Hinata menutup kedua telinganya menghalau suara apapun yang akan masuk ke sana. Pikirannya kacau, tidak bisa berkonsentrasi, terlebih dengan semua ocehan Tenten mengenai wanita bernama Karin yang menurutnya sangat menyebalkan. Hinata bahkan tidak tahu siapa itu Karin yang katanya merupakan salah satu karyawati tercantik di kantor mereka. Masa bodoh! Yang penting sekarang Hinata ingin menyelesaikan semua pekerjaannya yang menumpuk akibat absennya selama dua hari.
Hinata sudah tidak tahan lagi. Gadis itu kemudian membekap mulut Tenten dan memelototinya agar berhenti berbicara.
"Bisakah kau berhenti mengoceh? Kepalaku jadi pusing lagi mendengar semua omongan tidak jelasmu." Ujar Hinata dengan suara tertahan. Oh tidak. Sangat tidak lucu kalau Hinata harus mengeraskan suaranya disaat orang-orang sedang fokus pada pekerjaan masing-masing.
"Aku hanya ingin curhat padamu. Karin itu benar-benar menyebalkan. Dia-"
"Aku bahkan tidak tahu Karin siapa yang kau maksud. Bukankah kau biasanya bergosip dengan karyawati yang lain?" Hinata mengambil berkas di depannya, memindai data yang harus ia inputkan ke dalam komputernya, lalu mengecek kembali apakah ada data yang ia lewatkan. Jika Hinata harus mengulangi semua dari awal, itu semua salah Tenten.
"Mereka sudah tidak asyik lagi."
"Tapi aku lebih tidak asyik lagi."
"Kau berbeda. Meskipun kau terlihat tidak peduli dan terkesan abai, tapi aku tahu kau mendengarkanku." Hinata menggeleng ketika melihat Tenten tersenyum lebar padanya. Lihat! Dia sudah sangat mirip dengan Ino. Hinata bahkan tidak mengerti kenapa ia sangat cocok berteman dengan orang-orang yang memiliki karakter seperti itu.
"Ya. Terserah kau sajalah." Hinata memilih untuk kembali memisahkan berkas yang harus ia selesaikan hari itu saja. "Kembalilah bekerja atau kau akan kembali dimarahi Genma Senpai."
*****
Sudah pukul delapan malam lebih sepuluh menit. Hinata baru menyelesaikan pekerjaannya untuk hari ini. Gadis itu menatap monitor komputernya yang masih menyala. Laporannya tinggal dicetak saja, agar besok bisa ia serahkan pada atasannya.
Tenten sudah pulang sejam yang lalu setelah membuatkan Hinata semangkuk ramen. Terkadang tindakan perempuan itu tidak bisa ditebak, tapi Hinata sangat berterima kasih untuk itu.
Di ruangan itu hanya ada dirinya dan dua orang lainnya yang mungkin juga akan melembur. Biasanya mereka akan pulang hingga pukul sebelas malam. Gadis itu tidak bisa membayangkan akan selelah apa jika pulang dijam segitu. Sekarang saja Hinata sudah tidak betah duduk berlama-lama di depan layar komputer.
Hinata sedang mengatur kertas di printer sebelum mencetak semua laporannya hingga perhatiannya beralih pada ponsel yang bergetar di mejanya.
'Sasuke'
Hinata menghela nafas. Apalagi yang lelaki itu inginkan?
Hinata membiarkan panggilan itu mati dengan sendirinya tanpa ada niatan untuk menerima panggilan tersebut.
Tak lama kemudian, muncul notifikasi pesan singkat dari orang yang sama.
'Kau dimana?'
Hinata hanya membacanya sekilas dari layar ponselnya yang menyala. Lalu muncul lagi beberapa pesan yang dikirimkan oleh Sasuke.
'Apa kau lembur lagi?'
'Aku akan menjemputmu kalau begitu.'
Hinata mendengkus. Setelah sekian lama lelaki itu baru menunjukkan sikap perhatiannya seperti ini. Gadis itu tidak bisa memungkiri kalau ada sedikit rasa senang di hatinya ketika Sasuke berlaku demikian. Bagaimana pun juga, Hinata dan Sasuke sudah lama bersama. Jadi masih ada perasaan yang tersimpan untuk lelaki itu terlepas dari perbuatannya yang tercela. Hinata memang kecewa, tapi tidak seratus persen menjadi benci pada Sasuke. Bagaimana pun juga, Hinata pernah mencintainya kan?

KAMU SEDANG MEMBACA
COMMITMENT
FanficHinata sangat menyukai kejujuran. Semenyakitkan apapun itu. Namun jika kepercayaan yang sudah ia berikan dirusak oleh kekasihnya, apa yang akan Hinata lakukan? A Naruto Fanfiction Desclaimer Masashi Kishimoto