5.Satu Hari Full Bersama Geya

211 16 1
                                    


Sudah seminggu berlalu sejak Ibu dan Galan tinggal di rumah Ayah. Mau tau tidak pencapaian terbesar Galan selama di sini?

Theo mulai menerimanya, tidak kentara sih tapi Galan menyadari itu. Ia juga makin tak gentar merecoki Theo walau harus dibalas makian berkali-kali oleh lelaki itu.

Itu cara jitu untuk dekat dengan Theo, tapi Galan tau kebencian itu masih tersimpan di dalam hati Theo. Mengakar hingga ia sulit menerima apa yang mencoba dekat dengannya sekarang.

Galan paham, dia juga tidak ingin memaksa Theo untuk buru-buru menerima kehadirannya dan juga Ibu. Pelan-pelan saja sampai Theo terbiasa, Galan juga begitu saat hidup tampa Ayah. Awalnya memang menyakitkan, Galan dulu selalu merasa iri kepada teman-temannya yang kalau mengambil raport akan ditemani kedua orang tua mereka tapi Galan hanya datang dengan Ibu sampai Galan mulai terbiasa kalau tampa Ayah ternyata tidak seburuk itu.

Galan tidak ingin meminta lebih, toh kata Ibu, Ayah pergi bekerja untuk membiayai hidup mereka. Tapi, memang benar sebulan sekali Praja akan mengirimkan uang di rekening Ketrin untuk segala kebutuhan Galan.

Semua hanya butuh waktu, tidak sebentar memang tapi Galan yakin semua masalah pasti akan berlalu. Seiring berjalannya waktu kita akan terbiasa dengan rasa sakit itu.

Ngomong-ngomong tentang hubungan Ayah dan Ibu mereka itu sudah menikah sirih dulu setelah kejadian yang membuat Ibu kebobolan dan hamil Galan, Ayah memutuskan untuk menikah lagi secara sah mau itu di mata agama atau di mata hukum.

Tapi, Ibu menolak, cukup dengan hubungan mereka seperti ini saja sudah menyakiti Theo lebih banyak apalagi kalau mereka menikah secara sah. Apa tidak akan ada banyak orang lain yang tau?

Ibu bilang mereka sudah diizinkan tinggal di sini saja ia sudah mengucap banyak-banyak syukur, cukup dengan Galan bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah, Ibu berjanji tidak akan meminta lebih.

Ia juga tidak tidur dengan Praja, Praja tidur sendirian di kamar sebelahnya. Sedangkan ia dan Galan tidur bersama.

Sebenarnya sih masih ada satu kamar lagi yang kosong, rumah ini besar jika kalian lupa mana mungkin hanya punya kamar beberapa, tapi Galan lebih memilih tidur bersama Ibu. Katanya biar beliau tidak kesepian, padahal mah dianya aja yang takut kalau tidur sendiri. Di rumah lama memang Galan tidur sendiri tapi di rumah itu kamar Galan minimalis tidak segede lapangan bola di kamar rumah ini.

Galan takut tidur di kamar yang luas seperti itu apalagi ranjang untuk kasur yang di bawahnya ada celah. Galan senewen kalau tiba-tiba ada yang muncul di bawah kolong tempat tidurnya.

Bolehlah kalian katakan Galan itu sangat norak.

Tapi, Ibu sih tidak masalah dengan sifat kekanakan Galan, itu hal yang alami ketika anak cowok manja kepada Ibunya selagi masih ada. Ya masa Galan mau manja sama Ayahnya bisa-bisa langsung dapat dead glare dari Theo.

Seperti sekarang contohnya, saat ia yang sarapan dan duduk di hadapan Theo. Ayah sudah berangkat kerja pagi-pagi sekali tadi, Ibu tidak tau ke mana mungkin memberi waktu mereka untuk bercengkrama biarpun hanya Galan yang berceloteh panjang lebar kali tidak penting.

"Kenapa?" tanya Galan.

"Lo masih nanya? Diem bego." Sungut Theo, bagaimana tidak kesal setiap kali ia hendak menyuapkan nasi goreng ke mulutnya Galan akan menggagalkan itu dengan kembali membicarakan hal yang tidak senonoh.

Seperti,

"Bang tau nggak auratnya Squidward tuh di mana?" atau "Bang, tahu rebus, direbus apa digoreng?"

jadi gimana nggak jengkel anaknya. Ingin segera beranjak tapi dia harus tetap menghabiskan sarapannya yang masih tersisa, hari ini ada kelas olahraga sekolahnya juga akan sampai sore jadi dia harus makan biar punya tenaga. Punya tenaga untuk sekolah dan marah-marah lagi ke Galan.

PESAWAT KERTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang