Senja di pantai Bali.
Kalau dulu, Lily hanya bisa memandanginya lewat layar ponselnya atau televisi. Namun kali ini, kakinya bisa merasakan lembutnya pasir pantai dan belaian halus dari ombak yang menyentuh kulitnya. Semburat orange kemerahan menghiasi langit, seperti lukisan yang tergores di atas kanvas. Keindahan yang bahkan terasa seperti tidak nyata. Mata Lily sampai berkaca-kaca. Jarang sekali ia bisa melihat keindahan senja seperti ini di Jakarta.
Mungkin seumur hidupnya, baru kali ini ia melihat senja yang begitu cantik. Lalu bagaimana ia tidak bersyukur dengan seluruh anugerah yang ia dapati akhir-akhir ini? Tuhan begitu bermurah hati.
"Aku cemburu."
Suara yang berasal dari belakangnya itu membuat Lily menoleh. Mendapati Pra yang kini turut memandangi senja.
"Cemburu?" tanya Lily sambil mengusap air mata di pipinya.
"Hm, mudah sekali untuk senja mencuri hati kamu, Lily. Tapi kamu sulit untuk jatuh hati sama orang yang bawa kamu buat liat senja."
Lily tersenyum setelah mencerna kata-kata itu. Meskipun kurang masuk akal karena Pra ternyata cemburu pada senja, namun kalimat itu sungguh manis.
"Gimana rasanya, Lily?"
"Tentang apa?"
Pra mendekat, tangannya terulur ke setiap sisi pinggang Lily, kemudian menarik tubuh ramping itu mendekat hingga kini berada dalam peluknya.
"Mengagumi tapi gak bisa memiliki."
"Ini tentang senja, kan?" tanya Lily, tangannya kini memeluk tangan Pra yang melingkari perutnya.
Pra bergumam mengiyakan, menumpukan dagunya di atas kepala Lily. Sebenarnya ingin bertumpu di pundak, namun karena ia terlalu tinggi, jadi agak sulit.
"Meski gak bisa dimiliki, aku tetap bahagia karena masih bisa lihat keindahannya. Karena kadang, hal-hal yang indah memang sulit untuk dimiliki, Pra."
"Mungkin usaha kamu kurang."
Lily menghela napas. "Sekeras apapun usahanya, manusia mana yang bisa memiliki senja? Dia bahkan munculnya cuma sebentar."
"Tapi aku bisa milikin dia dan bikin dia abadi."
"Oh ya?"
"Ya," jawabnya dengan percaya diri, membuat Lily mendongak untuk bisa menatap wajah Pra.
"Gimana?" tanyanya.
Pra melepaskan peluknya, merogoh saku celana selututnya itu, mengeluarkan benda pipih dengan casing berwarna hitam yang memiliki tiga kamera di bagian belakangnya. Kemudian kamera itu membidik ke arah senja dan menangkap semua kecantikan yang terlihat dari langit sore ini. Membuat Lily tak bisa berkata-kata.
"See! Sekarang aku punya senja."
"Mana bisa kaya gitu!" Lily tak terima.
Pra terkekeh, kembali memeluk Lily dan mencari posisi nyamannya lagi.
"Itu artinya, aku bukan orang yang putus asa, aku bukan orang yang akan berhenti berusaha hanya karena orang lain bilang bahwa sesuatu itu gak mungkin dimiliki."
Ternyata seperti itu maksudnya. Jalan pikiran Pra benar-benar tidak bisa diprediksi oleh Lily. Tapi, Pra berkata seperti itu karena ia adalah seorang Pradana Agnibrata. Lily tersenyum getir. Bagi orang lain diluar sana, atau bahkan bagi Lily sendiri, jika sesuatu dikatakan tidak mungkin untuk dimiliki, maka itu benar-benar tidak mungkin.
Jadi, Lily tidak mungkin punya pemikiran yang sama seperti Pra.
"Di hidupku, kamu seperti senja, Pra."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Became Cinderella
Любовные романыNew Story!!! ©2024 *** Hidupnya berubah seperti kisah Cinderella hanya dalam semalam. Semuanya berawal dari pesta yang ia datangi bersama sahabatnya. Di situlah awal dari semua keajaiban terjadi, dimana ketika seorang pria yang tak dikenal menanyaka...