"kak Prilly mau kemana?" Dhea bergegas menghampiri yang tengah memakai sepatu nya
"Kaka mau keluar sebentar"
"Kemana Prill? Bukan nya kamu baru aja ketemu sama Jesslyn?" Mamah Prilly menyambar, bertanya kemana? Entah lah Prilly pun tidak tahu kemana ia akan pergi, hanya saja fikiran nya terlalu sibuk memikirkan hal yang menurut nya tidak perlu di fikirkan.
Kehadiran Bunga dan Jesslyn yang bercerita soal pemuda itu -Ali membuat perasaan nya juga sedikit kacau.Prilly menatap Mamah nya yang tengah sibuk menyuapi Dhea makan, makan siang? Atau lebih tepat nya di sebut makan sore? Atau bisa di bilang dua dua nya karena nafsu makan Dhea seketika bertambah sepulang nya dari periksa ke dokter kemarin . Prilly hanya mengangkat bahu nya pelan bertanda tidak tahu lalu berdiri namun sebelum nya membernarkan baju nya yang sedikit terlipat
"Ketemu Ali?" Ucapan itu begitu ragu keluar dari mulut sang Ibu, dia terlihat benar benar ragu mengucapkan atau lebih tepat nya mempertanyakan lihat Prilly! Ia kini terdiam di tempat lalu segera tersenyun mesam tanpa memberi jawaban.
"Sebenar nya mamah gamau ikut campur urusan kalian"
"Maksud mamah?" Prilly memutar tubuh nya penuh menghadap sang Ibu yang memlontarkan pertanyaan sedikit agak ganjil di telinga nya 'tak biasa nya' sangkal nya dalam hati
"Mamah gatau apa yang terjadi sama kalian, kamu tahu? Sewaktu kamu di Canada Ali berkali kali ke sini"
"A-apa? Dia? Dia ke sini?"
"Iya, tapi dia ga pernah mau masuk waktu mamah ajakin masuk. Setiap hari, dia selalu ke sini tapi cuma sampai batas depan pagar" Tekan kan sekali lagi bahwa Ali hampir setiap hari memdatangi rumah nya
"Lalu mamah bilang apa sama dia?" Tanya Prilly penasaran, kini dia tertarik dengan topik pembahasan kali ini
"Mau apa lagi? Setiap kali mamah ajak masuk dia selalu menggeleng sambil senyum getir, jadi apa yang perlu mamah omongin? Dia-" jeda nya menarik nafas lalu menghembuskan perlahan "Terlihat sangat kacau"
BINGGO!!!! Kemarin Bunga, tadi Jesslyn, dan sekarang Ibu nya sendiri! Nanti siapa lagi? Guntur? Atau Albert? Atau teman sekelas nya yang lain? Uh! Apa Ali sehancur itu?
Prilly mendesah berat, mulutnya terkantup di mengucap sepatah kata pun bahkan tatapan nya kosong "Kamu ga kasih tau dia tentang kepergian kamu?" Prilly merasa bahu nya di pegang seseorang siapa lagi jika bukan Ibu nya yang menghampiri nya dan sekali lagi Prilly menggeleng kan kepala
"Astaga! Mamah kira kamu kasih tau dia, pantas aja dia begitu! Harus nya kalo tau kamu ga kasih tau ke Ali udah mamah kasih tau dia dari kemarin"
"......." Prilly hanya diam
"Kalian punya masalah?"
"Udah lah mah, itu ga penting Prilly pergi dulu" Pamit nya dengan nada dingin.
"Hati - hati dijalan" Seru nya sambil menggeleng geleng kan kepala, sementara Prilly hanya menjawab dengan sebuah deheman 'rupanya anak itu benar benar memiliki masalah dalam hubungan nya' fikir wanita itu.
Ia harus! Prilly harus menemukan sebuah jawaban dari ribuan pertanyaan yang menempel di otak nya namun pada siapa? Humm seperti nya kali ini ia akan tau kemana ia harus pergi.
Sebuah ponsel berhasil keluar dari tas kecil nya menekan sebuah nomor hingga tersambung dengan salah seorang-"Halo?" Sahut sang penerima telphone dari kejauhan, suara nya terdengar berat dan itu sangat seksi! Oke lupakan-'
"Hay? Emm Umm apa kita bisa ketemu?" Pinta Prilly, takut si penerima telphone akan menolak permintaan nya yang alias adalah sebuah ajakan pertemuan
KAMU SEDANG MEMBACA
[NF] Us, Love and Oddity
Teen FictionAku mencintai nya, mencintai segala ke anehan nya dan keanehan yang Tuhan telah ciptakan di antara kami berdua. Keanehan yang membuat cerita kami sempurna.