Meskipun luka di kakinya masih terasa sakit, tapi Wendy tidak bisa izin untuk tidak bekerja malam ini. Kemarin Ayra memintanya untuk melayani tamu spesial malam ini, dan ia sudah menyetujuinya.
Tamu malam ini menyewa private dining room yang cukup untuk 13 orang. Wendy menebak ini pasti acara keluarga.
Biasanya Wendy akan memakai hils dengan tinggi 3 cm. Tapi malam ini ia memakai flatshoes agar kakinya nyaman. Untungnya ia tidak punya masalah dengan tinggi badan karena ia memang berfostur tinggi dengan kaki jenjang yang kecil.
Setelah menata minuman di atas meja, Wendy mundur beberapa langkah dan berdiri di sana sembari menunggu tamu restoran tiba. Ia hanya bertugas untuk menyajikan makanan dan minuman sebagaimana tugas pramusaji pada umumnya.
Pintu ruangan terbuka, keluarga yang beranggotakan 13 orang itu mulai memasuki ruangan dan duduk di kursi sesuai kenyamanan mereka. Wendy menatap tanpa berkedip pada seseorang yang sekilas menatapnya. Belum sampai di situ, ia dibuat lebih terkejut dengan kedatangan seseorang yang masuk paling terakhir.
Wendy mengerjapkan matanya, menyadarkan dirinya dari rasa terkejut setelah melihat dua orang pria yang tidak asing dihidupnya. Tentu selain kedua pria itu, Wendy juga mengenal anggota keluarga yang lain.
"Yudha, simpan ponselmu!"
Baiklah, sekarang acara keluarga benar-benar sudah dimulai. Terbukti suasana harus khidmat, seperti upacara bendera saja.
"Handika, tolong duduk yang tegap!"
Kalau dipikir-pikir ini lebih mirip latihan militer daripada makan malam keluarga. Seharusnya Handika membuat alasan yang lebih masuk akal daripada tadi siang supaya ia tidak ada di sini. Lihat saja, baru beberapa detik ia duduk tapi sudah diprotes. Bahkan keponakannya pun harus kena semprot hanya karena memainkan handphone. Padahal Yudha hanya ingin mematikan handphonenya, bukan untuk dimainkan.
Makan malam keluarga ini dalam rangka merayakan ulang tahun Raden Haginata Tirta Laksmana Kusumawardhana yang telah berlalu tiga hari. 13 orang yang hadir terdiri dari Haginata beserta Yasmine dan Yudha. Kemudian tentu saja ada main character di keluarga Kusumawardhana, Wiratama dan Sekar. Selain itu hadir pula si anak sulung Raden Haneshwara Tahta Syailendra Kusumawardhana beserta istri dan kedua anak perempuannya. Tak lupa si bungsu Raden Handika Triar Danadyaksa Kusumawardhana juga hadir malam ini. Tiga orang sisanya adalah Gamasena beserta istri dan putri sulungnya.
Yudha menebak pasti akan ada perjodohan konyol malam ini. Entah dirinya, atau Omnya yang akan dijodohkan, mengingat Handika juga masih lajang. Tapi Yudha merasa ia yang akan dijodohkan, apalagi perlakuan Yasmine pada Dara seperti perhatian ibu pada putri kandungnya sendiri. Ingat, Yudha sudah pernah menebak ini sebelumnya.
Acara dimulai dengan meminum minuman yang sudah tersedia, tentunya sesuai dengan pesanan.
"Feeling Mas sih kamu bakal dijodohin." bisik Handika yang duduk di samping Yudha.
Yudha meneguk salivanya, membasahi tenggorokannya, "Siapa tau Mas, kan lebih tua dari aku." balasnya.
"Awwssss" Yudha mendesis kesakitan ketika pahanya dicubit oleh Gadis, sepupunya.
"Jangan berisik!" peringat Gadis. Wanita hamil itu sedikit mendengar percakapan berupa bisikan yang dilakukan Om dan keponakan di sampingnya.
"Santai saja. Kalian bisa berbincang-bincang." ujar Tama.
Oksigen yang sempat hilang entah kemana sekarang mulai dirasakan lagi. Handika, Yudha, Gadis, dan Sarah bisa bernapas lega sekarang. Keempat orang itu saling curi pandang, bisa dilihat bagaimana tatapan tanya Sarah yang meminta jawaban terkait kehadiran Dara dan keluarganya. Juga Gadis yang mendelik lalu mengendikkan bahunya, enggan menjawab pertanyaan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle of Love
ChickLit[Semua Karakter/Tokoh dalam Cerita Ini Fiktif. Apabila Terjadi Kesamaan Itu Hanya Kebetulan Belaka] Di malam pertunangannya, Yudha mendapat sebuah surat dari seorang wanita yang ia kenal. Isi surat itu membuatnya terkejut, bahkan tangannya bergetar...