Hinata terpaksa bangun dari tidurnya ketika mendengar pintu apartemennya diketuk dengan tidak sabaran. Sesekali bel rumahnya dipencet tanpa jeda.
Ingin sekali Hinata memaki siapapun yang 'berkunjung' lewat tengah malam begini. Hinata bangun dari ranjangnya dengan setengah hati dan kesal untuk mengetahui siapa pelaku utama yang bertanggung jawab atas hal ini.
Melalui lubang kecil di pintu masuk apartemennya, Hinata melihat Sasuke berdiri di sana masih ke gkap dengan setelan lengkapnya. Pria itu terlihat sedikit berantakan. Dengan malas akhirnya Hinata membuka pintu.
"Ada apa?" Tanya Hinata tanpa basa-basi begitu ia sudah membuka pintu. Gadis itu sengaja memperlihatkan wajah mengantuknya.
"Apa aku mengganggu tidurmu?" Sasuke berujar canggung setelah melihat wajah Hinata. Sasuke sedikit merasa heran dengan sikap Hinata. Biasanya gadis itu akan membiarkannya masuk terlebih dahulu alih-alih bertanya dengan raut tidak terbaca dan menahannya di depan pintu rumah seperti ini.
"Menurutmu?" Hinata kembali menjawabnya dengan pertanyaan. Sasuke mengusap lehernya, merasa tidak terbiasa dengan sikap Hinata yang seperti ini.
"Bisakah kau membiarkanku masuk dulu?"
Hinata terlihat berpikir sebentar lalu akhirnya membuka pintu lebih lebar membiarkan Sasuke masuk.
"Aku akan menginap di sini malam ini." Ujar Sasuke ketika ia sedang melepas sepatunya.
"Terserah." Jawab Hinata tak acuh berjalan menuju dapur yang kemudian diikuti Sasuke.
Hinata mengambil sebuah gelas dari dalam kabinet di dapurnya ketika merasakan kedua tangan Sasuke melingkari perutnya dari belakang.
"Kau mau kopi?" Tawar Hinata.
"Ini sudah tengah malam dan kau menawariku kopi?"
Hinata mengangkat kedua bahunya tak peduli.
"Aku hanya bertanya mau atau tidak. Kalau tidak, kau cukup menjawabnya dengan kata tidak." Hinata malas meladeni sikap manja Sasuke setelah sekian lama pria itu bersikap menjengkelkan.
"Kenapa tadi kau tidak mengangkat panggilanku?"
"Aku sibuk."
"Kau lembur?" Sasuke memperlihatkan wajah terkejutnya.
"Hm."
"Kalau begitu kenapa tidak menghubungiku kembali?"
"Ponselku mati."
"Kau tidak mengisi dayanya?"
"Aku lupa. Sepertinya benda itu masih tergeletak dalam tasku."
Sasuke menghela nafas panjang dengan jawaban-jawaban singkat Hinata. Gadis itu bersikap sedikit dingin padanya mungkin akibat kelelahan.
"Ambilkan air putih hangat saja. Aku tunggu di kamar." Sasuke berusaha menggoda Hinata yang hanya dibalas dengusan gadis itu. Sasuke pun melepaskan kedua tangannya dari Hinata dan berjalan menuju kamar.
Sasuke merebahkan dirinya di ranjang. Memejamkan mata merasa sangat lelah. Kini banyak hal yang memenuhi pikirannya. Tanpa sadar dirinya menyebutkan nama seseorang.
Hinata mematung di depan pintu kamarnya yang terbuka. Kedua rahangnya mengeras. Bahkan tangan yang memegang gelas kaca berisi air hangat mengeratkan cengkeramannya.
Tanpa diduga Hinata berjalan cepat menuju Sasuke dan menyiramkan air tersebut ke wajahnya.
Sasuke yang terkejut tanpa sadar mengeluarkan suara dengan nada tinggi.
"Apa yang kau lakukan?!" Ujar Sasuke yang terlihat seperti membentak Hinata.
"Yang kulakukan? Yang kulakukan adalah untuk menyadarkanmu bahwa kini kau berada di rumah kekasihmu dan berbaring di ranjangnya lalu menyebutkan nama wanita lain!" Jawab Hinata dengan mata menyipit. Kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun setelah ia memendamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMMITMENT
FanfictionHinata sangat menyukai kejujuran. Semenyakitkan apapun itu. Namun jika kepercayaan yang sudah ia berikan dirusak oleh kekasihnya, apa yang akan Hinata lakukan? A Naruto Fanfiction Desclaimer Masashi Kishimoto