11. Pertemuan Kembali

15.3K 1.2K 38
                                    

"Nanti kalau Elina nyari lo, gue harus jawab apa Nal?"

Fia melirik sekilas pada Nalya yang duduk di bangku penumpang bagian tengah melalui spion mobil, Nalya duduk di pinggir bagian kiri sedangkan Aran duduk di antara Nalya dan Afka.

Saat ini mereka  sedang di perjalanan menuju bandara dengan Ikram dan Fia yang mengantar mereka secara langsung, sedangkan Elina sendiri harus tetap berada di sekolah.

"Bilang aja lagi seminar di luar kota, biasanya dia langsung ngerti kalau gue ngomong gitu."

"Mana ada orang pergi seminar nggak pulang-pulang, lo pikir Elina sebego itu?"

"Jawab sebisa Lo aja kenapa sih, ribet banget perasaan."

"Habisnya lo mau balik kampung mendadak, mana bisa gue nyiapin alasan yang masuk akal buat Elina."

"Seenggaknya gue bersyukur Elina pinter ngikutin bapaknya."

Sungguh, bicara dengan Fia seperti ini membuat kesabaran Nalya yang setipis tisu benar-benar di babat habis.

Ketiga laki-laki di dalam mobil itu hanya menjadi penonton mereka, ketiganya memiliki ekspresi yang berbeda. Ikram dengan wajah yang pasrah, Afka yang tersenyum samar dan Aran yang melongo.

"Ternyata buna punya sifat yang kaya gini yah?"

"Gue juga bersyukur Aran lebih mirip Afka." Balas Fia tak mau kalah.

"Diam sebelum gue geplak pala Lo pake powerbank."

"Kalian berdua udah kaya anak kecil, nggak liat apa muka Aran sampai bingung begitu." Kata Ikram yang sadar akan ekspresi Aran, Afka yang duduk tepat di sebelah Aran kini ikut menoleh memperhatikan putranya.

"Kenapa?" Tanya Afka.

"Aran akhirnya tahu kalau Ania punya sifat itu dari mana." Kepolosan Aran memancing gelak tawa mereka dalam mobil.

"Buna kaya gini gara-gara kepala buna habis terbentur pinggiran bathtub, aslinya buna ini kalem." Nalya berbicara dengan lembut membuat Fia yang duduk di depan berlaga seperti ingin muntah.

"Aran belum liat aja kelakuan lo pas ngumpul sama 2 orang gila lainnya."

"Fia, sekali lagi lo buka kartu, gue jorokin lo di selokan depan rumah pak RW."

"Kalau tahu buna bisa berubah karena benturan di kepala, harusnya udah dari lama kepala buna di benturin aja iya nggak ayah?"

Aran berbisik pada Afka yang masih duduk dengan tenang tanpa merasa terganggu akan perdebatan antara Fia dan Nalya.

"Nggak boleh ngomong kaya gitu," peringat Afka tapi Aran malah terlihat tidak merasa bersalah karena ucapannya barusan.

***

Pukul 20:12

Setelah melakukan perjalanan panjang hari ini, Nalya, Aran dan Afka akhirnya tiba di Kolaka dengan selamat. Tepat di depan rumah Dania kini mobil yang mengantar mereka terparkir dengan Afka serta Aran yang turun lebih dulu.

Nalya sedang berpikir dan menyiapkan diri untuk bertemu dengan mantan ibu dan ayah mertuanya, apa yang akan Nalya katakan ketika bertemu dengan mereka seperti ini? Akan aneh rasanya kembali ke rumah itu dengan status mantan istri Afka.

Awalnya Nalya berencana untuk langsung berangkat ke rumah orang tuanya saja, dia bahkan sudah mengabari sahabatnya untuk menjemputnya di bandara. Tapi, karena Aran memintanya untuk ikut ke rumah mereka dan bertemu Ania, Nalya tidak bisa menolaknya.

Pak Hakim - S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang