15. Ternyata Ulat bulu

15.4K 1.1K 37
                                    

Aran menatap malas pada sang ayah, dia tidak menyangka akan benar-benar ikut pulang dengan ayahnya malam ini juga. Dipikirnya dia akan tinggal di rumah neneknya bersama dengan Ania dan ibunya.

"Kenapa nggak pulang besok aja sih? Gagal udah rencana tidur bareng buna."

"Besok pendaftaran SBMPTN," Afka tidak habis pikir bagaimana bisa Aran semanja ini pada Nalya, bahkan sampai berencana untuk tidur bersama sang ibu.

"Bukannya pendaftarannya online yah?"

"Datang ke kampus langsung lebih bagus."

"Ini akal-akalan ayah doang,'kan? Biar Aran nggak deket-deket sama buna?"

"Sok tau kamu!"

"Ayah kan emang gitu!"

"Udah jangan banyak protes, nanti juga tiap hari ketemu buna."

"Ayah pergi ke kantor KUA tadi siang?"

Aran menatap wajah ayahnya dengan tatapan terkejut, ucapan sang ayah tadi mengandung makna yang positif menurut Aran.

"Iya, tunggu 2 minggu lagi. Kita akan jemput Ania dan buna."

"Ayah nggak bohong,'kan??!"

"Iya."

Mendengar jawaban ayahnya, Aran sangat senang. Dia tidak lagi ingat terhadap rasa kesalnya beberapa menit yang lalu. Senyuman yang muncul di bibir remaja itu membuatnya semakin tampan dan juga manis secara bersamaan, kedua lesung pipinya bahkan terlihat jelas.

"Akhirnya, Aran bisa tidur nyenyak malam ini..." gumamnya tanpa bisa di dengar oleh Afka.




***

Pukul 08:13 Pagi

Aran baru saja selesai mandi, untuk sementara dia akan tinggal di rumah Dania begitu pula dengan Afka. Mereka tiba pukul 10 tadi malam, Afka sudah memperingatkan agar Aran bangun pagi dan bersiap-siap. Tidak ada alasan untuk Aran membantah, jadi anak itu bersiap-siap dengan cepat lalu turun ke lantai dasar menemui ayahnya.

"Ayah?" Afka sedang memainkan ponselnya di ruang tamu dengan secangkir teh yang menemaninya.

"Hm?" Afka menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Lagi balas chat siapa sih? Seru tuh kayanya."

"Sama buna, katanya dia kangen." Jawaban Afka membuat Aran geli, anak itu dengan isengnya berlaga seperti orang yang ingin muntah membuat Afka tertawa kecil. Aran ini mirip dengan dirinya, berlaga cool padahal hati hello Kitty.

"Sarapan dulu sana, nenek sama kakek nungguin kamu dari tadi."

"Oke," Aran meletakkan tas ransel hitamnya di kursi sofa lalu beralih ke ruang makan dan benar saja, Dania dan Ahmad sudah duduk di sana sambil mengobrol.

"Woah, nasi goreng?" Aran langsung mengambil tempat di kursi meja makan di mana 2 kursi sudah di tempati oleh nenek dan kakeknya.

"Masakan nenek memang selalu enak."

Dania tertawa kecil mendengar pujian itu keluar dari mulut Aran yang mapir penuh, Ahmad sendiri menggeleng melihat tingkah Aran yang selalu kekanak-kanakan.

"Hari ini mau ke kampus bareng ayah?" Tanya Dania.

"Iya."

Pak Hakim - S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang