Sepertinya makan siang kali ini akan berlangsung cukup canggung. Lebih tepatnya hanya Hinata yang merasa canggung. Ini merupakan pertama kalinya ia dan Shikamaru pergi makan siang berdua saja, terlebih mereka tidak berada di kantin kantor.
Setelah meyakinkan Shikamaru untuk tidak perlu pergi ke restoran mahal hanya untuk makan daging, akhirnya Hinata memutuskan agar mereka pergi ke kedai yang menjual menu teishoku yang kebetulan tidak terlalu jauh dari kantor. Hinata berpikir karena ini set menu untuk makan siang barangkali ia bisa sedikit berhemat. Sedangkan Shikamaru setuju-setuju saja. Pria itu tidak masalah akan makan siang dimana.
Pesanan Hinata sudah datang. Hinata memilih satu set teishoku yang berisi semangkuk nasi dengan lauk utama berupa ikan bakar, hiyajiru sebagai supnya, berbagai macam makanan pelengkap dan tentu tidak lupa puding matcha untuk makanan penutupnya. Aroma ikan bakar makin menggugah selera makan Hinata. Gadis itu seakan lupa dengan pria yang kini di duduk dengan tenang di depannya yang juga tengah menyantap makanan yang serupa.
"Hinata-san." Shikamaru memanggil Hinata. Ingin memulai obrolan.
Hinata menunda memasukkan nasi ke dalam mulutnya. Baiklah, gadis itu sadar ia sedang tidak makan siang sendirian.
"Ya?"
"Kenapa kau tiba-tiba ingin makan di luar? Kukira menu yang dijual di sini sama dengan yang disediakan di kantin."
"Hmmmm.. eeeehh.." Hinata memikirkan jawaban yang pas atas pertanyaan Shikamaru yang tiba-tiba. Tidak mungkin kalau Hinata harus jujur bahwa ia tidak bisa lagi terlihat bersama pria itu di kantor.
Mungkin bagi pria seperti Shikamaru tidak akan begitu peduli pada gosip yang beredar tentangnya, tapi bagi Hinata hidup tenang adalah motto nomor satunya. Pada awalnya Hinata akan bersikap cuek seakan gosip itu tidak pernah ada. Namun siapa yang akan tahan jika sampai ada seorang atasan yang bertanya apa hubungannya dengan Shikamaru.
Hinata ingat sekitar seminggu yang lalu Pak Sarutobi sempat bertanya pada Hinata ketika ia mengantarkan laporan milik Akimichi tentang hubungannya dengan Shikamaru yang terlihat begitu dekat. Sebenarnya, Hinata tidak merasa demikian. Demi Tuhan! Bahkan Shikamaru dan Sai baru bekerja sebulan di kantor mereka! Sambil menelan ludah Hinata menjawab apa adanya bahwa hubungannya dengan Shikamaru hanya teman. Hinata memberikan alasan mengapa mereka terlihat dekat mungkin karena ia adalah karyawan pertama yang dikenalkan oleh Pak Sarutobi pada keponakannya itu. Mungkin saja Shikamaru merasa nyaman dengannya karena sudah mngenalnya lebih dulu. Alasan yang cukup masuk akal. Hinata berusaha menegaskan pada Pak Sarutobi apapun yang pria paruh baya itu dengarkan hanya gosip semata. Bukannya apa, Hinata tidak ingin reputasinya jelek di mata atasannya sendiri hanya karena gosip. Bagaimanapun juga, dituduh sebagai penggoda bukanlah hal yang menyenangkan.
"Aku hanya ingin makan ikan bakar di sini. Ikan bakar di sini merupakan kesukaanku."
"Hm, begitu." Shikamaru menyumpitkan nasi ke mulutnya. "Lalu apa maksud perkataannya kalau kau tidak bisa terlihat lagi bersamaku? Apa kau tidak menyukaiku?"
"Bukan begitu maksudku." Hinata menepis perkataan Shikamaru.
"Jadi kau menyukaiku?"
"Ya. Apa?" Hinata terlihat kebingungan begitu nyadari perkataan Shikamaru. Lagipula apa maksudnya dengan kata menyukai?
Shikamaru sendiri tertawa geli melihat respon Hinata. Gadis ini benar-benar menggemaskan.
"Aku hanya bercanda."
"Ahahahah..." Hinata tertawa dengan tidak ikhlas.
"Baiklah, aku minta maaf. Tapi bisa kau jawab pertanyaanku yang tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
COMMITMENT
FanfictionHinata sangat menyukai kejujuran. Semenyakitkan apapun itu. Namun jika kepercayaan yang sudah ia berikan dirusak oleh kekasihnya, apa yang akan Hinata lakukan? A Naruto Fanfiction Desclaimer Masashi Kishimoto