2. Kembali

114 29 0
                                    

Jakarta, sekarang.

Yudha menatap datar keluar jendela pesawat setelah tiba di Jakarta. Akhirnya ia kembali ke kota ini setelah sekian lama, padahal rasanya baru kemarin ia meninggalkan kota ini sembari menatap keluar jendela, berharap dia akan muncul dan mengejarnya meskipun tidak mungkin.

"Bapak yakin tidak akan menghubungi Bu Yasmine?'' tanya Irene yang duduk di samping bosnya.

"Tidak. Saya mau memberi kejutan." jawab Yudha mantap.

"Kejutan?"

"Hmm, surpries."

Yudha menarik koper miliknya, begitupun dengan Irene. Wanita itu berjalan bersampingan dengan Yudha. Keduanya nampak serasi, selain postur tubuh, juga karena style mereka yang entah sadar atau tidak nampak seperti pasangan. Yudha memakai atasan kameja berwarna biru muda dengan bawahan celana putih panjang, di hidung mancungnya juga bertengger kacamata hitam yang menambah kesan keren pada tampilannya. Sementara Irene memakai atasan corp top yang dibalut oleh kardigan berwarna biru muda dengan bawahan rok setengah paha berwarna putih, Irene juga memakai kacamata hitam yang sama dengan Yudha.

Irene berhenti setelah tak sengaja melihat penampilan dirinya dan bosnya di depan kaca. Ia baru sadar kalau style mereka mirip, bahkan kacamata yang ia pakai sama dengan milik bosnya, sama-sama hadiah dari rekan kerja mereka. Aishh ia melupakan satu fakta tentang Yudha, bahwa bosnya itu selalu menerima dan memakai barang pemberian dari orang lain. Apalagi kacamata ini harganya mencapai dua digit, sudah pasti bosnya itu akan memakainya.

"Ada apa?"

"Saya baru sadar kalau style kita mirip."

Yudha menatap dirinya dan Irene dari pantulan kaca, benar, style mereka mirip. Serasi lebih tepatnya.

"Kamu ngikut-ngikutin saya."

Irene menoleh cepat pada Yudha, merasa tak terima dengan tuduhan dari pria di sampingnya.

"Ini memang gaya saya di luar jam kerja."

"Saya juga."

"Aishh, biasanya Bapak kalau di luar jam kerja pakai baju warna hitam, seperti orang yang berduka."

"Memang."

"Hah?!"

"Lupakan."

Taksi yang mereka pesan datang tepat waktu, seperti sudah direncanakan, padahal hanya sebuah kebetulan. Yudha menyimpan koper miliknya di bagasi, lalu disusul milik Irene. Jangan mengira kalau Yudha yang menyimpannya, karena Irene menyimpan kopernya sendiri tanpa dibantu oleh Yudha.

"Jalan Pak!" perintah Yudha pada sopir taksi tiga detik setelah Irene duduk di sampingnya.

"Saya mulai WFA nanti lusa, besok kamu libur aja. Jengukin Ibu kamu, saya tau kamu rindu sama beliau."

Irene tersenyum tipis pada Yudha, meskipun kaku bosnya memang sangat perhatian.

"Terima kasih Pak."

Yudha mengangguk kecil, pria itu kembali menatap bahu jalan yang tersinari oleh lampu jalan juga lampu kendaran yang berlalu lalang. Nyatanya kota ini masih sama seperti yang terakhir kali ia ingat.

"Kita ke rumah Bapak dulu, setelah itu baru saya pulang ke rumah saya." ucap Irene memecah keheningan di antara mereka.

"Tidak, saya antar kamu dulu."

"Tidak usah Pak, saya mau ke suatu tempat sebelum pulang ke rumah."

"Semoga tidak tersesat."

"Saya tinggal di sini selama 10 tahun, Pak."

Miracle of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang