"Ngakak banget," Sherin tertawa puas melihat temannya yang bersungut-sungut, "ekspresi lo tadi langsung pucat."
Davin berdecak. "Diem, nggak, lo diliatin sama orang, woi," tegurnya.
Sherin menahan tawa, apa yang ia tertawakan sudah berlalu sekitar tiga puluh menit, tetapi rasanya baru terjadi beberapa detik. Ya, masih jelas di kepalanya wajah Davin yang langsung pias saat Jovian mengatakan Cantika akan segera menikah.
Tentu itu adalah sebuah kebohongan, karena Jovian bermaksud membuat temannya itu untuk berhenti berharap. Cantika bukan lagi perempuan yang mudah didapatkan, dibanding suka, Cantika malah terlihat sangat risi.
"Jangan dipikirin, Dek," bisik Jovian pada adiknya.
Cantika tersenyum tipis. "Iya."
Sebenarnya Cantika tak risi saat Davin dengan terang-terangan mengejarnya, hanya saja ia tidak ingin menaruh harapan. Hal itu yang sangat sulit diusahakan olehnya.
"Habis dari sini, kita ke mana?" tanya Jovian kepada Davin.
Ditanya begitu, Davin malah menjadi bingung. "Kenapa tanya ke gue?"
"Kan, lo yang punya hajatan. Gimana, sih?" Sherin menyahuti.
Davin mungkin bisa saja menyebutkan tempat yang ingin dikunjunginya, tetapi ia tak bisa karena memikirkan kenyamanan Cantika. Suasana hati perempuan itu sangat sulit ditebak, sekarang saja hanya diam dan tak berekspresi apapun alias datar.
Haruskah Davin meneruskan acara ini?
"Pulang?" ujarnya, setelah berpikir lama.
"Nggak seru lo," Jovian berdecak, "nonton kek, atau apa kek."
"Gue nggak punya ide mau ngapain," aku Davin.
Sherin mendengkus. "Kelamaan jomblo lu. Cari pacar sono."
Dikatai begitu, Davin dengan spontan menatap Cantika yang dengan santainya menikmati makanan, seolah-olah berkumpulnya mereka malam ini sangat tidak menarik perhatian atau menimbulkan kesenangan walau hanya sedikit.
"Nggak ada harapan," lirihnya, perih.
Sherin yang melihat itu, pada akhirnya tak tahan untuk tidak menepuk bahu temannya tersebut, memberikan semangat. "Sabar, dunia belum berakhir. Caca minta ke Tuhan diberikan orang yang baik, kalau lo nggak diterima, itu berarti lo nggak baik."
Davin menatap datar ke arah pacar sahabatnya itu. Ya, semakin akrabnya hubungan mereka, membuat Sherin tak segan mengatainya tanpa memikirkan perasaannya.
"Lo baik, Vin," ujar Jovian, "tapi bukan lo orangnya, karena orang baik di dunia ini masih banyak."
Sherin tak bisa menahan tawanya untuk tidak meledak. "Abangnya langsung yang ngomong."
**
Lama hidup dalam diam, rupanya pergi jalan-jalan membuat tubuh seakan remuk. Cantika tak berdaya di atas kasurnya, baring kiri maupun kanan, rasa lelah tak kunjung hilang. Ingin cepat menuju alam mimpi, tetapi kantuk tak kunjung datang.
Saat tiba di kontrakan, ia langsung menuju kasur. Ganti baju, sikat gigi, bahkan membasuh wajah, tak dilakukannya karena merasa sangat lelah mengikuti energi tiga orang yang di luar dugaan.
"Tuhan, ini sulit," keluhnya.
Sudah berniat akan biasa saja kepada Davin, berperilaku layaknya teman. Namun, rupanya tak bisa, Cantika bingung bagaimana caranya menanggapi setiap kata yang keluar dari mulut Davin, ia pun bingung bagaimana caranya membuka percakapan.
Ah, memang seharusnya seperti kemarin saja, diam dan diam, seakan mereka bukan lagi orang yang sudah saling kenal sejak kecil.
Cantika membuang napas kasar, ditariknya selimut hingga menutupi dada, kemudian memejamkan mata dan berhenti untuk menatap langit-langit kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lihat Aku yang Baru
RomansaCantika Zwetta hanyalah seorang gadis biasa yang trauma setelah mengalami kecelakaan. Hidupnya benar-benar berubah, termasuk ekonomi keluarga yang membuatnya diam tak bisa berkata-kata, sampai harus pindah ke kampung halaman karena tak sanggup lagi...