Selesai mandi Yudha merebahkan tubuhnya di atas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar. Posisi seperti ini menjadi sering ia lakukan belakangan ini. Tidur terlentang dengan pikiran menerawang entah ke mana. Selalu ada banyak hal yang terpikirkan olehnya. Salah satunya adalah mengenai prinsipnya sendiri. Apakah ia sungguh tidak akan menyesali apa yang sudah terjadi?
Menolak bertunangan dengan Dara adalah satu-satunya cara mempertahankan prinsip hidupnya. Yudha tidak ingin suatu saat nanti ia menyesal karena telah menerima perjodohan ini. Lagian kenapa harus jauh-jauh sampai dijodohkan? Bahkan berpacaran pun tak pernah ia pikirkan.
Tak terasa sudah pukul 2 malam, tapi rasa kantuk tak sedikitpun Yudha rasakan. Mungkin karena tadi ia sudah tertidur, meskipun tidak terlalu lama. Ahh iya, gara-gara ketiduran tadi ia jadi tidak tahu di mana alamat Wendy. Yudha hanya ingin tahu saja, toh ia tidak akan sampai bertamu juga.
Toktoktok
"Yudha, ini Bunda. Kamu belum tidur? Bunda lihat di kolam lampu kamar kamu masih nyala."
"Masuk aja Bunda."
Ceklek
Yasmine duduk di samping Yudha yang masih betah di posisinya. Yasmine mengelus kepala Yudha dengan lembut, penuh kasih sayang.
"Masih mikirin yang tadi?"
"Sedikit."
"Mbak Sarah sama Mas Handika juga belum pada tidur, katanya mau bergadang. Sekarang mereka lagi eksperimen di dapur, gatau mau bikin apa. Kamu gabung gih sama mereka!"
"Nanti aja."
Yasmine menghela napasnya, "Udah yang tadi jangan dipikirin lagi. Kalau kamu gak mau jangan dipaksain buat nerima."
"Tapi Bunda berharap aku nerima perjodohan ini kan?"
"Iya. Gimana pun juga Bunda mau liat kamu nikah, terus punya anak. Nanti Bunda dipanggil Nenek sama anak kamu. Lucu kayaknya kalau Bunda dengar panggilan itu nanti dari cucu Bunda sendiri."
"Bunda senang kalau aku menerima perjodohan ini?"
"Tentu. Bunda berpikir kalau dengan kamu menerima perjodohan ini setidaknya ada tempat buat Bunda di hati Oma sama Opa kamu, karena bisa membujuk cucu mereka yang keras kepala ini untuk menerima perjodohan yang mereka lakukan."
Yudha merasa hatinya ikut teriris bila mengingat fakta bahwa selama ini pernikahan kedua orang tuanya tidak benar-benar direstui oleh Tama dan Sekar.
Alasannya karena Yasmine memiliki status sosial jauh di bawah mereka. Yasmine hanyalah anak seorang sopir yang bekerja untuk keluarga Kusumawardhana. Sejak kecil Yasmine dan Hagi sudah saling mengenal. Tapi Hagi tidak ada waktu untuk bermain dengan Yasmine sampai akhirnya saat duduk di bangku SMA Hagi baru menyadari kalau Yasmine begitu memikat hatinya. Yasmine yang pintar, cantik, ceria, suka menolong, sopan dan santun. Semua kepribadian baik yang dimiliki oleh gadis itu begitu disukai oleh Hagi.
Sejak saat itu Hagi menjadi sering menyelinap ke bagian belakang rumahnya untuk menemui Yasmine. Mereka satu sekolah dan satu angkatan, Hagi selalu beralasan minta dikerjakan tugas setiap menemui Yasmine. Padahal ia bukan anak yang bodoh, Hagi bahkan sangat bisa untuk mengerjakan tugasnya sendiri.
Suatu hari Hagi begitu terpesona dengan wajah anggun Yasmine ketika membantunya mengerjakan tugas. Secepat kilat ia mencium bibir Yasmine ketika gadis itu sedang menerangkan. Tentu aksinya membuat Yasmine mematung karena itu adalah ciuman pertama Yasmine.
Hagi mengatakan maaf sebelum akhirnya ia juga mengatakan Aku Jatuh Cinta Padamu. Setelah itu Hagi kembali mencium Yasmine, rasanya bibir ranum milik gadis itu begitu manis dan memabukkan. Apalagi saat itu Yasmine membalas ciumannya meskipun terasa kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle of Love
ChickLit[Semua Karakter/Tokoh dalam Cerita Ini Fiktif. Apabila Terjadi Kesamaan Itu Hanya Kebetulan Belaka] Di malam pertunangannya, Yudha mendapat sebuah surat dari seorang wanita yang ia kenal. Isi surat itu membuatnya terkejut, bahkan tangannya bergetar...