9. Kecanggungan Itu Sementara

15.1K 1.3K 71
                                    

Keheningan kini terjadi di dalam ruang rawat Nalya, Fia dan Aran yang masih bersama dengannya tadi mendadak pergi meninggalkan Nalya berdua dengan Afka dalam ruangan ini.

"Keadaan kamu, bagaimana?"

Afka menatap wajah Nalya yang masih pucat itu dengan tatapan sendu. Sebenarnya dia cukup terkejut saat tahu Nalya masuk rumah sakit, di pikirannya apakah Aran dan Nalya bertengkar hebat kemarin sampai mengakibatkan wanita itu masuk rumah sakit? Pasalnya, Aran tidak mengatakan apapun padanya selain meminta Afka untuk datang ke sini.

"Oh, sudah jauh lebih baik. Apa mas datang untuk menjemput Aran?"

Nalya merasa aneh harus memanggil Afka dengan sebutan mas di saat mereka tidak lagi punya hubungan selain hanya sebatas orang tua Aran dan Ania.

"Iya, sepertinya terjadi sesuatu sampai Aran minta saya datang kemarin."

Afka menyadari perubahan ekspresi wajah wanita di hadapannya setelah mendengar ucapannya barusan. Sesaat, Nalya diam berpikir sebelum menjawab.

"Saya sempat kelepasan marah sama Aran, saya harusnya bisa mengontrol emosi dengan lebih baik."

Benar yang Afka pikirkan, Ada yang aneh dengan Nalya. Sejak awal wanita itu tidak pernah membalas ucapan pedas Aran, bahkan ketika Aran bertindak tidak sopan padanya Nalya tetap diam. Tapi kali ini mereka bertengkar, apakah Aran memang sudah melewati batas?

"Apa Aran bikin ulah lagi? Anak itu memang sedikit bandel, saya minta maaf atas nama Aran."

Benar-benar canggung, entah apa yang harus mereka bicarakan selain masalah anak-anak. Nalya yang biasanya tidak kehabisan kata kini mulai berpikir mengenai topik pembahasan selanjutnya.

"Ania sudah besar yah, dia sangat cantik."

"Iya, dia sedang mempersiapkan berkas persyaratan registrasi ulang. Dia lulus SNMPTN di USN dengan jurusan Administrasi Publik."

"Syukurlah."

"Apa kamu cuma perduli dengan anak-anak?"

"Ha?" Kedua mata Nalya membola mendengar ungkapan Afka, apa maksud dari pertanyaan itu?

"Kamu tidak tanya kabar saya? Saya dekat dengan siapa? Di mana saya tinggal? Bagaimana perasaan saya?"

"Ha?"

"Kamu selalu tanya itu pada Saqif,'kan? Bahkan Laila seperti memata-matai saya di kampus secara terang-terangan."

"Bestie kurang ajar!"

Nalya hanya mampu mengumpat dalam hati, bagaimana bisa Saqif mengatakan itu pada Afka? Nalya pikir selama ini Afka memang tidak tahu atau tidak mencaritahu mengenai perbuatan tidak tahu malunya ini, tapi ternyata pria itu diam-diam juga mengamati dan membiarkannya.

Afka malah tersenyum ketika melihat wajah Nalya yang tadinya pucat kini semakin bertambah ketika mendengar perkataannya, Afka yakin Nalya sangat malu karena sudah ketahuan.

"Kapan kamu bisa terus terang, Nalya?" Selalu ini yang Afka pikirkan tentang Nalya, dia ingin mengutarakannya secara langsung tapi itu pasti akan membuat mereka semakin canggung.

"Mas tahu dari mana? Saya nggak pernah..."

"Saqif yang ngomong langsung ke saya, lalu sebenarnya Ikram suami Fia itu teman seangkatan saya waktu kuliah."

Rahang Nalya mendadak mengerat mendengar kebenaran ini, bagaimana bisa dia tidak tahu kalau Ikram itu punya hubungan pertemanan dengan Afka? Dan kenapa dia harus tahu kebenaran ini setelah sekian lama, terlebih itu dari Afka langsung.

Pak Hakim - S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang