"Ini adalah briefing terakhir sebelum kita ke hari h lusa. Makasih ya buat yang udah hadir. Sebelum ditutup, ada yang mau tanya?" Sandra berdiri di hadapan meja sembari menatap semua orang. Kemudian matanya terlempar pada Kinan yang duduk mojok dekat Sandi dan Fabian, "Nan, kalau tangan lo belum sembuh nggak usah ikut event."
"Ikut dong." sahut Kinan tak terima, "selama ini kontribusi gue udah banyak dan nggak ikut event? Yang bener aja."
Ya iya sih. Sandra kicep. Rasanya sudah mikir ide, ikut reach out orang sana-sini, cari tempat, suka duka nangis ketawa bareng, lalu nggak ikut event itu pasti sangat mengecewakan.
"Nan, kita udah ngomongin ini kemarin." interupsi Fabian yang duduk di samping kirinya.
Sukses membuat Kinan melirik malas, "Terus kenapa? Eman gue bilang kalau setuju?"
Sebenarnya setelah momen Sandi berak tempo hari, Kinan dan Fabian sempat berdebat tentang nggak usah kerja dulu. Fabian yang ngeyel untuk menyuruh Kinan ambil cuti karena kondisi tangannya yang tak memungkinkan untuk bekerja. Apalagi sebagai store crew yang pasti nggak jauh-jauh dari display barang dan angkat-angkat. Kinan yang ngeyel juga tentang it's okay, nggak apa-apa semua bisa diatur. Bahkan menuding Fabian yang nggak tau apa-apa soal kehidupan rantau. Gimana kalau dia nggak kerja? Makan apa dia nanti? Gimana caranya beli bensin, kuota dan bayar uang kos? Walaupun akhirnya nurut setelah panjang lebar berantem bahkan sampai dilerai Sandi.
Setelah itu mereka lanjut berdebat soal proker. Dimana Fabian maunya Kinan nggak usah ikut proker, tapi perempuan keras kepala itu mana mau iya iya aja?
"Lo mau tangan lo bengkak? Tambah parah dan sampai patah tulang?"
"Ngaco! Kalau patah tulang udah dari kemarin lah. Meski bukan anak IPA gue juga ngerti kali."
"Udahlah, bang. Biarin aja ikut. Nanti biar gue yang backup." lerai Sandi sebelum tragedi seperti di rumah Fabian kemarin terjadi.
"Nggak usah lo backup gue juga bisa. Emang gue selemah itu? Ngapain sih anak humas pas hari h? Paling cuma cek sponsor, partnership, medpart sama undangan kan? Nggak disuruh bikin panggung sama tenda." sanggah Kinan.
Yaudahlah. Akhirnya Fabian hanya menghela nafas, "Ikut aja, kak." ujarnya pada Sandra, "biarin terserah dia."
"Yaudah, oke. Lagian anak humas sibuknya kan sebelum proker. Hari h ntar lo leha-leha aja."
"Y." sahut Kinan acuh.
"Marah?" tanya Fabian setengah berbisik.
"Muka gue kelihatan marah kah?"
"Iya."
Kinan langsung membuang muka. Enggan menatap Fabian yang malah tertawa kecil sembari mengacak kecil ubun-ubun si perempuan PE itu.
Batin Kinan menggebu-gebu. Aduh, nih orang bisa diam nggak sih? Apalagi tangannya yang suka bertindak sembarangan. Nggak taukah kalau Kinan paling nggak bisa tahan sama laki-laki yang love language nya phsycal touch?
Program kerja untuk event semakin dekat. Tak terasa bahkan sudah tinggal lusa. Sejujurnya, Kinan kemarin misuh-misuh. Kenapa kejadian buruk yang menimpanya malah pas banget menjelang event? Ia jadi tak bisa mondar-mandir.
Selain tangan dan wajahnya yang luka, kakinya juga sempat bengkak tiga hari berturut-turut. Total membuatnya hanya berdiam diri di kos menyusahkan ketiga penghuni lainnya. Bahkan terpaksa membiarkan Hanin angkat galon berdua dengan Lia. Juga Arumi yang sibuk mondar-mandir bikin makan, bantu mandi, dan beresin kamar. Lalu ada pula Sandi yang sibuk dititipi absen dan harus presentasi sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orbit | Kim Chaewon
Fanfiction"Dirgantara tanpa kamu, ibarat ruang kosong tanpa cahaya" Kalimat itu adalah sebuah omong kosong bagi Kinan. Apalagi yang berucap adalah seorang Fabian Dirgantara, orang yang katanya masih mendeklarasikan diri sebagai pacarnya meskipun kata putus su...