6. Hangat, Seperti Bunga Matahari

111 25 3
                                    

Pagi ini Yudha sedang melakukan meeting via zoom dengan salah satu rekan kerjanya yang berada di Singapura. Tak lupa Irene juga ikut, wanita itu bahkan lebih banyak bicara daripada bosnya. Memang seperti itu biasanya.

Selesai meeting Irene menyerahkan hasil ringkasannya dalam bentuk file dokumen pada Yudha. Setelah itu Irene beranjak dari duduknya menuju ke balkon dengan sebotol bir di genggamannya. Irene menatap gedung-gedung di sekitar apartemen sembari meneguk minumannya.

Irene memang seorang peminum berat, dan Yudha juga mengetahuinya. Terkadang pria itu membantu Irene kalau wanita ia sudah mabuk berat.

Setelah meneguk hampir setengah botol, Irene kembali masuk ke dalam. Untungnya hari ini tidak ada pekerjaan lagi, jadi ia bebas kalau misalkan mabuk sekalipun. Tidak sengaja matanya melihat sebuah figura berisi foto di samping televisi. Ia baru pertama kali melihat foto itu, foto Yudha bersama sahabat-sahabatnya.

Kening Irene mengerut setelah melihat orang yang ia kenal,- selain Yudha, ada di frame foto yang ia pegang. Pria yang membeli rumahnya ternyata salah satu sahabat bosnya. Irene bergegas menghubungi Yudha untuk bertanya lebih lanjut.

"Kenapa?"

"Pak, kita bisa ketemu hari ini?"

"Bisa. Bukannya tidak ada pekerjaan?"

"Ya, memang tidak ada. Tapi ada satu hal yang ingin saya tanyakan."

Heug

"Maaf Pak, saya cegukan."

"Kamu mabuk?"

"Tidak, sepertinya."

Terdengar Yudha mengembuskan napasnya, "Saya yang ke sana. Kamu tetap di apartemen."

Sembari menunggu Yudha tiba, Irene bergegas mandi agar tubuhnya menjadi segar. Selesai mandi ia memoles wajahnya dengan sedikit make up. Irene juga menyiapkan kue tart yang ia beli untuk disuguhkan pada Yudha. Tak berselang lama kemudian terdengar bunyi bel, Irene bergegas untuk membuka pintu.

"Pak Yudha, kenapa tidak langsung masuk?"

"Takut mengganggu privasi kamu."

"Silahkan masuk Pak! Saya juga menyiapkan kue tart untuk Bapak."

"Terima kasih."

Yudha duduk di soffa, begitu juga dengan Irene.

"Jadi apa yang mau kamu tanyakan?"

"Ahh, ini Pak. Sebentar." Irene beranjak untuk mengambil figura foto tadi.

"Ini Pak!"

"Ini foto saya dengan sahabat-sahabat saya."

"Yang ini Pak! Namanya siapa?" tunjuk Irene pada salah seorang anak yang duduk selonjoran di bawah Yudha.

"Ini?"

"Iya Pak. Kita sebutin namanya bareng, oke?"

"Oke oke."

"Satu, dua, tiga!" Irene menghitung.

"Abraham!" ucap Irene.

"Vano." ujar Yudha.

Yudha menatap Irene dengan tatapan bingung. Apa Irene mengenal Vano? Tapi bagaimana? Bagaimana cara mereka saling mengenal sedangkan Irene sendiri hanya tinggal di Indonesia selama 10 tahun? Dari lahir sampai wanita itu berusia 10 tahun. Setelahnya Irene tinggal di Korea bersama Ayahnya, karena Ibunya meninggal dunia.

"Berarti salah,"

"Memangnya kenapa?"

"Orang ini seperti pria yang membeli rumah saya, Pak."

Miracle of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang