Sebenarnya habis UTS Kinan nggak pengen mampir sekretariat. Ia sudah ada janji untuk pergi. Namun ia harus kemari dan sedikit rapat dengan Yudha untuk membahas pertandingan. Bagus deh, ia juga pengen menghindar dari dua orang yang tiba-tiba muncul bagai jelangkung di kosnya. Jujur ia tak berniat menghindar sih, karena ya ngapain gitu? Toh, ia nggak merasa ada salah. Cuma canggung aja.
Tadi, ketika sedikit sapa itu datang, ia hanya sedikit sekali menampakkan wujudnya. Usai memanggil Arumi di atas, ia langsung masuk kamar, siap-siap lalu berangkat. Bahkan keluar kos pura-pura sambil teleponan biar nggak pamit.
Dan sekarang, usai rapat ia hanya bengong di pojok ruangan. Mau pulang, atau langsung cabut ya? Lia masih keluar dengan Sandi. Hanin lagi UTS di kampus. Hanya tersisa Arumi di kos karena anak itu jadwalnya siang menjelang sore. Dan sudah pasti ditebak, ayahnya masih stay disana.
"Bro, penjualan merchandise club masih jalan nggak ya?" tanya Safira sembari berdiri membolak-balik buku keuangan organisasi.
Semua mata langsung tertuju pada Kinan. Nggak tau di organisasi posisinya apa tapi kalau urusan jualan dia aja yang jadi tumbal.
"Masih ada barang, abisin aja dulu. Abis itu stop aja. Nanti kita pakai sistem open PO aja." sahutnya malas.
"Tapi konten tetep jalan kan?"
"Jalan lah, emang kalian mau medsos kita berdebu?" sewotnya, "kemarin gue di proker HUT ada yang bikin konten pas latihan nggak?"
"Belum di edit, Nan." jawab Yudha santai, "kan Jerry yang tukang edit."
"Report tiga bulan belum di tarik juga." ucap Safira.
"Nggak usah ngurusin sosmed lah anying, lama-lama kita jadi kayak agensi iklan daripada klub beladiri." Jerry yang sedang ngotak atik ponsel di depan pintu nyaut.
"Tapi klub kita jadi dikenal gara-gara konten, njir."
"Gue sih lebih setuju tetep sosmed ya. Kita jadi kayak punya branding, soalnya income club sebagian dari situ." ucap Yudha sebagai ketua.
"Stop dulu lah, bang. Fokus latihan. Dua minggu lagi mau turnamen nih. Butuh latihan kaki."
"Jer, sabtu puncak gue nebeng ya!" ini Haris yang tiba-tiba muncul dari pintu. Masih pakai kemeja lengkap dengan tas.
Kedatangannya mengalihkan semua atensi.
"Siapa yang mau ke puncak?"
"Anak panitia kemarin kan mau rapat evaluasi di puncak, sekalian refresh usai UTS katanya. Emang belum ada kabar di grup?"
"Kepala pundak puncak lagi puncak lagi." keluh Kinan, "sekali-kali Malang kek, puncak teros!"
"Mikir, mbak. Pertama, dananya. Kedua, waktunya. Di pikir malang tinggal kepleset sampai?"
"Yaudah sih, wir. Kan cuma usul."
"Hehe, bang weekend ini kita izin nggak latihan dulu ya." Haris cengengesan menatap Yudha, "biasalah orang penting."
Yudha mengendik, "Oke aja sih gue mah. Tapi tanding kalian ikut kan? Jagoan tim masa nggak ikut?"
"Santai, abangku sayang. Tunggu kita pulang ya." Kinan menepuk pundak yang lebih tua, "gue duluan ya, guys. Mau kencan sama ayang."
"Ayang gepeng aja bangga."
"Biar gepeng yang penting cinta."
Kalimat itu diakhiri tawa. Bahkan hingga ia melangkah keluar dari ruang sekre. Berjalan santai di lorong gedung ormawa, sesekali menyapa orang-orang UKM lain yang ia kenal. Kemudian berhenti di depan pintu keluar, menunggu seseorang yang barusan mengirim pesan lewat wa. Seseorang yang katanya sedang berada di ruang BEM Teknik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orbit | Kim Chaewon
Фанфик"Dirgantara tanpa kamu, ibarat ruang kosong tanpa cahaya" Kalimat itu adalah sebuah omong kosong bagi Kinan. Apalagi yang berucap adalah seorang Fabian Dirgantara, orang yang katanya masih mendeklarasikan diri sebagai pacarnya meskipun kata putus su...