17.Mimpi Terpendam

136 12 0
                                    


Tidak terasa sudah tiga hari yang lalu semenjak kejadian Galan menangis di dekapan Ibu. Itu memang bukan kali pertama Galan menangis di depan beliau tapi itu adalah tangis pertamanya yang menyakitkan bagi Ibu. Galan menumpahkan semuanya di sana.

Untuk pertama kali, Galan menangis sambil memeluk Ibu selama itu. Mengeluarkan semua apa yang menghambat di dalam hatinya, apa yang membuat hatinya seperti terikat kuat.

Dan hari itu Galan membenarkan perkataan Theo bahwa tidak ada yang salah dengan menangis. Galan jadi merasakan apa itu lega setelah menangis.

Perasaannya jadi jauh lebih baik. Selama ini ia kesakitan karena orang-orang tapi tahan untuk tidak menangis, apapun yang mereka ucapkan kepadanya ia akan menganggapnya sebagai angin lalu.

Tapi, entah di hari itu, saat melihat Ibu air matanya tidak bisa lagi ia tahan.

Kesakitannya selama ini hanya Galan rasakan sendiri, ia tidak pernah membaginya ke siapa pun termasuk Ibu, jadi saat itu Ibu ada di hadapannya, menyediakan sebuah dekap yang hangat khas seorang Ibu, Galan akhirnya tidak berpikir lama untuk menumpahkan semuanya di sana.

Memberitahu Ibu, bahwa ia kembali dihina dan direndahkan, memberitahu Ibu bahwa orang-orang tidak menginginkannya lagi, memberitahu Ibu kalau orang-orang menyakitinya jauh lebih sering dari yang dulu. Dan memberitahu Ibu bahwa ia tidak ingin kehilangan wanita itu.

"Jangan tinggalin Galan, Bu."

Begitu katanya tempo hari. Galan akui memang kalau dia egois dan terkesan memaksa agar Ibu selalu ada bersamanya tampa memikirkan wanita itu bahagia atau tidak, tampa memikirkan wanita itu nyaman atau tidak tetap tinggal di dunia ini. Galan juga tau kalau umur masing-masing manusia sudah ditetapkan oleh Sang Empunya.

Tapi, bolehkah Galan egois kali ini?

Bolehkah ia meminta Ibu untuk tinggal bersamanya sedikit lebih lama?

Siapa yang mau orang tercintanya pergi? Pasti semua orang tidak mau, dan Galan termasuk di dalamnya.

Dia juga tidak ingin kehilangan Ibu di saat ia belum bisa memberikan apapun untuk wanita itu. Galan tidak akan pernah siap kalau harus kehilangan Ibu suatu hari nanti.

Angin malam yang menerpa kulitnya sekarang tidak mampu membuatnya beranjak dan masuk ke dalam rumah yang suasananya jauh lebih hangat. Membiarkan Ayah bercengkrama sedikit lebih lama dengan Theo, ia tidak ingin mengganggu quality time antara ayah dan anak tersebut.

Galan paham sudah lama sekali sejak terakhir kali ia melihat Theo bisa berbincang-bincang lagi dengan Ayah, maka dari itu ia lebih memilih menghabiskan waktu di halaman belakang dengan bermain gitar untuk memberi waktu kepada mereka berdua.

Menyenandungkan beberapa bait lagu dari boyband kenamaan Korea Selatan, Day6.

Galan suka sekali sama lagu-lagunya boyband itu, ibarat kalau kata ciwi-ciwi kpopers mah lagu ngegalau sejuta fandom.

Tapi Galan bukan kpopers sih, tapi lagu-lagu Day6 tuh punya banyak makna jadi Galan suka dengerinnya, musiknya juga cocok sama genre lagu Galan.

"Ngapain, Gal?" setelah tuntas lagu I Letting Go yang ia nyanyikan suara Ayah tiba-tiba menggantikan suasana sunyi di sana.

Ayah lalu duduk di sampingnya, mengisi ruang kosong di samping Galan. Hanya untuk dibuat tersenyum manis saat Ayah mengusap puncak kepalanya.

"Main gitar, Yah." Jawabnya.

"Jago ya, kayak kakakmu."

Galan tersenyum, lalu ia menambahkan lagi, tidak ingin obrolan mereka berhenti sampai di sana.

PESAWAT KERTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang