21. The Unexpected

977 87 28
                                    

Tidak terasa waktu berjalan secepat angin. Sudah dua minggu semenjak Sasuke mendatangi apartemennya dengan keadaan berantakan. Daun-daun di pepohonan juga mulai berwarna kecoklatan dan perlahan meranggas. Sisa musim panas masih sedikit terasa namun udara tidak sepanas sebelumnya saat siang hari.

Hinata baru saja dari cofee shop setelah makan siang di luar bersama Tenten. Di tangannya terdapat satu cup macchiato hangat pesanan Akimichi.

Hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya yang terasa damai setelah tidak ada gangguan dari apapun dan siapapun. Benar-benar damai.

Kedua gadis itu melangkah memasuki pintu gedung kantor hingga tiba-tiba Hinata mendapat serangan dadakan entah dari siapa hingga gelas cup di tangannya terlempar. Keributan pun tak dapat terelakkan.

"DASAR JALANG! BERANI-BERANINYA KAU MENGGANGGUKU DAN SASUKE! MATI KAUU!!!" Teriak seorang wanita murka. Kedua tangannya menjambak rambut Hinata seakan ia ingin melepas surai indigo itu dari tempatnya.

Hinata yang dijambak tentu saja berteriak kesakitan dan berusaha melepaskan tangan wanita itu darinya. Sedangkan Tenten juga terlihat panik meminta tolong pada siapapun untuk memisahkan kedua wanita itu. Keadaan benar-benar kacau. Petugas keamanan yang tadinya juga berjaga di lobi kantor ikut melerai pertengkaran itu.

"Tenten, tolong aku!" Hinata berteriak pada Tenten yang juga ikut berusaha melepaskannya.

Tanpa diduga Sakura juga ikut meraih satu cepolan Tenten yang dibalas gadis itu. Terjadilah jambak-jambakan diantara ketiganya. Keadaan semakin kacau dengan orang-orang yang semakin berkerumun di sana. Ada yang ikut melerai dan ada yang hanya ikut menonton sambil merekam dengan  kamera ponsel mereka.

Sai baru saja mendapat kabar kalau terjadi keributan di lobi kantor dan salah satu yang terlibat adalah Hinata. Pria itu langsung memotong kerumunan dan ikut melerai pertengkaran tersebut.

Pria itu mengernyit begitu merasakan tenaga wanita-wanita itu begitu kuat. Astaga, bagaimana bisa wanita bertubuh kecil sekuat ini? Begitu pikirnya.

"Berhenti! Semuanya berhenti!" Suara Pak Sarutobi memenuhi lobi itu. Raut wajahnya terlihat marah. Tidak menyangka ada kejadian memalukan di tempatnya bekerja. Di sebelahnya berdiri Shikamaru. Tidak seperti Pak Sarutobi, raut wajahnya tenang dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana.

Keributan pun akhirnya mereda. Pertengkaran pun juga dapat dileraikan. Hinata memegangi kepalanya yang sakit.

"Apa-apaan ini! Kalian berani membuat keributan di sini?" Pak Sarutobi mentap satu-satu para pelaku keributan. Pria setengah baya itu kembali mengerutkan keningnya begitu ia merasa familiar dengan salah satu wajah di sana. "Bukankah kau Haruno Sakura? Kau putri dari pemilik Haruno Grup kan? Ada urusan apa kau di sini?"

Ditanya seperti itu, wanita bernama Sakura itu mengalihkan pandangannya ke arah Hinata. Masih terlihat sorot kemarahan di wajahnya. Wanita itu tidak mengatakan apapun, ia hanya bergerak merogoh tasnya mengambil sesuatu lalu di lemparkan pada Hinata. Sakura kemudian melengos pergi dari sana.

Hinata melongo melihat kepergian wanita itu. Bisa-bisanya dia langsung pergi setelah menyebabkan keributan di sini? Sungguh tindakan yang tidak bertanggung jawab.

"Hyuuga dan kau," Pak Sarutobi menunjuk Tenten. "Ikut ke ruanganku. Semuanya bubar!" Lanjutnya sambil melangkah menuju lift yang diikuti Shikamaru.

"Kalian baik-baik saja?" Tanya Sai pada kedua gadis itu.

"Apa kami terlihat baik-baik saja?" Jawab Tenten.

Sai tahu bahwa pertanyaan itu retoris. Pria itu mengenal nafas pelan dan menepuk punggung Hinata. "Ya sudah kalau begitu. Sebaiknya kau langsung menemui Pak Sarutobi. Aku duluan." Sai pun meninggalkan kedua gadis itu.

COMMITMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang