13. Trouble Maker

506 66 4
                                        

Hinata kini sudah duduk di atas zabuton. Dihadapannya sudah tersedia aneka hidangan untuk makan malam yang dibuat sendiri oleh Nyonya Uchiha.

Di sebelah kirinya, Sasuke duduk dengan tenang. Uchiha Mikoto duduk di depan Sasuke, sedangkan Uchiha Fugaku duduk di bagian kepala meja yang menandakan bahwa beliau adalah kepala keluarga Uchiha.

Atmosfer yang tercipta di ruang makan itu membuat Hinata merasa familiar. Ayah Hinata sering menanamkan tata krama ketika makan. Tidak boleh berbicara dengan keras saat makan. Uchiha Fugaku juga menanamkan hal yang sama pada keluarganya. Karakter pria paruh baya itu juga sedikit mirip dengan Hiashi, membuat Hinata menjadi rindu pada rumah. Meski begitu, suasana seperti ini tidak lantas membuat Hinata menjadi nyaman. Bagaimana pun juga ini adalah keluarga Uchiha, bukan Hyuuga.

Hinata sedikit gelisah di tempat duduknya. Meski semua hidangan yang disediakan sangat enak, gadis itu tidak tahu kenapa dia jadi kesulitan untuk menelan makanannya dengan baik. Mungkin itu ada hubungannya dengan apa yang akan mereka bicarakan malam ini. Hinata jadi merasa tidak enak akan hal itu. Hinata berjanji akan mengatakan beribu maaf jika Mikoto menjadi kecewa dan sedih.

"Bagaimana makan malamnya, Hinata-chan?" Mikoto bertanya setelah meletakkan gelas minumnya ke atas meja.

"Sangat enak, Mikoto-san. Aku sangat menikmatinya." Mikoto tersenyum senang Hinata memuji masakannya.

"Sudah berapa kali aku harus menyuruhmu untuk memanggilku Ibu. Kau sudah seperti putriku sendiri." Hinata seakan menahan nafasnya saat Mikoto berjuar demikian. "Tapi syukurlah kau menyukainya. Lebih seringlah untuk berkunjung ke sini. Aku akan memasakkan makanan yang lebih enak lagi. Atau mungkin kita bisa memasak bersama seperti beberapa waktu sebelumnya?"

Hinata tidak tahu harus menjawab apa. Hatinya merasa terbebani mendengar wanita itu seperti sedang membujuknya. Sejujurnya, Hinata tidak tega untuk mengatakan hal yang terjadi selanjutnya, bahwa ia dan Sasuke telah berakhir. Wanita ini terlalu baik dan Hinata tidak ingin menyakitinya hanya karena perbuatan tidak terpuji Sasuke.

Hinata melirik Sasuke yang masih duduk tenang di tempatnya sambil menikmati teh hangat yang disediakan ibunya. Hinata ingin sekali meninju rusuk pria itu karena masih bisa bersikap tenang di saat seperti ini. Bagaimana pun keadaannya, Sasuke harus mengatakan semuanya.

"Itu benar. Lebih seringlah datang kemari. Ibu akan sangat senang kalau kau bisa sering berkunjung." Uchiha Fugaku yang sedari tadi hanya menyimak juga ikut dalam perbincangan malam ini. "Tidak perlu setiap hari. Seminggu sekali sudah cukup karena kau juga harus bekerja kan?" Pria paruh baya itu tersenyum lembut, sebagaimana seorang ayah pada anaknya. Pria paruh baya itu juga sepertinya mengharapkan Hinata agar bisa lebih dekat dengan mereka mengingat Hinata yang sudah beberapa bulan ini tidak mengunjungi mereka.

Hinata menahan nafasnya. Ia tidak berani menjawab 'ya' atau 'tidak'. Jika ia menjawab 'ya' itu sama saja Hinata harus membohongi para orangtua ini. Jika Hinata menjawab 'tidak' Hinata akan mengecewakan mereka meskipun akhirnya mereka juga akan mengetahui yang sebenarnya. Yang manapun jawaban Hinata, itu sama saja, tapi bukankah ia dan Sasuke harus jujur?

Hinata menyikut lengan Sasuke memintanya agar mengatakan hal yang harus dikatakan sekarang sebelum semuanya terlambat. Hinata bersyukur setidaknya Sasuke setuju sebagai orang yang harus mengtakannya dan dengan begitu, beban Hinata tidak akan terlalu berat.

Sasuke berdehem sebentar. Mempersiapkan diri untuk berbicara.

Sasuke menjilat bibirnya merasa gugup. "Ayah, Ibu. Sebenarnya, aku dan Hinata ingin menyampaikan sesuatu."

"Apa itu?"

"Sebenarnya, kami sudah memutuskan untuk-"

"Menikah?" Mikoto memotong perkataan Sasuke sebelum putranya itu selesai berbicara. Kedua mata wanita itu terlihat berbinar-binar berharap apa yang dikatakannya benar.

COMMITMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang