1. Kehidupan Saat Ini

162 39 3
                                    

Jakarta, sekarang.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar 30 menit yang lalu. Seorang anak perempuan dengan seragam merah putih terduduk di depan pos satpam sekolah sembari memainkan ujung jarinya, menunggu sang Ibu yang selalu telat menjemput.

“Neng Cinta mau minum?” tawar satpam yang sudah akrab dengan anak bernama Cinta itu. Akrab karena memang Cinta selalu menunggu Ibunya di depan pos satpam sejak pertama kali masuk sekolah sampai sekarang.

“Makasih Pak, air aku masih ada kok.” ucap anak itu sembari menggoyangkan kempis minum miliknya yang menggantung di leher.

“Ohh gitu, kalo begitu Bapak temenin Neng Cinta aja di sini gak papa kan?”

“Boleh Pak, silahkan.”

Sekitar satu jam lamanya menunggu, tapi sang Ibu tak kunjung datang. Karena merasa tak enak hati pada Pak Satpam yang berjaga dengan alasan menemani duduk, Cinta memilih pulang dengan jalan kaki.

“Neng Cinta mau kemana? Kan Ibunya belum datang.”

“Ibu katanya ada disekitar sini Pak, aku duluan ya. Makasih udah nemenin.” pamitnya sambil tersenyum cerah, menampilkan deretan gigi kecilnya yang rapi.

Aduhh si Neng Cinta bohong gak ya? Semoga aja Ibunya beneran ada, kasian tiap hari selalu telat dijemput.” ujar Satpam sekolah sembari memerhatikan kepergian anak kecil itu.

Cinta menyusuri jalanan dengan berjalan kaki, ia tidak boleh kelelahan apalagi sampai membuat jam tangan pendeteksi detak jantung miliknya berbunyi. Karena cuaca yang panas, Cinta mengikat rambutnya dengan asal supaya rambut panjangnya tidak membuatnya semakin gerah.

Dengan berjalan kaki tentu akan membutuhkan waktu yang lama, mengingat jarak dari rumah ke sekolah yang lumayan jauh. Cinta tidak mungkin akan sampai ke rumah dengan selamat, ia pasti pingsan di jalan karena kelelahan. Air minum di kempisnya juga sudah habis.

Cinta memilih menepi, ia beristirahat sejenak dibawah naungan pohon yang ada di pinggir jalan.

Dari kejauhan Cinta melihat seseorang yang sangat ia kenal baru saja turun dari mobil, tanpa menunggu waktu lama anak perempuan itu bergegas menghampiri pria yang sekarang hendak masuk ke dalam restoran.

Cinta itu anak pintar, ia paham bagaimana caranya menyebrang jalan. Jadi tanpa membutuhkan waktu lama ia sudah berada di dekat pria itu. Cinta segera memeluk pria itu dengan erat, membuat beberapa atensi mengarah kepadanya. Namun pelukannya harus terlepas karena pengawal pria itu melepaskannya dengan paksa sampai membuatnya jatuh terduduk.

“Opah,” panggilnya lirih pada pria tua itu.

Pria bernama Hamish itu memandang Cinta dengan tatapan tak suka. Ia mengembuskan napasnya sebelum masuk ke dalam restoran. Melihat hal itu Cinta segera berdiri, bermaksud menyusul Opahnya ke dalam. Tapi pengawal Opahnya menghalangi Cinta untuk yang kesekian kalinya agar tidak mendekati Tuan mereka.

“Opah!” teriak Cinta yang membuat semua atensi mengarah padanya. Anak itu terus berontak agar bisa masuk ke dalam, tak mengindahkan rasa pusing di kepalanya.

“Opah ini Cinta. Cucu kesayangan Opah!”
Perlahan anak itu kehilangan kesadarannya, ia terjatuh dan untungnya seseorang segera menahannya.

“Cinta, jangan kayak gini, Nak.” lirih seorang wanita yang baru saja tiba. Segera ia menggendong anaknya pergi menjauh dari sana.

Tangannya melambai ketika melihat sebuah taksi hendak melintas, taksi itu kemudian berhenti, segera wanita itu masuk ke dalam.
Napasnya terengah karena kelelahan, tidak ia bukan kelelahan, tapi keberatan. Putrinya sekarang sudah besar, November nanti usianya memasuki 10 tahun.

Miracle of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang