Suasana kelas yang tadinya ramai berubah menjadi sunyi ketika guru matematika wajib masuk ke dalam kelas. Semua murid menatap segan pada guru wanita berpostur tinggi kurus itu. Suasana bertambah mencekam karena di tangan guru itu ada kertas hasil ulangan harian mereka.
"Selamat siang,"
"Siang, Bu."
"Gak usah tegang begitu, hari ini kan gak ada ulangan."
"Huffttt gak bisa gak tegang Bu, hari ini kan pembagian nilai hasil ulangan minggu kemarin."
"Masa sih belajar sama Ibu nilai kalian tetap jelek? Ibu yakin nilai kalian bagus semua. Kalo nilai kalian kebanyakannya di bawah KKM, berarti ada yang salah dengan metode mengajar Ibu."
"Enggak Bu, Ibu udah bagus banget ngajarin kita semua. Iya gak guys?"
"Iya Bu."
"Kalo nilainya jelek ya itu salah kita sendiri Bu, bukan salah Ibu."
"Kalian sebegitu percayanya sama Ibu?"
"Iya Bu."
"Kalau gitu kenapa kalian gak percaya dengan kemampuan kalian sendiri? Padahal ulangan ini belum Ibu periksa, tapi kalian udah pesimis dengan diri kalian sendiri. Bukannya kalian semua mau masuk PTN impian? Minimal kalian harus percaya dengan diri kalian, optimis akan dapat nilai yang bagus, tetap semangat dan rajin belajar kalau ternyata memang nilai kalian di bawah."
"Iya Bu."
Wendy mengembuskan napasnya, ia memang mengajar di kelas yang bukan kelas unggulan. Point tambahannya lagi ia menjadi wali kelas di kelas 11 IPA 2. Caranya mengajar memang menggunakan bahasa semi-formal, tapi tetap sopan, karena anak-anaknya sendiri yang meminta. Katanya biar terlihat akrab seperti ibu dan anak.
"Ibu akan bagikan hasil ulangan kalian secara acak untuk diperiksa."
Wendy menghampiri satu persatu muridnya, mulai membagikan kertas hasil ulangan mereka.
"Lo meriksa punya siapa, Sa?"
"Legon."
Raisa membulak-balik hasil ulangan milik Legon, sementara Puti-teman sebangku Raisa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ibu aku mau meriksa punya pacar aku!" pinta Rebecca, tapi sayangnya ia malah mendapatkan hasil ulangan milik Raisa.
"Gak mau ihh Ibu! Aku maunya meriksa punya Deka!"
"Punya Deka udah di orang lain, Becca."
Tiba-tiba Aidan beranjak dari bangkunya, berjalan menghampiri Rebecca untuk menukar miliknya dengan milik gadis itu. Kebetulan sekali ia mendapatkan punya Deka, jadi ia bisa dengan cepat menghentikan rewelan Rebecca yang terdengar memuakkan.
"Nih!"
"Maaci Aidan."
Aidan mengangguk pelan lalu berjalan kembali menuju bangkunya.
"Cieeee Aidan dapet punya Raisa!" seru Rebecca.
"Cieeeeeeee!"
"Sengaja tuh Bu, Aidan nukar sama punya aku. Soalnya kan biar dia meriksa punya pacarnya." ujar Rebecca.
"Pacar mata lo!" gerutu Aidan yang tak diacuhkan oleh Rebecca
"Raisa lo dapet punya siapa?" tanya Rebecca.
"Legon."
"Wahhhh bakal makin seru nih! Kita mau ikut kapal Raidan atau Raigon?" tanya Rebecca pada teman-teman sekelasnya.
"Udah-udah stop. Sekarang Ibu sebutin jawaban yang benarnya, kalian perhatikan!"
"Ahh Ibu gak asyik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle of Love
ChickLit[Semua Karakter/Tokoh dalam Cerita Ini Fiktif. Apabila Terjadi Kesamaan Itu Hanya Kebetulan Belaka] Di malam pertunangannya, Yudha mendapat sebuah surat dari seorang wanita yang ia kenal. Isi surat itu membuatnya terkejut, bahkan tangannya bergetar...