi sampai menutupi muka.
"Kamu nggak mau bangun? Udah siang loh ini, mandi habis itu sarapan sama Bunda." Ucapnya, membuka selimut yang menutupi muka sang anak. Raut wajah yang ditekuk itu langsung menyapu pandangnya, bukannya seram Theo malah kelihatan semakin menggemaskan dengan pipi gembilnya.
"Masih malam Bunda." Ya wajar saja sih Theo kecil bilang seperti itu, karena cuaca juga mendukung untuk disebut malam.
"Mana ada malam, ini udah mau siang. Cuacanya aja yang lagi mendung." Sangkal Bunda.
"Bunda bohong."
"Ih nggak percaya, kamu lihat coba jam itu." Ujar Bunda sembari menunjuk jam dinding yang terpasang di dinding depan Theo. Waktu sudah menunjukkan pukul 10:49 yang mana hari akan segera berganti menjadi siang hari.
"Oh iya, tapi kok gelap banget?" tanyanya polos.
"Kan dari tadi subuh hujan cuaca jadi mendung, di dalam rumah jadi ikutan gelap deh. Apalagi lampu kamar kamu mati." Jelas Bunda, tangannya masih setia bermain di antara rambut Theo yang lembut melewati sela-sela jari.
"Ya udah aku lanjut tidur lagi, hari ini kan libur." Theo lalu menarik lagi selimutnya.
"Kamu ini. Katanya mau bantu Bunda nanam mawar." Mendengar itu Theo langsung bangun dari berbaringnya, matanya tampak berbinar mendengar kata bunga mawar.
"Oh iya! Hari ini ya, Bun?"
"Iya dong, kan kemarin udah janji."
"Ya udah deh, Theo mau mandi dulu." Ucapnya antusias kemudian turun dan tergesa-gesa masuk ke kamar mandi kamarnya.
"Eh, mandinya di kamar mandi dapur udah Bunda siapin air hangat, hari ini dingin!"
"Siap Bun, tungguin loh." Ucapnya memperingatkan Bunda agar tidak memulai menanam mawar lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PESAWAT KERTAS
Fanfiction"Gue cuman pengen lo bahagia." "Pergi." "..." "Dengan cara itu gue bisa bahagia." /// "Gue... minta maaf, Gal." -SUDAH SELESAI- ~Mulai, 28/10/23 ~Akhir, 02/11/23 ©PESAWAT KERTAS | 2023