5. Ini Hanya Perkara Gengsi

15.5K 1.2K 19
                                    


Hari ini Nalya ada janji temu dengan dokter Zara, beberapa hari berlalu setelah kejadian di mana Nalya menguping pembicaraan Aran di telpon. Kali ini Nalya dan Aran tidak hanya berdua di dalam mobil, ada juga Ikram yang kini menjadi sopir mereka namun tanpa Elina.
Anak perempuan Ikram itu sedang berada di sekolah, dia akan di jemput nanti setelah jam pulang.

"Aran, kamu bisa jalan-jalan sama om Ikram. Saya ada urusan sebentar, nggak apa-apa kan?"

"Hm."

"Kalau begitu saya turun di sini aja, nanti ketemunya di sekolah Elina." Ucap Nalya pada Ikram.

"Oke." Ucap Ikram dengan memperlihatkan jempol tangan kanannya pada Nalya.

Wanita itu kemudian turun dari mobil dengan membawa tas selempang di bahu kanannya.

Ikram tidak langsung mengantar Nalya ke rumah sakit karena permintaan wanita itu, dia malah meminta untuk di turunkan di cafe yang jaraknya masih lumayan jauh dari tempat tujuan Nalya. Alasannya sederhana, Nalya tidak ingin Aran tahu.

Aran sebenarnya penasaran kemana Nalya akan pergi, sepenting apa urusan itu sampai dia tidak ingin memberi tahu Aran? Bahkan Ikram, laki-laki yang dicurigai Aran memiliki hubungan spesial dengan ibunya itu tidak mengatakan apapun sekarang.

Apa perlu Aran yang menanyakannya lebih dulu? Sepertinya iya.

"Dia mau kemana?"

Ikram melirik Aran dari cermin di tengah mobil, posisi Aran yang berada di bangku belakang tidak memungkinkan ikram untuk balik badan menghadap pada Aran.

"Ketemu dengan Zara, biasanya memang mereka selalu punya janji bertemu."

"Untuk apa?"

"Entahlah, saya juga tidak pernah di ajak." Bohong, Ikram tahu tentang itu dan dia tidak membicarakan kebenarannya karena Nalya memang tidak ingin Aran tahu.

Aran memilih diam setelah mendengar jawaban Ikram, anak itu mengalihkan pandangannya keluar jendela. Entah kemana dia akan di bawah tapi tak lama mobil berhenti di sebuah membengkel, kerutan di dahi Aran terlihat tatkala dirinya memperhatikan Ikram yang sedang bersiap untuk turun dari mobil.

"Mau ikut turun atau tunggu di mobil?"

Ikram menoleh pada Aran setelah tak ada jawaban dari remaja itu, tapi baru saja Ikram akan kembali bicara Aran sudah keluar dari mobil lebih dulu.

"Tidak heran kalau dia anaknya Nalya." Ikram mengedikkan bahu sebagai balasan respon atas sikap Aran. Pria itu keluar dari mobil dan langsung berjalan ke arah mobil hitam yang sedang diperbaiki oleh pihak bengkel.

"Belum selesai?"

"Mobilnya bisa diambil sore ini, ada beberapa peralatan yang baru tiba kemarin jadi kami baru bisa menyelesaikan sisanya hari ini."

"Hm, nggak masalah. Asal hari ini sudah beres," Ikram mengambil ponselnya di saku dalam jas untuk mengecek beberapa pesan yang masuk.

Aran hanya bisa melihat-lihat kondisi bengkel ini serta beberapa mobil yang mengantri untuk diperbaiki.

***

  "Jadi karena itu, aku harap bisa ketemu dan mengobrol langsung dengan Aran." Ucap Zara.

"Aku akan kenalkan lain waktu, tapi nggak di sini."

"Kenapa?"

"Pandangannya terhadapku sudah sangat buruk, membawanya ke sini hanya akan memperburuk situasi."

"Kamu kan nggak gila."

Pak Hakim - S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang