17. Kita semua berharga (Happy Ending)

747 99 19
                                    

"This sky will fall for you, Sweety."

$$$

"WHAT THE HELL HAPPENED?"

Pra bertanya dengan panik. Langkahnya cepat menuju parkiran. Belum lama sejak meeting dimulai. Namun, video yang Indra kirimkan membuat Pra langsung menyudahi meeting itu dan meminta untuk menjadwalkannya ulang besok pagi.

Kemudian dengan segera ia berjalan pergi sambil menelfon Indra.

"Bu Lily sudah menangis sejak saya datang, Pak. Tapi sekarang tangisannya semakin menjadi-jadi. Saya gak tau harus bagaimana."

"WHAT? Dari kamu dateng? Itu udah hampir dua jam, Indra. Kenapa baru hubungin saya?"

"Karena biasanya kalau bapak meeting, gak bisa diganggu."

"Kalau itu tentang istri saya, kamu bisa ganggu saya!"

"Noted, Pak."

Pra masuk ke dalam mobil. Menyuruh sopirnya untuk segera melajukan kendaraan mahal beroda empat itu.

"Kenapa dia nangis? Kamu udah tanya?"

"Tidak dijawab, Pak. Makanya saya bingung."

"Ugh, kacau. Ternyata mood nya bener-bener gak jelas kalau lagi dateng bulan. Padahal belum lama ini dia marah-marah sama saya. Tapi kenapa malah dia yang nangis."

Pra sampai memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa berdenyut.

"Yaudah kalo gitu, saya di jalan mau pulang."

"Baik, Pak."

***

Lily sudah masuk ke dalam kamarnya. Masih sesenggukan, namun tidak menangis dengan kencang seperti tadi. Matanya terasa begitu berat karena ia sudah menangis selama dua jam. Keinginannya yang ingin makan sup buah bahkan sudah surut. Alhasil, ia meminta Indra untuk menyimpannya saja ke dalam kulkas.

Dan sekarang, perlahan tapi pasti, Lily memejamkan mata menjemput mimpinya.

Lebih dari setengah jam perjalanan, akhirnya Pra tiba di apartemennya. Ia mendapati Indra menyambutnya ketika ia masuk. Dan malaporkan bahwa Lily sudah masuk ke dalam kamar, juga tak menyentuh sup buahnya sama sekali. Pra juga mendapati setumpuk tisu yang nampaknya sedang dibersihkan oleh Indra di ruang tv nya.

"Jadwalkan ulang meeting hari ini untuk besok pagi, Ndra. Dan sisa pekerjaan saya juga akan saya lanjutkan besok saja. Saya gak balik lagi ke kantor hari ini," kata Pra sembari melepaskan jasnya.

"Baik, Pak."

"Dan tolong minta chef Juna datang ke apartemen saya untuk siapin makan malam. Istri saya lagi sakit karena datang bulan, jadi minta dia masakin makanan yang dianjurkan untuk wanita yang sedang menstruasi. Setahu saya, gak boleh makan makanan pedas, terlalu berlemak, terlalu manis dan terlalu asin. Yah pokoknya dia pasti tahu apa yang harus dimasak."

Jujur saja, bahkan sebagai lelaki, Indra cukup takjub dengan perhatian-perhatian Pra kepada istrinya. Meskipun hanya hal-hal sederhana, namun rasanya begitu menyentuh.

"Baik, Pak."

"Kamu boleh pergi. Terima kasih, Ndra."

"Sudah tugas saya, Pak. Kalau begitu saya permisi."

Pra berjalan menuju kamarnya. Dimana sang istri berada. Hari ini ia tidak mengerjakan banyak hal. Namun jujur saja, bahkan rasanya lebih melelahkan daripada bekerja seharian nonstop. Mungkin karena pikirannya tidak bisa tenang bahkan ketika dia sedang bekerja. Ia terus saja memikirkan seseorang yang kini terlihat sedang tertidur di ranjangnya.

Suddenly Became Cinderella Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang