Yudha membaca pesan masuk dari Alpen. Isinya adalah sebuah undangan reuni angkatan 35 Vallyan High School, SMA Yudha dulu. Sepertinya Alpen lupa memberitahu secara langsung kemarin. Untungnya mereka sempat bertukar nomor telepon.
Alpen
Send a document
undangan reuni VHS, gue lupa ngabarin
lo harus dateng. yg lain jga bnyk yg mau datengliat nanti aja
pokonya lo harus dateng, ada fakta yg bakal buat lo kaget nanti. gw ga mau ngsih tau skrng
fakta tentang apa?
dia
Yudha meneguk salivanya, fakta tentang dia itu berarti fakta tentang perempuan yang Yudha cintai dulu. Iya dulu, Yuda berharap sekarang rasa cintanya sudah hilang. Semoga.
gue besok mulai kerja,
nanti gue kabarin lagiacaranya besok, cepetan ksih kabar
Yudha menyudahi work out-nya, ia mengelap keringat di wajahnya menggunakan handuk kecil yang sebelumnya digantung. Setelah itu Yudha berjalan menuju balkon kamarnya.
Dengan sendirinya pikirannya mengingat Cinta, anak kecil berusia hampir 10 tahun yang sejak pertemuan pertama mereka kemarin sudah menarik perhatiannya. Apalagi Cinta bernasib sama sepertinya dulu, anak itu memiliki kelainan di jantungnya sejak lahir.
Toktoktok
"Den Yudha, ini Bibi."
"Masuk aja Bi!"
"Den, itu di bawah ada perempuan. Katanya sih sekretaris Den Yudha."
"Ohh iya Bi, suruh duduk dulu aja. Bentar lagi aku turun."
"Iya Den, permisi."
Yudha mengernyit bingung, ada apa Irene ke rumahnya? Kalau urusan pekerjaan Irene bisa menghubunginya lewat telepon, tanpa perlu capek-capek datang ke sini.
Yudha lantas turun menuruni anak tangga, lagi, ia tak menggunakan lift di rumahnya. Rasanya Yudha masih mampu untuk naik dan turun tangga daripada harus menggunakan lift. Mungkin lift dibuat supaya orang tuanya tidak terlalu capek, mengingat usia mereka sudah lebih dari setengah abad.
Irene yang duduk di ruang tamu sempat terpana melihat kedatangan Bosnya. Irene tahu dan sangat menyadari kalau Yudha memang tampan, tapi melihat pria itu memakai kaos oblong dengan bawahan celana training selutut itu baru pertama kali ia lihat. Dan ternyata Yudha sangat cocok dengan pakaian santai seperti itu. Bahkan lebih tampan menurutnya.
"Maaf saya buru-buru jadi gak sempet ganti pakaian, takut kamu menunggu terlalu lama."
"Iya tidak papa, Pak."
Yudha melirik sekilas koper yang dibawa Irene. Lantas ia menatap sekretarisnya, meminta penjelasan.
"Rumah peninggalan Ibu saya ternyata sudah dijual oleh Om saya, Pak."
"Bagaimana bisa? Maksudnya, kenapa Om kamu bisa mendapatkan sertifikat rumah milik Ibumu?"
"Om dapat sertifikat rumah itu dari Nenek, sekarang Nenek ikut tinggal sama Om dan istrinya."
"Lalu kemarin setelah ziarah kamu tinggal di mana?"
"Hmm, ziarah?"
"Ziarah itu menjenguk Ibumu di pemakaman, ya semacam itulah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle of Love
ChickLit[Semua Karakter/Tokoh dalam Cerita Ini Fiktif. Apabila Terjadi Kesamaan Itu Hanya Kebetulan Belaka] Di malam pertunangannya, Yudha mendapat sebuah surat dari seorang wanita yang ia kenal. Isi surat itu membuatnya terkejut, bahkan tangannya bergetar...