"Jadi Bos masih tetep tinggal di sini?" tanya Indra, bukan tanpa alasan. Sebab, apartemen ini memang sejak dulu ditempati oleh Pra seorang diri. Indra kira, Pra akan menempati salah satu rumahnya setelah ia menikah. Tapi ternyata masih tetap tinggal di apartemen.
"Iya, untuk sementara. Kamu bawa obatnya, kan?"
Indra merogoh saku dalam jasnya kemudian memberikan sebuah tube kecil yang penuh dengan obat. Pra pun mengambilnya dan memasukkannya ke dalam saku celana yang ia pakai. Kedua pria itu kini sedang ada di loby gedung apartemen tempat Pra tinggal bersama sang istri. Sore ini mereka memutuskan bertemu untuk beberapa alasan selain obat yang Pra minta barusan.
"Jadi, ada laporan apa lagi sejak hari kemarin?" tanya Pra. Tangannya terlipat di bawah dada sementara satu kakinya bertopang dengan kaki yang lain. Ia hanya menanyakan laporan dari hari kemarin karena hari-hari sebelumnya selama ia di Bali, Indra rutin memberikan laporan melalui email.
"Saya sudah menemui Pak Pandu dan menjelaskan situasi Yuda yang berkaitan dengan istri Anda. Beliau tidak berkutik."
"Jadi, tidak akan ada masalah ke depannya?"
"Saya jamin, Pak."
"Bagaimana dengan Direktur?"
"Beliau datang ke kantor setiap hari karena bapak tidak ada."
Pra terkekeh, membayangkan ayahnya bekerja sambil mengomel sepanjang hari, karena semakin bertambahnya usia, ayahnya itu lebih suka bekerja dari rumah, atau dari mana saja yang jelas ia tidak suka datang ke kantor. Ya, posisi teratas sebagai direktur utama pada perusahaan memang masih berada di tangan sang ayah, Raden Agnibrata. Sementara Pra masih menjadi eksekutif atau CEO. Namun menjadi bawahan membuatnya memiliki tugas yang lebih banyak, karena semua pekerjaan harus melewati dirinya dulu sebelum akhirnya sampai kepada ayahnya yang harus memberikan tanda tangan. Pra juga yang paling sering menghadiri rapat dan ayahnya hanya menunggu hasil terbaik dilaporkan kepadanya.
Agak menjengkelkan memang. Tapi sungguh Pra sangat menyukai pekerjaannya. Ia juga merasa senang diberi tanggung jawab yang begitu besar oleh sang ayah.
"Dimana ibuku sekarang?"
"Prancis."
Pra tidak heran lagi. Dalam sebulan, ibunya bahkan bisa pergi ke tiga negara yang berbeda.
Kemudian, dilihatnya perubahan mimik wajah Indra yang seperti sedang berpikir keras. Seakan sedang memendam sesuatu dan bingung haruskah disampaikan atau tidak.
"Ada apa, Indra?" tanya Pra, menuntut.
"Pagi tadi... wanita itu datang mencari bapak."
"Siapa?"
"Bella. Dia membuat keributan di lobby hingga membuat saya harus turun untuk menemuinya."
Perlu diingatkan bahwa Bella alias Marabella adalah mantan kekasih Pra yang sudah mengkhianatinya satu hari sebelum pesta.
"Lalu?"
Indra mengerjapkan mata melihat reaksi Pra yang terkesan ingin tahu. Indra jadi menyesal sudah melaporkan soal ini.
"Saya mengusirnya dan bilang bahwa bapak sudah menikah."
"Kenapa dia masih punya muka untuk datang menemui saya?"
"Sebaiknya tidak perlu mencari tahu lebih jauh," saran Indra, membuat Pra bungkam dan tak melanjutkan topik itu.
Meski sebenarnya Bella sempat menceritakan kronologi pada malam dimana Pra memergokinya berselingkuh. Dan alasan Bella terdengar masuk akal. Namun, semuanya sudah terlambat. Pra sudah menikah. Indra tidak mau pernikahan seumur jagung atasannya ini berakhir hanya karena wanita seperti Bella. Ya, Indra memang tak pernah menyukai Bella sekalipun. Ia lebih mendukung Pra dengan Lily saja. Lily begitu lugu dan baik hatinya, tidak dibuat-buat. Sangat berbeda dengan Bella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Became Cinderella
RomanceNew Story!!! ©2024 *** Hidupnya berubah seperti kisah Cinderella hanya dalam semalam. Semuanya berawal dari pesta yang ia datangi bersama sahabatnya. Di situlah awal dari semua keajaiban terjadi, dimana ketika seorang pria yang tak dikenal menanyaka...