Bab 1

4.9K 299 8
                                    

Light Mature Scene 21+

Happy reading, semoga suka. Di Karyakarsa sudah update sampai bab 4 ya. Part2 ini mengandung adegan 21+

 Part2 ini mengandung adegan 21+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy

Luv,

Carmen

_______________________________________________________________________________

"My Lord." Seorang pria setengah baya yang tinggi dan langsing muncul di ambang pintu perpustakaan Garrick.

"Ya, Raymond?" ucap Garrick tanpa sekalipun mengangkat wajahnya, masih sibuk menulis di atas perkamennya.

"Federic Richsun memohon untuk bertemu dengan Anda, My Lord. Dia percaya dia memiliki sesuatu yang akan membuat Anda tertarik."

"Ah..." Garrick mengangkat kepalanya dan mengembalikan pena bulunya ke botol tinta lalu menyandarkan dirinya ke punggung kursi. Ia menatap pelayannya itu, yang sedang menunggu perintahnya.

"Bawa dia menemuiku kalau begitu, Raymond," perintah Garrick.

"Baik, My Lord."

Pelayannya itu membungkuk lalu berbalik pergi dan tak lama kembali lagi bersama seorang pria lain.

Federic Richsun adalah salah satu pemimpin bandit gunung yang suka berkeliaran di kerajaan-kerajaan sekitar mereka termasuk Szerelam Kingdom. Dia berperawakan besar tinggi dengan wajah keras tanpa senyum. Sebuah pedang panjang tergantung di pinggangnya tapi Garrick yakin masih banyak senjata yang tersembunyi tak terlihat.

Garrick bangun dan dengan mudah menjadi yang tertinggi di dalam ruangan itu. Ia lalu menyapa bandit itu. "Federic."

Pria itu langsung membungkuk untuk memberi hormat.

"Tidak perlu bersikap formal di hadapanku," ucap Garrick. "Katakan, ada apa kau mencariku?"

Ia memang pernah beberapa kali menggunakan jasa Federic untuk membereskan hal-hal kotor tanpa ia perlu mengotori tangannya sendiri. Tapi biasanya, ia yang mencari pria itu tapi Federic kali ini berinisiatif mendatanginya, apa gerangan kabar yang akan dibawa bandit itu untuknya?

"Aku membawakan sesuatu untuk Anda, My Lord. Aku dengar Anda sudah lama mencari-carinya dan Anda bersedia membayar dengan harga yang sangat tinggi."

Garrick melipat kedua tangannya di depan dada kekarnya. "Menarik. Memangnya kau tahu apa yang kucari?"

Federic mengangguk.

"Tunjukkan padaku apa yang kau punya, kalau aku puas, aku akan membuatmu menjadi pria kaya, kau bisa berhenti bekerja sebagai bandit gunung kalau kau menginginkannya, Federic."

Pria besar itu tertawa sambil mengucapkan terima kasih. Dia lalu mundur sejenak dan berteriak memanggil salah satu orangnya agar membawa masuk tangkapan mereka. Salah satu orang pria itu kemudian masuk sambil memanggul seorang gadis muda. Mata abu Garrick mengikuti gerak pria itu, berusaha melihat wajah sang gadis. Dia diletakkan dengan hati-hati di atas kursi panjang di depan perapian lalu pria itu berderap keluar.

"Dan siapa ini? Mengapa menurutmu aku tertarik pada seorang pelayan muda?" Mata Garrick kini bergerak kembali kepada Federic.

"Oh, dia bukan sembarang gadis, My Lord. Ini adalah Reina Flateye, satu-satunya anak perempuan dari Count Landan Flateye, saya dengar Anda sudah lama mencari-cari keberadaan anak perempuannya, bukan?"

"Reina Flateye..." gumam Garrick, mengulang nama itu. Anak perempuan dari pria yang bertanggungjawab terhadap kematian ayahnya. Setahun yang lalu, pria bedebah itu membunuh ayahnya dan mengklaim kemenangannya dalam sebuah duel yang curang dan Garrick bersumpah ia akan membalas pria itu. Baru-baru ini ia mengetahui pria itu memiliki seorang anak perempuan yang selama ini disembunyikannya dari orang-orang. Mengetahui kabar itu, ia memberi perintah agar anak perempuan itu ditemukan. Federic mungkin mendengar kabar itu dari salah satu orang-orangnya. Tapi bagaimana ia yakin Federic tidak menipunya?

"Bagaimana kau meyakinkanku bahwa gadis itu adalah Flateye?"

Pria itu kembali membungkuk. "Aku tidak akan pernah berani menipu Anda, My Lord. Anda bisa memeriksanya. Ada tato elang kecil di bahu kirinya."

