9. Senyuman

539 91 4
                                    

Jika terus dipikirkan lagi, Lily masih tidak tahu apa yang membuat Pra jatuh cinta padanya. Apa yang Pra lihat darinya? Rasanya masih tidak masuk akal. Pra bisa menemukan banyak wanita seperti dirinya di luar sana, yang hidupnya lebih beruntung tentunya, yang strata sosialnya sama. Tapi kenapa Pra memutuskan untuk jatuh cinta padanya?

Sudah berganti hari, namun langit masih begitu gelap karena waktu masih menunjukkan pukul tiga. Lily terbangun. Atau sebenarnya ia tidak bisa tidur. Hanya terus memandangi wajah seseorang yang kini terlelap sambil memeluknya. Seseorang yang katanya sudah mencintainya. Padahal ini baru satu bulan. Apakah Pra hanya memberinya love bombing? Seperti yang sering terjadi pada muda-mudi akhir-akhir ini. Dan kelihatannya memang seperti itu.

Tapi, sial. Mau berapa kali pun Lily melihatnya, Pra benar-benar tampan. Jenis wajah yang tidak akan bosan untuk dilihat. Dia pun sangat kaya raya, pekerja keras dan punya banyak relasi. Bukankah sangat tidak mungkin jika pria seperti Pra jatuh cinta padanya? Pra memiliki kehidupan yang hampir sempurna. Sangat berbeda jauh dengan dirinya.

Atau mungkin, Pra hanya sedang menemukan wanita yang sangat berbeda dari wanita-wanita yang ia dekati sebelumnya. Ya, kan?! Jadi Pra hanya ingin bermain-main. Lagipula, apa sih yang tidak bisa seorang Pra lakukan?! Dia juga pasti sudah tidur dengan banyak wanita. Atau dengan mantannya.

Ah, memikirkannya membuat Lily jadi malas memandangi wajah Pra lagi. Tapi kenapa? Apa dirinya cemburu? Tidak boleh. Ia tidak boleh cemburu atau pun jatuh cinta pada seorang Pra. Lily sadar bahwa Pra bisa membuangnya kapan saja. Bahkan meskipun Pra bilang hari ini ia sudah jatuh cinta, tidak tahu apa yang bisa terjadi besok atau di kemudian hari. Sekali lagi, Pra bisa membuangnya atau menggantikannya dengan wanita lain kapan saja. Yang Lily lakukan hanya bisa menjadi istri yang penurut. Kemudian, jika Lily jatuh cinta, itu hanya akan membuatnya menyakiti diri sendiri.

Tapi, apakah bisa? Apakah mungkin untuk tidak jatuh cinta pada seorang Pra yang hampir sempurna ini? Apalagi dia sangat baik dan perhatian.

Lily memutar posisi berbaringnya, membelakangi Pra agar ia bisa berhenti memandangi wajah itu. Namun, lengan pria itu malah bergerak untuk menariknya lebih dekat. Hingga Lily merasakan dada Pra menyentuh punggungnya dan bersama dengan bisikannya yang membuat tubuh Lily membeku.

"Udah bosen ngeliatin aku tidur?"

Jadi sedari tadi Pra tahu? Dan dia tetap pura-pura tidur? Dasar menyebalkan.

"Tuhan kayanya lagi bahagia waktu Dia nyiptain kamu. Masa gak ada jelek-jeleknya sama sekali."

Pra tertawa dengan suara beratnya yang agak serak. Selalu berhasil membuat Lily meremang.

"Kamu juga. Wanita paling cantik yang pernah aku temui."

"Gombal sekali Pak Prada ini."

"Don't call me Pak!"

Sekarang Lily yang terkekeh. Ternyata lucu juga mendengar Pra sedang kesal. Ia juga baru menyadari bahwa nama Pra ternyata seperti merk terkenal. Pradana. Dari sisi mana pun memanggilnya, semuanya berbau uang. Prada, atau Dana. Pradana. Sepertinya pria ini memang ditakdirkan untuk jadi kaya raya.

"Jadi mau dipanggil apa? Baby?"

"I don't mind."

"Tapi lebih cocok dipanggil Daddy."

"Like sugar Daddy?"

"Hahaha yaa. You're my sugar Daddy."

"Aku gak setua itu."

"Well, perbedaan umur kita 10 tahun."

"Kamu keberatan?"

"Gak juga. Umur cuma angka, Pra."

Suddenly Became Cinderella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang