"Nah, kau terlihat luar biasa cantik..."
Jihan memastikan pekerjaanya sempurna. Dia meminta Hannie untuk berdiri perlahan dari kursi dan menuntunnya ke arah cermin besar yang menempel di dinding.
"Buka kedua matamu pelan-pelan..." Hannie menuruti perintah adik tersayangnya. Dengan sangat perlahan dia membuka mata dan rahangnya nyaris terjatuh saat menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. "Aku tahu... Kau memang luar biasa cantik hari ini. Kau harus berterima kasih padaku!"
Pintu kamar diketuk dari luar membuat keduanya menoleh dan berkata "masuk" secara bersamaan. Mrs. Yves muncul membawa kotak beludru berwarna biru dan mengeluarkan tiara kecil dengan batu merah delima yang sangat indah dari dalam kotak. "Ini sangat cocok dengan warna rambutmu..." Dengan sangat hati-hati Mrs. Yves memasangkan tiara ke kepala Hannie. Airmatanya menetes tanpa bisa dicegah.
Hannie ingin menangis sama seperti Ibunya, tapi Jihan pasti akan membunuhnya jika dia merusak hasil pekerjaannya. Hannie menepuk pelan pundak Ibunya. Pundak yang dulu tegap dan sangat kuat, kali ini terlihat sangat rapuh. Pundak yang dulu terlihat lebar, kali ini tampak sedikit bungkuk. Hannie lupa kapan terakhir kali dia memandang kedua orangtuanya seperti dia memandang mereka pagi itu.
Ibunya... Hannie tidak pernah membenci Ibunya, dengan alasan apapun. Dia tidak akan pernah bisa membenci wanita yang melahirkan dan membesarkannya serta Jihan, hingga mereka berdua bisa mendapatkan hidup yang indah dan layak seperti sekarang. Tapi semenjak kepergian Joshy, Ibunya selalu memaksanya untuk pergi melakukan kencan buta, mengatur pertemuan dengan anak-anak dari semua rekannya, berusaha menjodohkan Hannie dengan mereka. Hannie masih ingat dengan jelas perkataan Ibunya bertahun-tahun yang lalu, ketika dia mengacaukan kencan yang telah diatur oleh Ibunya dengan anak dari rekan semasa sekolah dulu. "Kau anak durhaka, Yves Hannie. Kau sebaiknya berhenti memakai nama Yves itu. Apa yang akan dikatakan semua orang kalau tahu kau masih sendiri di usiamu sekarang?! Mau ditaruh dimana mukaku setiap kali menghadiri acara reuni teman sekolah dulu?!"
Hannie memeluk Ibunya dengan sangat erat membuat tubuh keduanya bergoyang pelan. Ibunya semakin terisak. Hannie mengucapkan satu hingga dua kalimat penenang sambil mengelus punggungnya yang tampak rapuh. Dia ingin mengatakan seberapa besar perasaannya untuk Ibunya, tapi kalimatnya tertahan di tenggorokan. Hannie memejamkan mata, menyandarkan dagunya pada bahu Mrs. Yves.
Mr. Yves masuk ke dalam kamar dengan langkah ragu. Hannie bisa melihat kedua mata Ayahnya sedikit berair dan memerah. Sepertinya Ayahnya baru saja menangis.
Ayahnya akan selalu menjadi tempatnya berlindung dari banyak hal. Ayahnya tidak banyak bicara, tapi dia akan memberitahu Mrs. Yves tentang batasan untuk mencampuri hidup kedua putri mereka. Hannie sangat mencintai Ayahnya, dan Ayahnya adalah pria yang akan selalu berada di tempat tertinggi dalam hatinya.
Hannie melepaskan pelukannya pada Mrs. Yves, berjalan pelan menghampiri Ayahnya yang masih berdiri dengan canggung di depan pintu kamar. Mr. Yves tersenyum, senyum simpul yang selalu menenangkan hati Hannie setiap kali dia merasa tersesat. Mr. Yves mengangguk, kedua lengan terjulur ke arahnya dan mereka berpelukan sangat erat. Sangat, sangat erat. Keduanya lalu terisak.
"Kau harus lebih sering pulang ke rumah..." Mr. Yves melepaskan pelukan mereka lebih dulu. Dia menghapus airmata yang turun dari kelopak matanya sendiri, setelah itu menghapus airmata di kelopak mata Hannie.
"Aku akan punya rumah sendiri setelah ini, Ayah..."
"Tapi kau juga harus tetap berkunjung ke rumah Ayah... Ayah tidak ingin kehilangan dua putri Ayah..."
Hannie tertawa masih setengah terisak. "Aku akan meminta Sean untuk mengantarku pulang dua minggu sekali."
"Kalau dia keberatan atau tidak mau melakukannya, kau harus memberitahuku." Mr. Yves menepuk pelan punggung Hannie untuk terakhir kali sebelum bicara, "anakku... putri kecilku yang lainnya akhirnya menemukan rumahnya sendiri. Aku tidak akan bisa menjaganya lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
CRY FOR ME
RomanceDisclaimer Written and Published by : Raindroponme Rate : M Language : Indonesian Cover and Picture : taken and made by Canva. Thanks to the artist Syn : Hannie sudah berjanji tidak akan pernah lagi mengencani seorang pun pria setelah kematian Joshy...