15. Melakukan kesalahan

619 82 12
                                    

"Selamat pagi, Pak."

"Selamat pagi."

"Pagi, Pak."

"Pagi."

"Selamat pagi, Pak."

"Selamat pagi."

Sepanjang jalan sejak memasuki gedung perusahaan itu, entah berapa banyak salam pagi yang Pra jawab. Tidak, biasanya tidak seperti itu. Para karyawannya bahkan terheran-heran. Meski biasanya mereka memang selalu menyapa Pra, tapi tidak pernah Pra mengeluarkan suara untuk menjawab, apalagi sambil tersenyum seperti saat ini.

Bahkan Indra yang mengikuti di belakangnya juga heran dengan kebiasaan baru bosnya ini. Yang biasanya hanya mengangguk untuk menjawab sapaan itu, bisa-bisanya sekarang ia membalas sambil tersenyum dengan ramahnya. Apa kiranya yang telah merasuki Pra?

Ah, apakah ini berhubungan dengan pernikahannya? Apakah memiliki istri membuat paginya menjadi luar biasa baik sehingga ia memiliki mood yang bagus untuk menjawab salam para karyawannya?

Indra tak tahu pasti. Namun yang jelas, Pra berubah ke arah yang lebih baik.

"Tumben banget, Bos," celetuk Indra tepat setelah mereka memasuki lift khusus untuk eksekutif perusahaan.

"Apa yang tumben?"

"Semua yang nyapa dijawabin sambil senyum lima jari." Indra bahkan mencotohkan seperti apa tadi Pra tersenyum.

"Serius?"

Bahkan pelakunya sendiri tak menyadari itu. Indra terkekeh pelan. Rupa-rupanya, kalimat yang mengatakan bahwa jatuh cinta bisa merubah seseorang adalah bukan sekedar omong kosong.

"Mungkin karena saya udah lama gak masuk kantor kali, yah."

"Iya, iya," jawab Indra. Orang jatuh cinta mah pokoknya di-iyahin aja.

"Udah sarapan, Pak Bos? Tumben gak minta dibeliin sarapan, padahal berangkatnya pagi."

"Enggak, istri saya buatin sarapan. Dia bikinin pancake madu dari subuh. Padahal saya gak minta," jelas Pra, sambil tersenyum di setiap katanya. Terlihat sekali kalau dia bahagia.

"Hiks, jadi iri."

"Nikah sana, Ndra!"

"Nyari jodoh gak segampang balikin telapak tangan, Bos."

"Ah, kata siapa? Saya aja pilih random dari pesta."

Lah, iya juga. Dan jawabannya adalah, "Karena Anda adalah Pradana Agnibrata. Gak heran kalau asal comot aja bisa langsung dapet."

"Sorry ya, saya gak asal comot. Saya pilih-pilih."

Indra tersenyum bertepatan dengan pintu lift yang terbuka.

"Jadwal saya banyak gak, Ndra?"

"Lumayan lah, Pak. Ada meeting pagi ini, sama nanti setelah makan siang juga."

"Meetiing mulu, bikin pusing."

"Kalo gak meeting, gak tau progres nya dong, Pak."

"Masih mending kalo ada progres, atau ide-ide baru, pikiran saya jadi fresh. Kalo isi meeting nya cuma perhitungan-perhitungan kosong, atau laporan penurunan pendapatan, cuma bikin darah tinggi aja, Ndra."

Indra terkekeh sambil membukakan pintu ruangan untuk atasannya itu.

"Selain meeting, ada beberapa berkas yang harus diperiksa juga, Pak. Butuh tanda tangan bapak."

"Jadi duit gak, nih?"

Indra terkekeh lagi. Sepertinya mood Pra memang sangat bagus pagi ini. Hal itu sangat baik. Karena jika Pra bahagia, maka para karyawannya juga sejahtera alias tidak akan ada yang kena semprot. Karena bisa dikatakan bahwa Pra adalah atasan yang cukup galak. Tapi bukan berarti marahnya tanpa alasan. Karena ia hanya marah jika ada yang melakukan kesalahan berulang atau kesalahan fatal saja. Lagipula Pra juga tidak mau menghabiskan energinya untuk masalah yang sepele.

Suddenly Became Cinderella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang