Sean tidak tahu berapa lama sudah dia duduk di atas kursi ruang tunggu Rumah Sakit Pusat West Coast. Kepalanya tertunduk, wajahnya disembunyikan di dalam telapak tangan. Bunyi langkah kaki terdengar saling beradu dengan lantai rumah sakit yang dingin, beberapa orang berlalu-lalang di depannya, seolah tidak mengerti bahwa yang dia inginkan saat ini hanya ketenangan. Dia ingin mendamprat, memaki siapa saja yang lewat di depannya sambil berbincang seru, yang lewat di hadapannya dengan langkah berisik, atau yang lewat di hadapannya dengan tergesa-gesa. Tapi Sean tidak punya cukup tenaga untuk melakukan semua itu. Dia lelah---luar biasa lelah dan sepertinya pikirannya tidak bisa diajak bekerjasama.
Hannie sudah memberitahunya apa yang terjadi. Bahwa wanita itu hamil, bahwa wanita itu mengalami pendarahan yang sebelumnya hanya dianggap flek biasa, bahwa wanita itu mungkin mengalami keguguran.
Rasanya kepanikan dalam suara Hannie membuat Sean dapat berpikir jernih. Dia mengambil alih semuanya dan meminta Hannie masuk ke dalam mobilnya lalu mengantarnya ke rumah sakit. Semuanya berlalu dalam sekejap mata. Dan Hannie telah mendapatkan perawatan yang terbaik yang bisa Sean minta di rumah sakit tersebut. Dia bahkan membayar untuk kamar paling mahal untuk wanita itu.
Dokter dan perawat yang menangani Hannie sudah memberitahu Sean bahwa Hannie tengah mengandung. Usia kandungannya mencapai delapan minggu. Sesuatu dalam diri Sean membuat pria itu sedikit sulit untuk bernapas. Jika perhitungannya benar, dan mau tidak mau dia mengakui bahwa perhitungannya benar, Hannie tengah mengandung. Mengandung anaknya.
Pintu ruang rawat dibuka dari dalam membuat Sean mengangkat wajah dan melompat dari kursi tunggu yang dia duduki. Sebelum bertanya apa yang terjadi pada Hannie dan bayinya---bayi mereka, dokter menjelaskan dengan wajah sedih bahwa pendarahan hebat yang dialami oleh Hannie mungkin saja akan membuat bayi mereka tidak bisa diselamatkan. Dokter akan melakukan pemeriksaan ulang, dan jika bayi mereka tidak dapat diselamatkan, dokter akan segera melakukan tindakan, mengangkat bayi mereka dan Sean baru bisa menemui Hannie setelah semuanya selesai, saat Hannie sudah dalam kondisi yang jauh lebih baik. Dokter juga meminta Sean untuk bersiap menandatangani beberapa berkas, menyebut "persetujuan suami pasien" dan Sean tidak keberatan dengan itu.
Sean mengangguk, tidak sepenuhnya mendengarkan apa yang dokter sampaikan, kembali duduk di kursi tunggu. Kedua lengannya terlipat di dada. Keningnya berkerut saat dia memutar kembali percakapannya dengan Hannie saat makan malam. Pertanyaan yang Hannie lontarkan untuknya tentang kemungkinan memiliki seorang anak dan membentuk keluarga, tentang kemungkinan dirinya akan menemukan wanita yang akan menjadi istrinya. Dalam hati Sean memaki diri sendiri. Hannie pasti berharap bahwa Sean akan mengatakan ya, dan wanita itu pasti berharap Sean akan menerimanya dan bayi mereka.
Bodoh!
Tentu saja Sean akan menerima bayi mereka, meskipun dia akan amat-sangat terkejut awalnya. Bayangan tentang bayi kecil dengan kulit kemerahan dan rambut berwarna cokelat sama seperti rambut Hannie terlintas di pikirannya.
Dan tentang pernikahan... Sean mengakui dalam hati bahwa dia memang tidak menginginkan sebuah pernikahan dalam waktu dekat. Dia masih ingin mengembangkan karirnya, dia masih ingin mendapatkan penghargaan lain atas seluruh kerja kerasnya, dia masih ingin mendapat promosi jabatan yang lainnya. Dan pernikahan tidak akan pernah masuk ke dalam rencana hidupnya. Bahkan memikirkannya pun tidak. Dia cukup bahagia dengan hidupnya saat ini dan merasa puas dengan hidupnya. Uangnya akan mampu membeli wanita manapun yang dia inginkan. Dia hanya perlu menjentikkan jari dan semua wanita akan bertekuk lutut untuknya.
Yeah, tapi Yves Hannie berbeda...
Jauh di dalam lubuk hatinya, suara tidak menyenangkan itu memberi teguran juga cemoohan. Hannie berbeda. Wanita itu mampu secara finansial, mandiri, menghidupi dirinya sendiri, dan berulang kali membuktikan bahwa dia tidak tertarik dengan uang Sean. Kapan dan dimana lagi Sean akan menemukan wanita seperti Hannie?! Tapi ini bukan tentang bisa atau tidaknya menafkahi diri sendiri. Ini juga bukan tentang uang. Ada sesuatu dalam diri Hannie yang membuat Sean nyaman bersama wanita itu, terlepas dari malam panas mereka. Dan Sean mengakui hal itu.
Tidak akan bisa, dan tidak akan pernah lagi.
Jawaban itu muncul begitu saja.
Lagi, dalam pikirannya terlintas bayangan yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Hannie mengenakan gaun pernikahan yang sama seperti yang dikenakan Jihan di hari pernikahannya. Hannie berjalan ke altar menghampirinya. Hannie mengucapkan janji pernikahan mereka. Bukan hal yang buruk. Sean tahu, tahu dengan sangat pasti bahwa mungkin, untuk sekali ini saja, prinsip dan tujuan hidupnya bisa dibelokkan. Paling tidak, gagasan menikah dengan Yves Hannie bukan hal yang buruk. Sebaliknya malah, itu hal yang sangat baik untuk hidupnya kelak. Ayah dan Ibunya juga pasti sangat senang mendapatkan menantu seperti Hannie.
Sean tahu dia sangat terlambat, tapi dia merasa bahwa segalanya patut dicoba. Dia akan bicara dengan Hannie setelah wanita itu sudah pulih, dan saat itu dia akan meminta Hannie untuk menjadi istrinya. Meskipun sangat terlambat untuk dilakukan. Terlepas dari bisa atau tidaknya anak mereka diselamatkan. Sean tetap akan meminta Hannie untuk menikah dengannya.
Sean beranjak dari kursi tunggu, menggeliat dan menguap lebar-lebar. Dia butuh air mineral dingin untuk tenggorokannya yang kering, dan dia juga perlu mandi serta beristirahat sebelum dia bicara dengan Yves Hannie.
![](https://img.wattpad.com/cover/347509307-288-k150842.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CRY FOR ME
RomanceDisclaimer Written and Published by : Raindroponme Rate : M Language : Indonesian Cover and Picture : taken and made by Canva. Thanks to the artist Syn : Hannie sudah berjanji tidak akan pernah lagi mengencani seorang pun pria setelah kematian Joshy...