Tentang apa yang terjadi di masa lalu dan bagaimana hubungan antara Kakaknya dengan pria yang baru ia kenal beberapa bulan terkahir, sungguh membuat Willy penasaran. Menarik ke beberapa tahun ke belakang, sekitar 12 tahun yang lalu dirinya masih anak sekolah dasar yang belum mengerti apa-apa, sedang Kakaknya sudah duduk di bangku kelas 10.
Apa yang terjadi kemarin membuat Willy mengambil kesimpulan, bahwasannya Yudha dan Wendy saling mengenal di masa lalu. Bahkan tanpa ia duga Vano terlihat akrab dengan Yudha. Apakah mereka bertiga berteman semasa SMA?
Sepertinya banyak sekali hal yang tidak Willy ketahui tentang Wendy, selain bahwa Kakaknya itu begitu dibanggakan oleh Papanya. Sedangkan Willy, ia bahkan tidak pernah mendapat pujian apa pun dari Erlan, Papanya sendiri. Tapi bukan berarti Erlan menelantarkannya, nyatanya Papapnya itu merawat dan menyekolahkannya.
Sedari tadi Willy memandang lurus seorang pria yang duduk di bangku taman, entah sudah berapa lama Yudha duduk di sana. Yang jelas pria itu tidak pulang sejak kemarin. Padahal besok adalah acara pertunangannya dengan perempuan yang sudah membuat Cinta celaka. Willy mengembuskan napasnya, ia tidak bisa membayangkan betapa sakitnya Cinta sekarang di meja operasi.
"Bang,"
"Wil, sudah selesai operasinya?"
Willy bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah Yudha yang kurang tidur dengan mata yang memerah. Entah karena efek kurang tidur atau mungkin karena menangis. Pria itu nampak sedikit berbeda dengan yang Willy kenal.
"Belum,"
Yudha menghela napasnya, memijat pangkal hidungnya kala pening melanda kepalanya. Semalam ia tidak tidur sama sekali karena menunggu Cinta dan menenangkan Ibunya. Yudha menjaga Wendy ketika wanita itu ketiduran saking lelahnya menangis. Dara sendiri ia suruh pulang karena Wendy terus mencecarnya.
"Makan dulu, Bang!"
Yudha hanya menatap sebungkus makanan dari Willy tanpa niat mengambilnya. Dari pada makan ia lebih menginginkan kondisi Cinta membaik pasca operasi.
"Nanti,"
"Kakak juga udah makan barusan, 3 suap. Sekarang Bang Yudha yang makan,"
"Kakak kamu, dia belum pulang?"
"Mana mau dia pulang. Kak Wendy juga udah izin cuti sama pihak sekolah, jadi dia gak mungkin pulang."
Yudha mengangguk paham, "Ini dimakan, Bang. Seadanya aja karena aku belum gajian,"
Mencoba menelan sesuap nasi disaat situasi sedang kacau malah membuat Yudha ingin muntah. Selain itu karena faktor telat makan membuat asam lambungnya naik. Melihat itu Willy membungkus kembali makanan yang ia beli dan tidak memaksa Yudha untuk makan.
"Kayaknya harus minum obat deh, Bang."
"It's oke,"
"Yaudah kita ke Kak Wendy aja, kasian dia sendirian nungguin Cinta selesai operasi,"
Yudha mengangguk, ia menyuruh Willy untuk lebih dulu. Yudha mengatur napasnya agar tenang, karena jujur saat ini perasaannya sedang tidak baik. Melihat Wendy yang begitu lemah mengetahui kondisi putrinya membuat Yudha tak sampai hati. Bahkan perasaan itu muncul kembali, di mana ia ingin menjaga Wendy seperti permintaan ibu dari wanita itu saat terakhir kali mereka bertemu.
Setelah perpisahan itu Yudha tidak pernah bertemu kembali dengan Miya, karena ternyata wanita itu meninggal sesaat setelah melahirkan Willy. Yudha tahu itu karena semalam Willy bercerita di tengah keingin tahuannya tentang hubungan Yudha dan Wendy.
Wendy tengah duduk sembari merapalkan doa-doa kepada Yang Maha Kuasa untuk kelancaran operasi putrinya ketika Willy dan Yudha datang. Wendy mengira Yudha sudah pulang karena pria itu pergi cukup lama. Melihat sekilas penampilan pria itu tidak berbeda jauh dengannya, sama-sama dengan pakaian yang kusut serta wajah yang kurang tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle of Love
ChickLit[Semua Karakter/Tokoh dalam Cerita Ini Fiktif. Apabila Terjadi Kesamaan Itu Hanya Kebetulan Belaka] Di malam pertunangannya, Yudha mendapat sebuah surat dari seorang wanita yang ia kenal. Isi surat itu membuatnya terkejut, bahkan tangannya bergetar...