Panas.
Rapat evaluasi yang dilaksanakan usai dhuhur itu berlangsung kemelut. Rasanya setiap orang mengeluarkan tudingan untuk membela kinerja masing-masing beserta divisinya. Bahkan sekretaris umum yang duduk di pojok ruangan terlihat bingung apa yang mau dicatat. Ya gimana, orang sahut sahutan kayak kebun binatang begini.
Ini yang sebenarnya bikin Kinan malas evaluasi proker. Ramai banget, sampai kadang yang dibahas apa arahnya kemana. Permasalahan inti malah tenggelam, tergantikan dengan ngeyel masing-masing orang.
Dulu, UKM nya juga pernah berada dalam kondisi rapat yang begini. Sebelum akhirnya ganti ketua umum. Sekarang di jaman Yudha, evaluasi bukan ajang untuk ramai karena perdebatan melainkan tempat apresiasi dan koreksi.
"Gue nggak expect kalau kita bakal sewa booth. Itu nggak ada di dalam proposal dan kebetulan dana kemahasiswaan baru turun setengah. Akhirnya pakai duit siapa? Betul, duit gue." bendahara umum terlihat mengutarakan pendapat.
"Tapi udah clear kan?"
"Udah sih. Maksud gue, kenapa nggak di prepare dari awal, mas? Udah ini, masuk evaluasi aja. Biar tahun depan nggak kayak gini. Iya kalau ada bendahara yang kebetulan punya duit kayak gue, kalau enggak?"
"Yaudah, tulis neng, tulis!" ketupel mengarahkan kepada sekretaris untuk mencatat segala bentuk evaluasi.
Pembahasan beralih ke topik lain. Yaitu divisi perkap yang anaknya bergerombol jadi satu di samping kanan dekat jendela.
"Eh, mohon maaf nih, mbak. Anak perkap cuma ada berapa biji? Barangnya setengah lapangan. Ini juga bendahara ngepres budget. Vendor cuma ngasih kerangka, kita yang bikin panggung, bangun tenda dan lain-lain. Lo pikir nggak capek? Nggak usah banyak protes!"
"Lah, kan gue bilang dananya turun setengah, bro! Kemahasiswaan ngasih sebagian dana lagi pas hari kedua event, lo pikir gue nggak mikir?"
Dibelakang, dekat jendela satu lagi divisi humas menggerombol juga. Dekat PubDok. Sejauh ini nggak kena senggol sih kecuali soal guest perform tadi. Untungnya, mulut bacot Bayu siap menggempur suasana.
Kinan kira dia bakal kena cecer perihal nggak ikut pembubaran panitia. Minimal bertiga lah, sama Sandi sama Bian. Tapi ternyata enggak.
Bagus lah. Ia merasa tugas anak humas semua kelar dengan baik. Meskipun ia afk sebentar, tapi semua terlaksana dengan baik. Bahkan untuk guest perform yang di luar control itu ia cari penggantinya dengan baik dan sesuai budget, dalam keadaan semepet itu. Kalau masih kena senggol ya kebangetan sih.
"Nan, boleh lepas jaket lo nggak?" pinta Bian yang duduk nyender tembok di samping Kinan.
"Kenapa?"
"Dingin gue."
Sontak Kinan menyentuh dahi laki-laki itu. Pucat di wajahnya sangat kentara. Jaket Bian ada di mobil, nanti Kinan ambil.
"Badan lo anget, anying. Tadi kalau sakit aturan nggak usah ikut."
"Cuma pusing dikit, buat tidur bentar ilang. Nanti selesai rapat mau minta Eri beliin panadol."
Kinan melepas jaketnya. Memberikan pada si elektro. Kekecilan akhirnya cuma dipakai selimut.
"Gue izin Kak Sandra ya. Lo tidur di ruang sebelah."
Mau beranjak tapi lengannya ditahan, "Nggak perlu, Nan. Nanti malah bikin rame anak-anak. Tunggu rapatnya kelar aja, gue mau tidur sebentar disini."
Kinan menyodorkan bahunya, "Gue tau agak pendek, tapi lo boleh nyender kalau capek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Orbit | Kim Chaewon
Fanfiction"Dirgantara tanpa kamu, ibarat ruang kosong tanpa cahaya" Kalimat itu adalah sebuah omong kosong bagi Kinan. Apalagi yang berucap adalah seorang Fabian Dirgantara, orang yang katanya masih mendeklarasikan diri sebagai pacarnya meskipun kata putus su...