Seorang pria berjalan menyusuri komplek pemakaman dengan sebuah bucket bunga mawar merah di genggamannya. Kedua matanya dihalangi oleh sebuah kacamata hitam yang menjadi penghalau sinar matahari di siang ini. Dengan tenang pria itu berjalan menuju salah satu pusara yang letaknya hanya tersinari setengah bagian, sementara setengahnya lagi nampak teduh.
Yudha memelankan laju kedua tungkainya ketika hampir sampai di pusara bernisan salib itu. Mengembuskan napasnya pelan sebelum melanjutkan langkahnya.
"Hai," kata itu keluar begitu saja dari mulutnya.
"Maaf, gue baru tau kalo lo udah gak ada.''
Yudha berjongkok, mengelus batu nisan bertuliskan dua nama di depannya. Bunga yang ia bawa sudah disimpan tepat di bawah batu nisan. Tangannya kemudian menengadah, berdoa agar jiwa temannya tenang dan diterima di sisi Tuhan.
Pertunjukan marching band yang memukau diakhiri dengan suara tepuk tangan yang gemuruh. Bahkan terdengar suara siulan dari banyak murid laki-laki. Padahal luas sekolah itu lumayan, tapi karena banyaknya tamu dari sekolah lain alhasil VHS terasa sesak.
Dari koridor lantai tiga seorang siswa laki-laki menatap ke arah lapang, lebih tepatnya pada seorang gadis yang sejak awal selalu menarik perhatiannya. Bukan hanya perhatiannya saja, tapi perhatian banyak orang. Siapa lagi kalau bukan gitapati yang menjadi it girl nya Vallyan High School.
"Kan bener, lo suka sama dia." ucap seorang gadis yang baru tiba.
Yudha menoleh pada gadis di sampingnya, "Efforth dong biar gak kalah saing sama sahabat lo. Gue liat dari tadi dia motoin Wendy terus tuh."
Yudha tidak bereaksi apa pun. Ia tidak ingin gadis berfostur tinggi di sampingnya berkeyakinan kalau ia menyukai Wendy. Setelah hari dimana Wendy tidak mengenalnya, saat itu juga Yudha berusaha untuk tidak menyukai gadis itu lagi.
Ditambah melihat bagaimana Surya begitu menyukai Wendy, membuat Yudha lebih memilih untuk memendam perasaannya. Yang semua orang tahu adalah Surya dan Wendy, tidak pernah menjadi Yudha dan Wendy meskipun keduanya selalu menjadi partner olimpiade.
Lalu tiba-tiba sekarang gadis di sampingnya datang dan mengatakan kalau Yudha menyukai Wendy. Meskipun benar, tapi Yudha tidak ingin orang lain tahu perasaannya. Cukup Alpen saja yang tahu. Apalagi selama ini ia berusaha untuk tidak menunjukkan ketertarikannya pada Wendy.
"Leo mana?"
"Ngapain lo nanyain pacar gue?"
"Mau minta supaya bawa pacarnya pergi dari sini."
"Ck! Liat aja ya, nanti lo pasti nangis bombay kalo Surya bisa dapetin Wendy!"
"Bukan cuma Surya sih, liat tuh! Anak sekolah lain juga banyak yang liatin Wendy dari tadi. Ya secara kan gitapati kita itu it girl nya VHS, jadi wajar sih kalo banyak yang suka. Cuma ya itu,.... orangnya naif, angkuh, sok dingin, cih!"
"Coba aja lo suka olahraga kayak sahabat-sahabat lo, pasti lo makin keren dimata banyak orang. Kenapa sih lo gak suka olahraga?" tanya gadis itu penuh penasaran.
Yudha memilih diam tak menjawab.
Ruang OSIS adalah markas Yudha dan kawan-kawan di sekolah. Sebenarnya ada banyak ruangan yang dijadikan markas, salah satunya ruang seni. Tapi sayangnya ruang seni sedang menampung banyak karya yang akan dilelang nanti, jadi untuk sementara ruangan itu dikunci.
Yudha mendelik mendapat lemparan kulit kacang dari Surya. Dengan tidak berdosanya anak laki-laki itu malah bersiul sembari memasang wajah pongah. Ingatkan Yudha untuk menghajar wajah anak jenderal itu nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle of Love
ChickLit[Semua Karakter/Tokoh dalam Cerita Ini Fiktif. Apabila Terjadi Kesamaan Itu Hanya Kebetulan Belaka] Di malam pertunangannya, Yudha mendapat sebuah surat dari seorang wanita yang ia kenal. Isi surat itu membuatnya terkejut, bahkan tangannya bergetar...