Tato elang adalah simbol keluarga Flateye secara turun menurun dan Garrick puas ketika mendapati tato yang sama di bahu kiri gadis itu. Tak diragukan dia memang seorang Flateye. Darah Garrick seolah mendidih saat ia membayangkan pembalasan yang akan dilakukannya.

"Di mana kau menemukannya?" tanyanya kemudian.

"Di sebuah biara di perbatasan Szerelam dan Darya Kingdom, My Lord."

Apa yang dilakukan seorang gadis bangsawan di biara terpencil seperti itu?

"Oh. Dan bagaimana kau tahu kalau gadis itu berada di sana?"

Federic mengembangkan senyum licik. "Aku memiliki sumberku sendiri, My Lord."

Garrick mengangguk puas.

"Tapi Anda mungkin harus waspada. Dalam perjalanan kemari, gadis itu sudah mencoba melarikan diri dua kali. Orang-orangku sampai harus membuatnya pingsan tiga kali, dia cukup merepotkan."

"Kalian menyentuhnya?" tanya Garrick kemudian.

"Tentu saja tidak. Dan gadis itu juga mengklaim kalau dia masih perawan, My Lord."

Perawan, huh? Itu bahkan lebih menarik lagi.

"Baiklah, senang bekerjasama denganmu, Federic." Garrick lalu berjalan ke balik meja, menarik tiga kantong besar koin emas dan melemparnya pada pria itu.

"Anda sungguh murah hati, My Lord. Aku yakin orang-orangku akan sangat senang." Pria itu membungkuk begitu dalam.

"Pelayanku akan mengantarmu dan orang-orangmu ke dapur. Makanan akan disiapkan untuk kalian. Isilah perut kalian sebelum melanjutkan perjalanan."

Federic kembali membungkuk, mengerti bahwa itu adalah semacam bentuk pengusiran halus. Tak lama, pria itu sudah keluar dari ruang perpustakaan Garrick.

Sepeninggal Federic, Garrick duduk di ujung meja mahagoninya yang besar, ia bersedekap sambil menatap tawanannya. Gadis itu masih berbaring tidak bergerak, kedua tangannya terikat kain. Jari-jarinya lentik dengan kuku-kuku jari pink yang indah. Mata Garrick bergerak pelan menelusuri tubuh gadis itu yang terbalut gaun pink lembut, dada gadis itu naik turun dengan tenang seiring tarikan napasnya, tatapan Garrick terus naik hingga ke wajah gadis itu.

Ia lalu berdiri dan mendekat agar bisa melihat lebih jelas. Garrick menunduk dan menyingkapkan rambut hitam sutra itu dari wajah sang gadis dan menatapnya dalam-dalam. Dia cantik, dengan garis wajah halus dan bibir mungil yang penuh, secantik gadis-gadis yang pernah ditemuinya, yang pernah ditidurinya, yang pernah menghangatkan ranjangnya, tidak ada lebihnya, tidak ada istimewanya. Cantik ataupun tidak, sesungguhnya Garrick tidak begitu peduli. Karena Reina Flateye hanya akan menjadi alat balas dendamnya. Suka ataupun tidak suka, rela ataupun tidak rela, gadis itu harus tunduk dan menyerah pada Garrick dan gadis itu akan mengandung anak haramnya. Ketika waktunya tiba, gadis ini akan menjadi alat yang tepat untuk menarik pria itu keluar dan menghadapinya dengan jantan. Lalu Garrick akan merobek-robek tubuh pria itu di tengah duel mereka dan memaksa anak perempuannya menyaksikan hal itu.

Garrick tersenyum jahat. Ia lalu berlutut di samping kursi lalu mengeluarkan belatinya dan memotong kain yang mengikat kedua pergelangan gadis itu. Ia lalu menaikkan ujung gaun gadis itu dan memotong kain yang mengikat kedua pergelangan kaki tersebut. Penasaran, ia menelusurkan telapaknya di atas kulit mulut gadis itu, membelainya dari betis hingga ke lutut. Karena gadis itu tidak bergerak, Garrick menjadi semakin bebas dan ia mulai memisahkan kedua belah paha gadis itu, bertekad untuk mengeksplor rahasia sang tawanannya yang tidak sadarkan diri itu. Telapak Garrick terus menelusur naik, menyingkirkan gaun itu semakin ke atas saat ia terus bergerak naik. Ia ingin tahu, apakah mahkota indah di antara kedua kaki gadis itu semulus kulit tubuhnya. Ia penasaran, serapat apa gadis ini... tapi ia tersentak pelan saat kedua kaki itu tiba-tiba menutup rapat dan memerangkap tangan Garrick di antara kedua paha lembut itu.

The Devil's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang